Bingkai kecil ini bercerita tentang apa pun: Keseharian, tentang cerita sejarah, petualangan, rekreasi, ataupun pemikiran dan opini. Semoga Bermanfaaat!
Saturday, May 26, 2007
Nikmati Bandrek di Simpang Coin
SEMINGGU terakhir ini, setiap kali pulang lewat tengah malam, saya dan Agus, sesama penghuni mess, selalu mampir ke warung makan di daerah Simpang Coin Center. Di tempat ini, berjejer warung-warung makan, dan kebanyakan dari Aceh. Makanya Mi Aceh paling mudah ditemukan di tempat ini.
Sebelumnya tidak mampir tiap malam. Paling kalau lagi mau, baru mampir. Nah hari-hari belakangan ini, selalu mampir karena merasa lapar terus. Perut sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Kalau perut kosong, cacing kriuk miuk, dan jadinya tidak bisa tidur pulas. Makan terakhir, biasanya sore jam 5 atau 6. Setelah itu bablas, tidak ketemu nasi lagi sampai besok siangnya, ketemu nasi di kantin. Jadi bisa dibayangkan, perut kosong lebih dari puasa.
Ada satu warung makan yang jadi favorit kami. Tempatnya sebelah kanan agak ujung. Di warung makan yang satu ini, selain Mi Aceh, mi rebus biasa, nasi goreng, juga tersedia minuman yang khas. Bandrek.
Ha ha ketemu bandrek jadi ingat Bandrek Cihanjuang. Waktu datang ke Batam, saya bekal Bandrek Cihanjuang, sengaja beli di Babut Cimahi. Tapi habis diserbu teman-teman. Saya bayangkan, minimal sama lah, yang namanya bandrek, pasti jahe dan teman-temannya bercampur di situ.
Tapi ternyata Bandrek di warung makan Mi Aceh ini berbeda, dan unik. Dia ini campuran dari susu telor madu jahe atau STMJ. Diaduk-aduk supaya berbusa, jadilah Bandrek khas Simpang Coin Center. Rasa jahenya memang kurang menyengat, tapi lumayan juga di tenggorokan. Hangat dan angin di badan rasanya berkurang.
Tempatnya juga enak. Selain di dalam, juga ada beberapa meja yang sengaja disimpan di luar. Justru meja-meja di luar ini yang paling banyak dibooking konsumen. Sambil nyeruput Bandrek, ngobrol ngalor ngidur, bisa lihat-lihat langit Batam.
Kalau tidak pesan nasi goreng, saya pesan ayam goreng. Ayamnya lumayan juga, kering. Sebenarnya tidak terlalu enak-enak amat. Berhubung sedang lapar saja, ayam kering itu bablas masuk ke perut.
Keberadaan warung-warung makan yang buka sampai subuh ini jelas menolong saya. Setidaknya, waktu makan jadi agak teratur. Siang makan pagi, sore makan siang, dan lewat tengah malam, ya makan malam. Dini hari ini pun saya mau mampir dulu ke warung Simpang Coin Center. Perut sudah melilit tanda tak kuat menahan lapar.
Oke deh, sebentar lagi sepertinya sudah bisa keluar kantor. Halaman 1 koran sudah hampir rampung. Ayo meluncur ke Simpang Coin.... (*)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment