KAMIS (17/5) ini adalah hari libur, bagi mereka yang memang libur. Ya, karena tidak semua pegawai libur. Katanya PNS libur empat hari dan kebanyakan pegawai swasta juga kayaknya libur.
Orang bilang, Long Weekend, libur panjang di akhir pekan. Terbayang, empat hari tak memikirkan pekerjaan dan aktivitas di kantor. Uennnnnnak tenan, Raos pisan...
Bagi saya, dan teman-teman di Tribun, libur empat hari ibarat mimpi di siang bolong. Tak pernah ada dalam kamus kantor kami libur saat tanggal merah. Koran harus terbit terus, tak mengenal libur. Terlebih saya. Selama di Batam ini, belum pernah sekalipun saya libur atau istirahat barang sehari. Terus masuk kantor. Kalau tidak masuk, kasihan teman-teman, mesti mengurus segunung halaman. Ya, saya ditugaskan ke Batam memang untuk membantu penggarapan halaman. Mereka di sini kekurangan redaktur. Jadilah saya, memegang 4 sampai 5 halaman setiap harinya. Makanya, stamina kudu kuat, biar tidak tumbang.
Tapi siang ini, kepala saya agak pening. Perasaan kayak mual-mual mau muntah. Mungkin karena kepanasan. Apalagi tadi motor saya mogok lagi. Terpaksa dorong motor dari mes ke bengkel di depan Pasaraya Batam Center. Dan itu jalannya menanjak!. Ternyata busi nya harus diganti lagi. Padahal baru minggu kemarin, itu busi diganti.
Di kantor, saya tidur-tiduran dulu di musala. Mencoba menghilangkan rasa pusing. Dengan sedikit pengaturan pernapasan, rasa mual mulai hilang, dan perlahan pening juga hilang.
Kantor Tribun benar-benar sepi. Di redaksi, cuma ada saya dan Agus Th. Kosong melompong. Ruangan pun masih gelap gulita. Apalagi di bagian administrasi. Poek mongkleng buta rajin, kata orang Sunda. Lalu datang, anak Umum cleaning service. Dia bersihkan kamar mandi, toilet, dan beres-beres ruangan lain.
Suasana libur begitu mempengaruhi hari ini. Seolah-olah, kantor ini pun ikut libur. Situs-situs berita juga sepi. Kebanyakan beritanya tentang liburan. Bandung yang macet sejak Rabu malam. Kecelakaan di tol Cipularang, Jalan Bypass Soekarno Hatta.
Saya pernah menulis di kolom Sorot Tribun Jabar soal Long Weekend ini. Dalam tulisan, saya menyarakan kepada Walikota Bandung, Dada Rosada, untuk memanfaatkan Long Weekend ini secara maksimal untuk kepentingan wisata. Jadi Pemkot harus membuat acara yang tersusun secara ciamik, cantik. Pelancong-pelancong dari kampung tetangga, Jakarta, itu tidak hanya berbelanja ria, makan sana makan sini, di Kota Bandung. Tapi mereka juga mendapat hal yang baru dari sajian-sajian kesenian, budaya, atau apapunlah yang telah disiapkan Pemkot Bandung.
Lha ini kan tidak. Belum pernah ada dalam sejarahnya, Pemkot menyiapkan acara untuk Long Weekend. Pelancong dibiarkan saja mengalir hingga memadati seluruh ruas jalan di Kota Bandung. Akibatnya, jalanan penuh mobil berplat B dan orang Bandung malas untuk keluar rumah, kalau tidak ada keperluan. Sayang memang.
Di Batam, libur panjang gini juga pening. Mau main kemana? Ke Singapura, bagi yang punya duit. Atau paling ke Nongsa dan Pulau Galang. Ya, cuma itu-itu saja tempatnya, tidak ada yang lain. Mau belanja, harga-harganya mahal.
Ya, saya tinggal bermimpi saja lah. Hari libur begini justru semakin berpikir keras. Mau mengisi halaman dengan berita apa. Pada libur begitu. Saya kebetulan memegang halaman Nasional, Jiran (Internasional), Fokus (liputan khusus), dan Pinang Region. Untuk mengisi satu halaman saja, mumet ni kepala. Ah, tapi nikmati saja. Besok-besok saya mo melancong lagi. Mumpung motor sudah bagus lagi. Sip lah... (*)
No comments:
Post a Comment