Saturday, May 26, 2007

Wisuda di Unpad


Taman di sebelah depan gedung Rektorat Unpad Dipati Ukur jadi favorit untuk foto-foto usai diwisuda

TAK terasa, hari ini Adik saya, Rohmatul Mardiah, atau Neng Diah, diwisuda. Dia lulus dari Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian, Unpad, setelah 4,5 tahun kuliah. Rasanya baru kemarin saya memberi uang tiap bulan untuk tambahan jajan Neng Diah.
Saya baca di situs Unpad, 26 Mei ini ada sekitar 2.233 wisudawan yang mengikuti pelepasan. Terbayang padat sekali Unpad Dipatiukur, dan tentu macet.
Sayangnya saya tidak bisa menghadiri wisuda ini. Jarak terbentang antara Batam Bandung, tak memungkinkan saya untuk melihat langsung adik saya pakai toga. Jumat kemarin Neng Diah datang ke rumah saya, ketemu Bu Eri. Sepertinya mau pinjam kamera. Tapi karena kamera digital semua dipakai, akhirnya cuma kamera biasa yang dipakai. Buat kenang-kenangan, karena mungkin ini wisudaan terakhir di keluarga kami. Tidak ada lagi yang kuliah, setelah Neng Diah.

Kelulusan Neng Diah tentu sangat membanggakan Mama, ibu saya. Dia yang membiayai Neng Diah. Dan ini pembuktian pada keluarga besar di Cihanjuang, bahwa keluarga kami ada, eksis, dan berhasil semua. Setidaknya semua anak-anaknya jadi sarjana semua. Kakak saya yang pertama, Ma'sum Hidayat, sarjana agama. Sekarang jadi Wakil Kepala Sekolah di SMP Tut Wuri Handayani, dan guru Agama di Tsanawiyah Cimahi. Lalu kakak saya satu lagi, Sirojudin Abbas, lulusan diploma Pariwisata. Sekarang jadi pengajar ilmu pariwisata di Majalengka. Lalu saya, ya begini ini. Dan Neng Diah. Masih ada satu lagi, adik kami, adik tiri beda bapak, Taufik atau biasa dipanggil Boy. Nah yang satu ini enggak mau kuliah. Keluar SMA maunya langsung cari duit. Makanya dia ngajar Bahasa Inggris dan Komputer di tempat kursus yang dimiliki Mama, di Bandung dan Cimahi.
Pasti Mama ingin semua anak-anaknya kumpul di hari bahagia. Mungkin ingin foto bersama, semua anak-anak memakai toga sarjana. Dipajang di ruang tamu. Semalam saya telepon ke rumah di Cihanjuang. Mama bertanya kapan pulang. Saya bilang,"Mungkin akhir Mei, nanti saja kita kumpul. Doakan saja".
Setiap menelepon Mama, saya tak pernah lupa untuk meminta doa. Bagaimanapun doa seorang ibu pasti akan makbul. Saya merasa lebih tenang, kalau Mama sudah bilang,"Enya, didu'akeun ku Mama, sing salamet dunia akhirat".
Selamat dunia akhirat, ya itulah yang semua orang harapkan. Selamat di dunia, lalu selamat pula di akhirat kelak. Itu saja sudah cukup. (*)

No comments: