Wednesday, December 31, 2008

Tahun 2009 Terlambat Satu Detik


RABU 31 Desember, hari terakhir di tahun 2008. Tahun 2009 akan datang menjelang sekitar 11 jam lagi waktu Indonesia Barat. Itu waktu dalam hitungan Masehi. Dalam hitungan Hijriyah, tahun baru 1 Muharam sudah dimulai hari Senin 29 Desember kemarin.

Tahun Masehi didasarkan pada perhitungan peredaran Matahari atau Syamsiyah. Sementara Hijriah mendasarkan pada peredaran bulan. Matahari dan Bulan, dua benda langit yang menjadi perhitungan kalender, penanggalan umat manusia.

Nah, katanya tahun baru kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Awal tahun baru 2009 akan terlambat satu detik. Sejumlah ilmuwan yang selama ini peduli terhadap standardisasi waktu di seluruh dunia telah sepakat menambah satu detik di akhir tahun 2008.


Seperti dikutip Kompas.com dari Space.com, penambahan ini untuk memastikan dunia tetap tepat waktu. Rotasi Bumi sebagai standar 24 jam masih digunakan dalam penentuan waktu di jam. Padahal, rotasi Bumi dari waktu ke waktu mengalami keterlambatan. Pencairan es di kutub, aktivitas inti Bumi, gelombang laut, dan efek gravitasi Matahari dan Bulan membuat poros rotasi berubah-ubah dan mengalami perlambatan 2 milidetik setiap hari.

Sementara standar yang presisi kini digunakan berdasarkan perhitungan wakwa 1 detik setara dengan waktu yang dibutuhkan sebuah atom cesium untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. Dengan standar tersebut, jam atom hanya terlambat satu detik dalam 200 juta tahun. Akibat perbedaan ini menyebabkan tampilan jam atom harus disesuaikan dengan jam berdasarkan rotasi Bumi.

Tambahan detik yang diatur lembaga standardisasi waktu dunia International Rotation and Reference Systems Service akan dilakukan secara resmi pada malam tahun baru di Greenwich, Inggris. Greenwich selama ini menjadi referensi jam di seluruh dunia dengan sebutan GMT (Greenwich Mean Time) atau Coordinated Universal Time (UTC).

Secara teknis, pada malam tahun baru akan ditambahkan hitungan 23.59.60 sebelum berubah menjadi 00.00.00 memasuki 1 Januari 2009. Sebanyak 200 jam atom yang tersebar di 50 laboratorium di seluruh dunia akan menyesuaikan dengan perubahan ini.

Detik tambahan yang sering disebut Leap Second ini bukan kali pertama dilakukan. Sejak standardisasi waktu dunia disepakati tahun 1972 telah dilakukan 24 kali.

Meski seolah tahun 2009 terlambat satu detik, sebenarnya justru maju beberapa milidetik. Sebab, saat ini jam atom terlambat 0,6 detik sehingga penambahan satu detik membuat waktu Bumi 0,4 detik lebih dulu. Mau maju atau mau mundur, satu detik mah tidak berasa yah? Semoga saja di tahun baru Hijriah dan Masehi ini, amal kita semakin banyak. Amin. (*)

Monday, December 29, 2008

Tahun yang Lebih Baik

1430 tahun sudah jejak langkah Muhammad, nabi terakhir yang membawa risalah penyempurna agama-agama langit sebelumnya. Titik itu dimulai ketika Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah. Titik itu pula yang dipilih Khalifah Umar bin Khattab sebagai titik mula penanggalan tahun Islam.

Karena itu, setiap tanggal 1 bulan Muharam, umat Islam memperingati bergantinya tahun Hijriyah. Tahun yang kemudian dimodifikasi oleh Sultan Agung dari Mataram menjadi Tahun Jawa. Beragam cara untuk memuliakan awal tahun baru itu. Namun pada intinya semua berharap dan berdoa, bahwa tahun yang akan datang akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Seperti diketahui, makna sesungguhnya hijrah adalah perubahan. Dan perubahan adalah sebuah keniscayaan. Jika Barack Obama mengetengahkan slogan "Change, Yes We Can" dan berhasil memenangi pemilihan presiden AS, maka perubahan itu sudah didengungkan sejak 14 abad yang lalu. Ketika Muhammad membawa risalah ketauhidan, hanya menyembah Allah SWT yang satu. Tak hanya membawa perubahan dalam hal keyakinan dan ibadah saja, tapi juga perubahan dalam hal kemasyarakatan atau sosial. Sebuah revolusi, perubahan yang begitu cepat, telah berlangsung. Hanya dalam tempo 23 tahun, masyarakat Arab yang semula berada dalam keadaan jahiliyah, berhasil dibawa ke alam pencerahan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Perubahan itu pun menyebar ke segenap penjuru dunia, menjadikan Islam sebagai keyakinan yang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.

Tercatat dalam sejarah, masa pascahijrah adalah masa kegemilangan pertama Islam. Di kota Madinah, terbentuk sebuah masyarakat yang plural, masyarakat yang harmonis, memiliki toleransi tinggi. Masyarakat, yang kini lebih populer disebut masyarakat madani, itulah yang diimpi-impikan terwujud di negeri ini.

Jika impian membentuk masyarakat madani itu ingin diwujudkan, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah hijrah. Hijrah dari kondisi yang buruk menuju ke keadaan yang baik. Atau hijrah dari keadaan yang baik menuju keadaan yang lebih baik.

Jika beberapa hari lalu, Pemprov Jabar bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menandatangani komitmen untuk tidak korupsi atau Tekor (Teu Korupsi), itulah itikad untuk menuju yang lebih baik. Tentu tak boleh berhenti pada titik itikad saja. Harus ada tindakan nyata, bahwa korupsi benar-benar hilang dari memori bahkan niat para punggawa pemerintahan.

Bahwa pemerintahan daerah di Jabar tidak mungkin menggerus uang rakyat. Dan itu harus dibuktikan. Misalnya saja, seluruh pejabat publik harus sadar diri untuk mengumumkan harta kekayaannya setahun sekali, tanpa diminta KPK.

Hijrah pula yang menebalkan jiwa toleransi dalam hidup bermasyarakat. Toleransi, saling menyayangi di antara sesama kaum muslim dan menghormati agama lain. Bukankah masyarakat madani di zaman Muhammad begitu menghargai kaum Yahudi, selama mereka bersikap adil dan tidak berkhianat. Sebuah toleransi yang kemudian menjadi contoh, menjadi rujukan, hidup bermasyarakat dewasa ini.

Meneladani nilai-nilai yang terkandung dalam hijrah, lalu menerapkannya dalam kehidupan, itulah yang harus dilakukan saat ini. Selamat datang tahun 1430 Hijriyah. Semoga semangat perubahan, semangat berbuat kebaikan, dan bermanfaat bagi orang lain selalu mengiringi setiap langkah kita.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Senin 29 Desember 2008.

Monday, December 22, 2008

Demam Facebook

BELAKANGAN ini saya jarang menulis di blog. Padahal banyak hal yang ingin saya ungkapkan. Penyebabnya, selain kondisi kesehatan kurang fit, juga rasa malas luar biasa. He he itu mah sudah biasa kali yah. Penyebab lain, nah ini dia, saya sedang asyik di Facebook, jejaring sosial yang lagi ngetren.

Ngetren itu kata kita, lha di negeri luar sana, Facebook sudah lama beken. Di kita, mungkin karena Barack Obama, Facebook jadi menggila. Di sana sini ngomong Facebook, bikin akun Facebook.

Asyik juga main-main di Facebook. Saya bisa bertemu kawan-kawan lama, kawan di SMA dulu. Bayangin saja, saya sudah 16 tahun meninggalkan SMA. Hanya beberapa teman SMA saja, terutama teman-teman Friday, yang masih kontak kiri kanan.

Luar biasa, ternyata Pesbuk mempertemukan kami kembali. Sejak keluar SMA, saya tak pernah tahu kabar Ade Nano Suwardi. Dia bintang kelas di Fisika 2. Terus masuk Akabri Laut. Eh ternyata sekarang dia lagi di Belanda, sampai April 2009. Lagi tugas mengambil KRI Frans Kaisiepo 386 buatan Belanda sana.

Ada pula Dewi Susanti, juga teman sekelas. Kini berjilbab sudah punya dua anak. Terus teman-teman dari kelas lain atau angkatan yang lain. Yanti dari Fisika 3 yang terlihat beda banget. Ada si Roy juga, teman sejak SMP sampai SMA, sekarang Wakapolres Mataram NTB. Ada senior, ada junior. Weuh, poko na mah jiga reunian. Malah minggu kemarin, saya datang ke SMAN 2 Cimahi diundang sama anak-anak angkatan 94 via Facebook juga. Ya memanjangkan silaturahmi lah.(*)

Sakit

MINGGU lalu, saya harus off dari kantor karena diserang penyakit tak karuan. Awalnya demam tinggi, kemudian nyeri tulang di bagian kaki, lutut, dan tangan. Wuih, sakitnya minta ampun. Soal sakit tulang, sebetulnya sudah sering. Tapi tidak sesakit minggu lalu.

Tadinya saya malas pergi berobat ke dokter. Memang saya orang yang tidak terlalu dokterminded, sakit sedikit ke berobat. Bagi saya, selama masih bisa jalan, bisa ngetik, bisa mikir, tidak usah ke dokter, tidak perlu off dari kantor. Cukup minum obat warung juga sembuh. Tapi karena didesak terus sama Bu Eri, yah akhirnya nyerah. Dua hari izin tidak ke kantor dulu.

Ada anggapan orang, sakit itu musibah. Padahal sejatinya, sakit itu adalah berkah. Sakit itu adalah tanda kasih sayang Allah. Dengan sakit itu pula, dosa-dosa kecil seseorang bisa berguguran. Makanya, saat sedang ditimpa sakit apapun, harusnya yang keluar dari mulut itu adalah zikir kepada Allah. Sebagai balasan dari kita atas kasih sayang Allah. Dan saat sakit itulah kita selalu merasa kecil, tak berdaya. Semula segar bugar, lalu sekejap lemah lunglai.

Jadi sesungguhnya, sakit itu hal yang harus disyukuri. Karena kita masih disayang Allah. Jangan risau jika sedang sakit, perbanyak saja zikir. Jikapun saat sakit itu adalah saat terakhir kita menghirup napas, bersyukurlah karena kita tergolong syahid. Sakit memang bukan hal yang harus dihindari, apalagi ditakuti. Senang saja lah, toh bisa istirahat dua hari di rumah.(*)

Saturday, December 20, 2008

Jamban Terburuk

JAWA BARAT berada di posisi paling rendah se-Pulau Jawa dalam urusan hidup bersih dan sehat. Dibanding dengan Banten sekalipun, Jabar ternyata masih kalah. Indeks pola hidup bersih dan sehat Jabar di bawah standar nasional. Jangan bandingkan dengan Jateng dan DI Yogyakarta yang poinnya berada di atas nasional.

Ada 10 indikator pola hidup bersih dan sehat yang menyebabkan posisi Jabar tak bisa lebih bersih dan sehat dibanding Provinsi Banten. Indikator itu antara lain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, air bersih, jamban sehat, dan keluarga tidak merokok.

Jelas saja, bagaimana mau disebut sehat apabila keluarga yang merokok di Jabar mencapai 81,5 persen. Para perokok ini sudah mulai merokok sejak usia 10 tahun. Dan di Jabar prevalensi perokok tertinggi adalah di Kabupaten Cianjur yaitu 39,2 persen.
Siapapun tahu bahwa merokok itu tidak baik atau merusak kesehatan. Tapi slogan itu hanya enak dan gampang diucapkan di mulut saja. Kenyataannya, orang-orang yang sadar dan tahu bahaya rokok, anteng saja mengisap asap nikotin terus menerus bak loko kereta api uap, lalu menyemburkannya ke udara, dan meracuni orang-orang yang tidak pernah merokok.

Tengok pula bagaimana pengetahuan masyarakat Jabar soal jamban. Rupanya masih banyak yang belum memiliki jamban sendiri dan belum tahu cara buang air besar yang benar.
Ini mengherankan, karena di sisi lain, soal konsumsi makanan berisiko seperti junk food, masyarakat Jabar juga tinggi. Artinya untuk makanan impor, masyarakat langsung tanggap, tapi urusan perjambanan tidak mau tahu.

Letak geografis Jabar yang dekat dengan ibukota negara tak menjamin masyarakatnya sadar soal jamban. Keberadaan fakultas kedokteran yang menjadi kejaran mahasiswa dari Malaysia dan sekolah tinggi kesehatan di tanah Parahyangan ini tak membuat tingkat kesehatan masyarakat lantas membaik.

Jabar dikenal sebagai penghasil sayuran, tapi 97 persen masyarakatnya kurang mengonsumsi buah dan sayur. Ironi bukan? Hidup sehat ternyata tidak bisa sendirian. Bagaimanapun, lingkungan akan mempengaruhi cara hidup sehat seseorang. Menjalankan pola hidup bersih dan sehat harus digerakkan secara bersama-sama. Jika satu keluarga tidak sehat, akan menular kepada keluarga yang lain.

Tapi upaya tetap harus dilakukan, karena itulah yang akan mengubah kebiasaan. Mulai dari yang kecil; membiasakan cuci tangan dengan sabun, biasakan memakai jamban, bersalin pada tenaga kesehatan, biasa berolahraga dan pola makan teratur.
Hidup seimbang, begitu kata orang pintar, pangkal hidup sehat.(*)
Sorot, Dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Jumat 19 Desember 2008.

Thursday, December 11, 2008

Antikorupsi

TANGGAL 9 Desember kemarin adalah hari saat seluruh elemen masyarakat berteriak sekencang-kencangnya menyatakan diri antikorupsi. Ya setiap 9 Desember diperingati sebagai Hari Antikorupsi se-Dunia. Sebagai bagian dari warga dunia, tentu saja kita pun harus berteriak kencang antikorupsi.

Sayangnya teriakan kita itu tidak cukup membukakan mata dan telinga para koruptor di negeri ini. Slogan tidak pada korupsi saja tak cukup membuat ciut nyali para koruptor. Data BPK tahun 2007, uang negara yang dikorupsi sebesar Rp 6,6 triliun.

Institusi yang paling banyak korup adalah pemda, menyusul kemudian BUMN. Global Corruption Barometer menempatkan pemda, kepolisian, parlemen, pengadilan, dan partai politik, sebagai institusi dan lembaga yang korup. Indonesia Corruption Watch (ICW) menempatkan DPR sebagai lembaga terkorup. Dan kasus korupsi yang paling banyak menyeret anggota dewan adalah kasus dana BLBI.

Kalau melihat reputasi parlemen kita yang terhormat dalam soal korup-mengorup, memang hal yang wajar stigma itu dilekatkan. Kasus-kasus korupsi besar di tingkat nasional selalu melibatkan anggota dewan. Hitung saja berapa banyak anggota parleman yang meringkuk di sel Kejagung ataupun KPK.

Menyusul kemudian koruptor dari kalangan eksekutif. Lihat betapa sesaknya rutan Brimob Kelapa Dua oleh tersangka korupsi pengadaan alat berat dan pemadam kebakaran. Mereka kebanyakan adalah pejabat dan mantan pejabat eksekutif atau kepala daerah dan mantan kepala daerah di sejumlah daerah di Indonesia.

Berkata tidak pada korupsi adalah sebuah keharusan. Bagaimanapun korupsi sangat menyengsarakan kehidupan rakyat banyak. Bukankah uang negara sejatinya adalah uang rakyat yang dititipkan untuk dikelola dan dijalankan secara amanah agar masyakarat menjadi sejahtera.

Karena itu kita harus menyamput gembira dan mendukung sepenuhnya pembuatan kantin- kantin kejujuran yang dimulai dari sekolah-sekolah. Merekalah, para pelajar, yang akan menjadi ujung tombak pemberantasan korupsi di masa yang akan datang.
Apabila sikap jujur sudah tertanam sejak dini, sudah menjadi bagian dari hidup, setidaknya jalur niatan awal untuk korupsi sudah dipotong.

Harus diakui, sikap jujur itu mudah diucapkan, tapi sulit dilaksanakan. Kadang-kadang lingkungan juga mendukung kita untuk berbuat tidak jujur. Dalam pergaulan kehidupan masyarakat dulu, --mungkin juga masih berlangsung sampai sekarang-- dikenal istilah dalam bahasa Sunda, darmaji, dahar lima ngaku hiji. Makan lima pisang goreng, saat membayar mengakunya cuma makan satu. Alhasil, empat pisang goreng lainnya free.

Tentu kita tidak menginginkan generasi mendatang adalah generasi darmaji, generasi yang lebih suka me-mark up anggaran, generasi yang suka menilap uang proyek, menerima uang tak halal atau suap dari pengusaha untuk meloloskan proyek.
Belajar dari kantin kejujuran, saatnya kita belajar jujur pada diri sendiri, memulai dari hal yang kecil, dan tak ragu untuk memulainya sekarang juga.(*)
SOROT, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Rabu 10 Desember 2008.

Monday, December 08, 2008

Hari Bersejarah

BAGI kaum muslimin, Idul Adha tentu memiliki makna besar. Tapi bagi crew Tribun Jabar, Idul Adha tahun 2008 atau 1429 H punya arti lebih besar lagi. Bahkan, inilah hari bersejarah. Hari yang sesungguhnya dinanti-nanti oleh kami.
Senin 8 Desember 2008 akan dicatat sebagai hari yang untuk pertama kalinya Tribun Jabar --sejak masih bernama Metro Bandung, tidak terbit pada tanggal merah. Wow. bayangkan butuh waktu hampir sembilan tahun, untuk menunggu kapan tanggal merah kami bisa seperti yang lain, ikut libur. Ya setidaknya, sehari sebelum tanggal merah itu bisa kami nikmati seharian seperti halnya orang lain libur.

Entah bagaimana ceritanya, manajemen Tribun memutuskan untuk tidak menerbitkan koran pada Idul Adha kali ini. Tentu banyak perhitungan, terutama soal sirkulasi yang kurang menguntungkan. Di Hari Idul Adha, para pengecer koran lebih banyak berburu daging kurban ketimbang mengedarkan koran. Jadi tujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat saat libur pun tidak tercapai. Kira-kira mungkin begitu alasan pokoknya.

Yang pasti, kami menyambut gembira hari libur ini. Meski pada tanggal merah lainnya pasti akan tetap terbit. Ya setahun sekali eh dua kali, dengan liburan Idul Fitri, kami bisa istirahat sejenak dari keriuhan dunia informasi.

Memang terasa ada yang aneh. Kami biasa tidak libur dan dianggap alien oleh orang lain. "Tanggal merah kok kerja," begitu istri saya ngomel. Dan memang kami lebih suka atau menikmati dibilang aneh. Asal koran ini bisa maju. Nikmati yang ada, menarik napas sejenak karena hidup ini tak selamanya berlari kencang, lalu kembali berlari, berlari, dan terus berlari.(*)

Thursday, December 04, 2008

Air

AIR adalah sumber kehidupan dan menghidupkan. Air itu suci dan mensucikan, kecuali karena beberapa hal jadi tidak suci. Begitu pelajaran yang pernah saya dapat waktu mengkaji kitab fikih Safinah, waktu kecil dulu. Dan sudah menjadi pengetahuan umum, bumi ini sebagian besar dikuasai oleh air. Bahkan tubuh kita pun lebih banyak cairannya ketimbang benda padat.

Dulu, waktu belajar cara bertahan hidup di hutan (jungle survival), saya diberi tahu, tanpa makanan, manusia bisa bertahan sampai 7 hari bahkan lebih. Tapi tanpa air, manusia hanya bisa bertahan 2 hari, ya molor sedikit lah jadi 2,5 hari.

Air pula yang jadi persoalan selama seminggu terakhir ini di rumah. Rumah baru berlantai 2 itu sudah bisa dihuni, tapi tak ada air. Terpaksa untuk kebutuhan yang berkaitan dengan air, harus mengungsi "angkaribung" bawa handuk dan peralatan lainnya ke rumah kakak atau rumah warung di sebelah.

Beruntung, upaya tim pengebor untuk menuntaskan pembuatan lubang sedalam 35 meter bisa tuntas dua hari lalu. Air pun sudah mengucur melalui pipa-pipa paralon berbagai ukuran, lalu mendarat di penampung besar dari

plastik berwarna oranye. Orang menyebutnya Toren (apa begitu menulisnya?)

Kini air sudah memancur dari kran-kran di kamar mandi, tempat cuci, dapur, wastafel. Tapi bukan berarti persoalan selesai. Water heater ternyata tidak bisa jalan (jelas dong, gak punya kaki!). Maksudnya, water heater tidak berfungsi. Padahal baterai sudah diganti, regulator gas sudah dipasang. Ditilik sana tilik sini, sepertinya tidak ada yang rusak. Masa si barang baru sudah rusak?

Tapi pagi tadi ketemu penyebabnya. Ternyata posisi Toren yang disimpan di dak atas kamar mandi kurang tinggi, sehingga tekanan air tidak cukup kuat untuk memicu pemantik api di water heater. Artinya, saya punya kerjaan lagi agar shower bisa berfungsi dan anak-anak bisa mandi di pagi hari dengan nyaman. Kerjaan berarti uang, uang berarti waktu. Jadi carilah waktu, maka akan ketemu uang. Setelelah itu baru bisa bekerja, ha ha ha.(*)

Sunday, November 30, 2008

Antara Maryamah Karpov dan Mengungkap Kegagalan CIA


HAMPIR 7 bulan saya puasa membeli buku, bahkan membaca buku. Otomatis, karena tidak ada buku baru yang dibeli, saya pun tidak membaca buku. Eh, tapi minggu lalu saya membelikan buku untuk anak sulung saya, Kaka Bila. Novel Laskar Pelangi, yang baru tuntas 4 halaman dibaca anak 6 tahun itu.

Nah tahu-tahu di bulan November muncul buku yang menghebohkan. Sebuah buku karya Tim Weiner, seorang wartawan The New York Times, "Membongkar Kegagalan CIA: Spionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya (Legacy of Ashes The History of CIA)”.

Buku ini menjadi sorotan tajam, karena di dalamnya mengungkap keterlibatan Adam Malik dalam organisasi intelijen paling rahasia di dunia. Wakil Presiden RI di zaman Orba itu disebut-sebut menjadi agen CIA. Weiner pun menyertakan sejumlah dokumen yang menunjukkan adanya komunikasi antara Adam Malik dan Dubes AS di Indonesia waktu itu.

Tentu isu ini menjadi sensitif. Rupanya CIA benar-benar menebar jaring hingga ke tingkat tertinggi kekuasaan. Jika mereka waktu itu sudah bisa memegang Wapres, lha pertanyaannya saat ini: Di antara anggota Kabinet SBY, siapa yang menjadi agen CIA?

Jadi ngejelimet memang, karena Adam Malik sudah almarhum, sehingga tidak bisa mengklarifikasi. Lalu reputasi baik Adam Malik juga menjadi pertaruhan. Tentu orang-orang yang selama ini menganggap Adam Malik sebagai nasionalis sejati akan tersinggung dengan pengungkapan Weiner itu.

Kalaupun dia masih hidup, belum tentu juga Adam Malik akan mengaku. Mana ada agen intel mengaku atau ketahuan jati dirinya, kecuali intel Melayu model Polycarpus.

Di sisi lain, pada 28 November, meluncur pula novel yang saya tunggu-tunggu, bagian terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Maryamah Karpov. Tiga novel sebelumnya sudah saya lahap sejak lama. Kemarin saya membelikan Kaka novel Laskar Pelangi (lagi) karena dia setiap hari menyenandungkan lagu Nidji yang jadi soundtrack film Laskar Pelangi.

Waduh jadi bingung nih. Awalnya mau beli Maryamah Karpov, eh muncul Tim Weiner. Saya sudah minta uang sama Bu Eri. Waktu itu untuk beli buku CIA, karena Maryamah belum terbit. Sekarang jadi bingung deh, beli buku yang mana yah? Huh...(*)

Saturday, November 29, 2008

Inoel Akhirnya Ditemukan, Depresi, Katanya Diculik

MIZAN Bustanul Fuady, Ketua Himpunan Mahasiswa Planologi ITB, akhirnya ditemukan di Kampung Cikurubuk, Desa Pasir Batang, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, tadi pagi sekitar pukul 10.00. Inoel, sapaan akrabnya, sudah menghilang dari rumah selama 10 hari.

Yang paling mengkhawatirkan, Inoel dalam kondisi depresi, setengah linglung. Berdasarkan pengakuannya, Inoel diculik sekelompok orang. Siapakah mereka yang menculik Inoel, menyiksa secara psikologis agar mentalnya down, tanpa sama sekali ada orang yang minta tebusan pada keluarga Inoel?

Belum terang benar pelaku penculikan (harap tahu, sampai Senin pagi polisi belum menyimpulkan kasus Inoel sebagai penculikan), karena Inoel masih belum memungkinkan untuk diperiksa. Tentu hanya Inoel yang mengetahui siapa saja para penculiknya. Minimal ciri-ciri mereka. Di sepanjang perjalanan 10 hari itu, tentu pasti ada kontak komunikasi. Setidaknya dari situ bisa diketahui motif pelaku.

Jadi wajar saja, kalau muncul berbagai asumsi sebagai motif. Mulai soal kaderisasi, NII, gay, masalah pribadi, keluarga, murni kriminal dll. Soal motif-motif itu juga pernah disampaikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan ITB lho. Cuma dia membantah kalau masalah internal di kampus jadi motif penculikan terhadap Inoel.

Okelah, supaya asumsi-asumsi saya tidak dibilang asal-asalan, saya tuliskan pendapat, pandangan, komentar, dan hipotesis pakar kriminologi dari Unpad, Yesmil Anwar soal kasus Inoel ini. Biar pakar yang menyebutkannya, bukan saya yang bukan pakar apapun.

Seperti dikutip detikbandung.com, Minggu (30/11), Yesmil bilang meski penculikan memungkinkan menjadi motif hilangnya Inoel, motif lain perlu diselidiki. Bisa saja, hilangnya Inoel karena keinginan diri sendiri ataupun karena pengaruh obat dan penyakit yang dia derita.

Menurut Yesmil, diperlukan informasi yang rinci mengenai riwayat pribadi Inoel. "Apakah dia mengkonsumsi narkoba? Atau dia punya penyakit ayan. Karena ini kan belum ada saksinya. Jangan-jangan semua ini hanya khayalan dia saja. Jadi jangan hanya terjebak pada pengakuan," tegasnya. (Ini dugaan lebih parah lagi, konsumsi narkoba dan ayan....)

Untuk menyelidiki kasus ini, diperlukan pemeriksaan forensik dan oleh psikiater. "Katanya dia kan dibius, nah pastinya akan ada kontak kulit orang lain dengan kulitnya. Mungkin saja korban melakukan perlawanan dan si pelaku melakukan pemaksaan, nah ini bisa diketahui lewat forensik. Bisa dilihat juga apakah ada bulu orang lain atau minyak wangi orang lain di tubuhnya," kata dia.

"Jadi jangan simpulkan dulu hanya dari pengakuan saja. Karena jangan-jangan dia ingin beken saja," ujar Yesmil. (lho numpang beken kok lewat penculikan... )

Yesmil juga bilang, penculikan tanpa ada uang tebusan bisa saja terjadi. Penculikan politik juga bisa jadi motif. "Ini bukan bicara soal tebusan, tapi bagaimana caranya merusak moral kelompoknya atau orang yang diculik tersebut," kata Yesmil, masih dikutip detikbandung.

Selain itu, kata dia, motif penculikan lainnya bisa karena dendam pribadi yang berkaitan dengan utang piutang misalnya atau pun perebutan kekuasaan, dan hubungan percintaan. "Misalkan perebutan kekuasaan. Meskipun organisasi kecil-kecilan semisal himpunan, itu bisa jadi motif juga. Artinya penculikan tidak melulu bicara tebusan," tandas Yesmil.

Ah, kita tunggu aja deh ending kasus ini.(*)

My Home Metamorphosis (9): Finally...

ALHAMDULILLAH, akhirnya saya sekeluarga bisa menempati rumah baru kami. Tepatnya, Sabtu (22/11) pekan lalu, kami dibantu para tetangga pulang kandang ke rumah. Padahal rencananya maunya hari Minggu besoknya. Berhubung atas hasil perhitungan Bapak, bahwa kepindahan harus hari Sabtu, kami pun boyongan. Entah seperti apa hitung-hitungan waktu pindah itu. Bagi saya sih semua hari juga baik, yang pasti mah saya harus cuti dua hari untuk pindahan itu.

Jadi sekarang ini sudah seminggu kami merasakan bermalam di rumah baru. Memang belum jadi tuntas semua. Saat pertama pindah, pintu utama dan samping belum ada. Terpaksa kalau malam hari, pintu depan itu ditutup pakai triplek. Tapi sekarang sudah tertutup semua. Itu pun setelah saya dan Bu Eri menyusul ke rumah tukang pintu. Baru deh besoknya dikirim.

Oh iya, sebelum pindahan hari Sabtu, Jumat malam kami menggelar syukuran. Ini pun mendadak. Bapak baru bilang sore hari, bahwa malam mau bikin syukuran dan pengajian. "Masa pindah ke rumah baru enggak selametan," begitu kata Bapak. Lha, kita sih bukannya enggak mau selametan. Duitnya itu yang bikin kita gak mikir bikin selametam. Pokoknya pindah ya pindah, bismillah saja.

Namun begitulah, ada saja uang hasil subsidi silang kanan kiri, akhirnya syukuran mendadak itu pun berhasil digelar, bada Isya. Yang datang, para tetangga yang baru pulang pengajian dari mesjid. Jadi cukup banyak juga.

Sebetulnya masih banyak yang belum selesai. Air sampai sekarang belum mengalir, karena baru dibor dua hari lalu. Jadi untuk mandi dan segala macam urusan dengan air, kami harus mengungsi ke rumah kakak. Atau kalau ada air, ya mandi di rumah warung, yang dulu merupakan bagian dari rumah baru.


Lalu sekarang juga Mang Jojo, tetangga kami, sedang sibuk mengecat dinding bagian dalam. Sebelumnya, ia sudah membereskan plafon dan mengecatnya. Warnanya disamakan dengan warna dinding lantai atas. Tapi khusus untuk bagian ruang makan, dapur, dan bagian belakang lainnya. Untuk ruang tengah, masih dipikirkan, warna apa yang cocok. Begitu pula dengan warna dinding bagian luar, sampai sekarang masih belum ketemu warna yang pas. Inginnya ngejreng, tapi khawatir gak sreg.

Pekerjaan yang juga belum selesai adalah pemasangan paving block di gang kecil antara rumah baru dan rumah lama serta batu alam di tiang. Tapi ini pekerjaan nanti-nanti saja, kalau uangnya sudah terkumpul lagi. Maklum, sekarang mah uang recehan saja dihitung-hitung, saking sudah tongpes-nya.

Walau begitu, syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, rumah ini bisa ditempati dengan cukup nyaman. Karena sejak awal membangun, saya merencanakan rumah ini hanya bergenting saja. Jangan tanya soal keramik, kaca, pintu, apalagi cat, itu di luar perhitungan. Tapi begitulah, Allah selalu membuka jalan bagi mereka yang yakin. Ada saja uang halal yang, walau sedikit, bisa membantu menyelesaikan rumah. Semoga rumah ini membawa keberkahan pada kami sekeluarga. Amin.(*)

SMS Misterius Inoel kepada Yanie


KAMIS pekan lalu, Mizan Bustanul Fuadi, Ketua Himpunan Mahasiswa Planologi ITB, hilang secara misterius. Inoel, begitu alumni SMAN 3 Bandung itu biasa disapa, pamit kepada ibunya untuk pergi ke Griya Arcamanik, beli sesuatu dan membetulkan kacamatanya. Namun sejak itu, ia hilang tak berbekas.

Hanya satu pertanda yang mencurigakan. Inoel sempat mengirimkan sebuah pesan pendek berbunyi "Ni, tlg". Sinyal ponselnya sempat terlacak di daerah Padasuka. Setelah itu, hilang.

Siapa Ni yang dimaksud Inoel dan dimintai pertolongannya itu? Saya menelusuri di dunia maya dan tanya sana sini, ternyata Ni yang dimaksud adalah Yanie, atau lengkapnya Maria Goretti Sri Handayani. Yanie adalah mantan general manager Radio 108 18EH, sebuah radio kampus ITB yang awaknya para mahasiswa. Yani juga adalah teman seangkatan Inoel di Planologi.

Mengapa pesan singkat itu disampaikan Inoel kepada Yanie, bukan kepada keluarganya atau teman-teman Inoel yang lain? Sepertinya antara Inoel dan Yanie memang memiliki hubungan khusus, sebutlah berpacaran. Indikasi kuat mereka punya hubungan khusus itu terlihat dari sejumlah komentar teman-teman Yanie di situs pertemanan Friendster. Saya nemu situs Yanie ini tak sengaja setelah membuka FS-nya Inoel.

Misalnya saja Dendy yang memposting komentar pada hari Minggu (24/11) pukul 00.35. "Yan, gw baru denger, sabar ya, klo ada yang bisa gw bantu , contact me at anytime, i'll pray for him". Lalu sehari sebelumnya pada pukul 9.02 Arrauda mengirim komentar seperti ini,"Gooor..my darling..sabar yaaa..smuanya bkl baik2 aja..trs berdoa aja yak..be strong hun!. Gor adalah panggilan sejumlah teman Yanie, merupakan kependekan dari Goretti.

Dua jam kemudian, masih di hari yang sama, Risma juga memposting komentar. "sabar yah, Yan..pasti usahanya gkan sia2," begitu tulis Risma. Risma atau nama lengkapnya Risma Putri Arum adalah mahasiswi Sipil ITB angkatan 2005, yang juga alumni SMAN 3, tempat Inoel bersekolah. Ia pun mengirim komentar di Frienster milik Inoel pada hari Rabu (27/11) pukul 11.27: "heeuuurrrgghh!! kamu dimana???????????????????????? kamu orang baik, semua orang pasti berdoa supaya Allah slalu lindungin kamu. cepet pulang, Brow".

Untuk apa teman-teman Goretti atau Yanie ini memberi support sedemikian rupa kalau ia tidak punya hubungan spesial dengan Inoel, bukan? Setidaknya, Yanie lah teman yang dianggap paling dekat dan mengetahui betul tindak tanduk Inoel, selain keluarganya.

Lalu indikasi yang lebih menguatkan bahwa Inoel dan Yanie berpacaran adalah foto-foto mereka berdua di suatu tempat. Tempat itu adalah sebuah jembatan kereta api dengan sungai mengalir di bawahnya. Di dekat jembatan KA itu penunjuk km, yaitu 1290. Inoel dan Yanie berfoto secara sendiri-sendiri di tempat yang sama. Lalu mereka berdua berfoto di atas bebatuan di sungai yang mengalir di bawah jembatan kereta api itu.

Saya lihat juga, Yanie sering memberi komentar di FS Inoel. Namun tak sekalipun Inoel memposting komentar di FS Yanie. Baca komentar Yanie di FS Inoel yang dikirim pada tanggal 27 Oktober 2008 pukul 11.12. "Hidup itu anugrah yang indah dengan warna2 dari orang2 yang ada di sekitar kita...today i'm thank GOD 4 each colour on my life..it never gone..n one of them is u..luv u...". Luv u adalah kata gaul untuk ungkapan cinta.

Yanie sering menyebutan Inoel dengan panggilan Ndut. Bisa jadi ini karena perut Inoel gendut, walau badannya kecil. Seperti yang diposting Yani pada 27 September 2007 pukul 00.31. "lagunya what if bener2 bikin inoel merenung ya?!hoho...
ndut..butuh bantuan, dukungan, konsultan, semangat tapi ga cuman setaun ini doang. berharap setelah ini bener2 bisa jauh lebih dewasa... doakan saja...makasi ya..". Begitu pula di postingan komentar pada 16 Januari 2008." "Ndut........smangat ya ITB Exponya....jangan lupa gabung ma 8EH...haha...btw...ngurusin ITBexpo jangan jadi tambah kurus ya!!!. Atau pada postingan tertanggal 25 Maret 2008 pukul 9.36. "akhirnya....selamet ya ndut acara ITB Exponya...tapi itu baru awal..awal dari perjuangan2mu yg lain...hoho,".

Namun sebutan bernada romantis pun pernah Yanie tuliskan, seperti dipostingannya pada 19 April 2008 pukul 11.42. "hi my little star!!!ngingetin doank...sesibuk apapun kamu nantinya...jangan prnh lupakan tujuan kamu masuk ITB, tujuan hidup kamu dan juga tanggung jawab kmu sebagai makhluk Tuhan, mahasiswa, seorang anak dan seorang manusia dewasa... (udh dewasa kan?!) hoho...". Hmm, my littel star, bintang kecilku, rasanya orang yang tak punya hubungan tak akan menyebut dengan panggilan seperti itu.

Memang banyak asumsi soal motif hilangnya Inoel. Mulai persoalan keluarga, katanya Inoel pernah bentrok dengan pembantu. Soal kaderisasi di himpunan. Konon katanya, ada tradisi dulu setiak ketua himpuanan akan diinisiasi, termasuk diculik sementara. Lalu soal kelompok homoseksual juga jadi salah satu dugaan motif Inoel, walau belakangan tidak terbukti. Sampai soal NII, yang banyak bergerak di kampus-kampus, juga menjadi salah satu dugaan penyebab hilangnya Inoel.

Namun hubungannya dengan Yanie juga bisa menjadi motif. Tentu karena mereka berbeda agama. Inoel seorang muslim, Yanie adalah Katolik. Adanya dugaan mereka tengah dilanda masalah juga terlihat dari sejumlah komentar teman Yanie di FS. Mereka membaca dari shoutout yang ditulis Yanie. Isinya adalah "Doakan saya bisa menemukan jawaban yang saya cari tanpa menyakiti siapapun..."

QQ, begitu nickname seorang teman Yanie, memposting komentar di FS Yani pada tanggal 29 Oktober 2008 pukul 06.26. "Wduh..waduh..gosip drmn tuh?btw shoutoutnya gitu bgt bu...lg brmslh y?". Ujung komentar itu menyiratkan dugaan QQ bahwa Yanie tengah bermasalah. Begitu pula evy, pada hari yang sama, memposting komentar. "non...knp to???mengkhawatirkan bgitu....". Dua jam sebelumya, Maya juga memposting hal senada. "Gor... ada apakah?? baik2 sajakah kamu???". Lalu Efras memposting pada tanggal 4 November 2008 pukul 7.19. "...ngomong2 tuh shoutout nya knp? bingung milih co y..heu1x". Masih belum ada titik terang tentang kasus hilangnya Inoel.

Harapan agar Inoel segera kembali atau ditemukan juga disampaikan teman-temannya lewat Friendster. Misalnya Risma Putri Arum, mahasiswi Sipil ITB angkatan 2005, yang juga alumni SMAN 3, tempat Inoel bersekolah. Begini komentar Risma yang dikirim pada hari Rabu (27/11) pukul 11.27: "heeuuurrrgghh!! kamu dimana???????????????????????? kamu orang baik, semua orang pasti berdoa supaya Allah slalu lindungin kamu. cepet pulang, Brow.

Begitu pula teman Inoel sesama SMAN 3 Bandung, Rizka Pravitianasari, yang kini kuliah di Hubungan Internasional angkatan 2005, memberi komentar. "Inoel, gw kaget mendengar berita tentang elu.. semoga Allah selalu melindungi kamu...
jangan patah semangat ya...yes, you can!. Rizka memposting komentarnya pada hari Selasa (25/11) pukul 5.21 sore.

Lalu Nisabi, memposting pada hari yang sama pukul 2.50. "noel dmana? mdh mdhan g apa apa ya.cepet pulang dunk...Good luck ya noel..semoga selalu dilindungin Alloh". Temannya yang lain denga nickname dv memposting satu jam sebelumnya.
"Noel,,,kmu dmana? dv harap 4JJ1 selalu melindungi kmu noel..

Fadli aditya juga mengirim komentar pada pukul 12.51 hari yang sama. "smoga Allah melindungimu selalu....". Tamie memposting pada pukul 1.38 dini hari dengan kalimat singkat,"cepat kembali y...". Ada pula Pino yang kaget mendengar berita Inoel hilang. Ia memposting pada 24 November pukul 23.33. "ka inoel. kaget banget baru denger beritanya dr milis tadi. semua mendoakan kaka".

Begitulah. kasus ini akan tetap samar sampai Inoel bisa ditemukan. Baru dari situ mungkin bisa digali apakah motivasi sesungguhnya. Apakah memang ada tindak kriminal di sana, dalam artian Inoel diculik sekelompok orang, atau Inoel sekadar menyembunyikan diri untuk sensasi atau merenung sejenak karena persoalan yang membelitnya? Sebentar lagi, pasti akan diketahui jawabannya. (*)

Mereka yang Hilang

KOMISI untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau lebih familiar disebut Kontras adalah nama lembaga yang begitu terkenal di awal-awal reformasi. Lembaga yang dipimpin Munir (alm) itu gigih memperjuangkan orang-orang yang hilang atau dihilangkan dan diculik oleh institusi negara agar bisa diketahui keberadaannya. Sebagian korban penculikan itu bisa kembali ke pangkuan keluarga. Namun sedikitnya 13 aktivis pro demokrasi, hingga kini tak tentu rimbanya.

Mungkin di zaman Orba, penghilangan orang secara paksa itu seolah hal wajar. Mereka yang dihilangkan secara paksa adalah yang berseberangan secara ideologi dengan negara atau dianggap mengganggu keamanan. Di era 80-an, berita penembakan preman dan orang-orang bertato menjadi topik berita. Pembunuhan misterius (Petrus) cara rezim waktu itu, walau tak diakui secara resmi, untuk menyingkirkan gangguan keamanan di tengah masyarakat.

Tapi zaman itu sudah berlalu. Saat ini kita hidup di zaman serba terbuka dan segala hal bisa didiskusikan. Zaman yang seharusnya tak perlu lagi ada penghilangan paksa atau penculikan atas motif apapun. Namun negara tak bisa menjamin keamanan warga negaranya sendiri. Kasus penculikan justru marak di negeri ini.

Masih hangat dalam memori kasus penculikan Rasya, bocah Jakarta, yang menghebohkan. Setahun lalu, di Bandung, Achriani Yulvie, mahasiswi Poltek Pajajaran ICB, juga hilang. Lalu menyusul rekannya, Fitriani, seorang guru TK, juga dibawa kelompok Alquran Suci. Di Cirebon, Tifatul Maulidia, mahasiswi Akademi Analis Kesehatan, juga raib. Mereka diduga dibawa oleh kelompok yang disebut-sebut Alquran Suci. Sebuah kelompok yang tidak diketahui wujudnya, namun aktivitasnya ada. Salah satu doktrin kelompok ini adalah mengkafirkan keluarga, sehingga tak perlu lagi berkumpul dengan keluarga.

Yang terbaru adalah hilangnya Ketua Himpunan Mahasiswa Planologi ITB, Mizan Bustanul Fuadi atau akrab disapa Inoel, pekan lalu. Berbagai asumsi motif hilangnya Inoel bermunculan mulai isu Babakan Siliwangi, kaderisasi di jurusan, homoseksual, masalah keluarga, bahkan NII. Asumsi Inoel jadi korban kriminalitas pun muncul. Namun hingga kini belum ada titik terang dimana dan karena apa Inoel menghilang.

Apakah nasib Inoel akan seperti orang-orang hilang lainnya yang tak penah ditemukan lagi? Di sinilah perlunya keseriusan seluruh pihak, baik keluarga, kampus, kepolisian, media, dan masyarakat, untuk mencari titik terang kasus ini. Ini menjadi penting agar masyarakat memiliki rasa aman dan nyaman tinggal di Kota Bandung. Tidak was-was akan menjadi korban penculikan, perampokan, dan kriminalitas lainnya.

Tidak ada salahnya keluarga Inoel melaporkan kasus ini kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Penghilangan orang bagaimanapun telah melanggar hak-hak dasar seseorang untuk hidup. Pelaporan ini juga sebagai jalan agar semua pihak terbuka dengan kasus ini. Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang menutup-nutupi dan seolah tak mau tersangkut dengan kasus orang hilang ini. Atau jangan sampai pula ini hanya sekadar kasus sensasi, sehingga merepotkan semua pihak.

Yang pasti, mereka yang hilang ini akan terus dinantikan keluarga mereka. Baik Ibunda Inoel, Butet Nasution; Tuti Koto, ibunda Yani Afri, aktivis pro demokrasi yang hilang jelang reformasi 1998, ataupun ibunda Fitriani tetap yakin, anak-anak mereka masih hidup. Harapan merekalah yang membuat kita yakin kasus ini takkan tenggelam begitu saja. Kita doakan. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Sabtu 29 November 2008

Tuesday, November 18, 2008

Gonjang-ganjing Krisis

DAMPAK krisis perbankan di Amerika Serikat terus mengular ke penjuru mata angin dunia. Eropa dan Asia kian menunjukkan kelemahan fondasi ekonominya. Jepang, raksasa ekonomi Asia yang bergigi taring di dunia, kini terkulai. Resesi menghinggapi negeri Matahari Terbit itu.

Jangan ditanya pengaruh krisis itu ke Indonesia. Rupiah semakin loyo, bursa saham berguguran, adalah indikator makro ekonomi yang menunjukkan negara ini krisis di sana sini. Satu dolar kini nyaris seharga Rp 12.000, nilai yang hanya beda Rp 3.000 ketika negeri ini dihantam badai krisis sepuluh tahun lalu.

Utang Indonesia pun melambung menjadi Rp 10 ribu triliun lebih. Jangan pernah membayangkan berapa banyak uang itu, karena tak akan pernah terbayangkan. Tak terjangkau oleh pemikiran kita yang setiap bulannya hanya menerima hitungan jutaan rupiah. Bahkan lebih banyak lagi masyarakat yang belum pernah mencicipi uang nilai jutaan itu.

Tengok saja bagaimana dampak "batuk pilek" Paman Sam ke Indonesia. Sejumlah industri mulai bergelimpangan. Tekstil, garmen, dan rotan, adalah beberapa di antara sekian banyak industri yang tergerus angin taifun pembawa kesengsaraan.

Orderan dari luar negeri melorot drastis. Karena tak ada yang dikerjakan, puluhan ribu karyawan, buruh, dan pekerja terpaksa dirumahkan dan malahan sebagian di-PHK.
Di tengah kemelut ekonomi yang tidak dipahami oleh orang-orang kecil ini, muncul isu di kalangan pialang saham dan pemain bursa, soal limbungnya sejumlah bank mapan. Isu dan rumor sekecil apapun ternyata sangat berpengaruh bagi kelangsungan ekonomi bangsa ini. Isu limbungnya bank mapan itu akan membuat jebol bursa saham dan kian memperburuk nilai rupiah terhadap dolar.

Sekelas Gubernur Bank Indonesia pun harus kalang kabut dan membatalkan kepergiannya menghadiri pertemuan negara-negara G-20 di Washington, hanya untuk mengurusi isu yang membuat pemerintah kegerahan.

Lalu di saat tertimpa tangga seperti ini, bangsa Indonesia tak pernah lepas dari bencana. Longsor di sejumlah daerah, lalu gempa mengguncang sebagian tanah persada ini. Banjir menerjang ibukota dan daerah langganan banjir lainnya. Tak pernah selesai, susul menyusul seperti sudah direncanakan.

Tapi beginilah Indonesia, dihantam krisis dan bencana, tak membuat negeri ini lantas karam. Masih banyak harapan perbaikan yang muncul dari seantero negeri. Karena hanya harapan itulah satu-satunya yang bisa membangkitkan kembali Indonesia. Menumbuhkan kembali ekonomi rakyat kecil dan menjadikannya tulang punggung perekonomian bangsa. Bangsa yang besar ini tak layak untuk bersandar pada kekuatan negara lain. Kita harus berharap dan terus berharap. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar Edisi Selasa 18 November 2008.

Saturday, November 15, 2008

My Home Metamorphosis (8): Detik-detik Terakhir

WAKTU terus bergulir. Tak terasa hampir genap enam bulan para tukang bekerja keras membangun rumah kami. Tentu banyak perubahan di sana-sini. Kini rumah itu sudah berdiri tegak. Sejumlah properti, sarana di dalam rumah sudah terpasang. Kamar mandi di lantai atas dan bawah sudah siap pakai. Tinggal water heaternya saja yang belum terpasang. Menunggu dibuatkan boks beton untuk tempat tabung gas.

Semua keramik sudah terpasang, baik di lantai atas maupun bawah. Bahkan lantai
atas sudah dicat warna abu asap. Kamar Kaka Bila sudah diwarnai Pink dan Ungu. Kamar depan sudah berwarna oranye gradasi tua muda. Sebagian jendela juga sudah berkaca. Oh iya, pintu dan jendela memang sudah dipasang beberapa hari lalu. Plus kunci-kuncinya.

Saya tak menyangka kemajuannya bisa sejauh ini. Pembangunan ini tinggal menyisakan beberapa persen saja. Padahal dalam bayangan saya semula, rumah ini tidak akan berkeramik, juga tidak berplafon gipsum. Maklum keuangan kami sudah morat-morat. Semua kantong sudah dikeduk. Koredas, orang Sunda bilang. Semua perhiasan pun sudah dijual. Tak ada yang tersisa.


Namun itu semua belum cukup untuk menuntaskan pembangunan rumah kami. Sampai-sampai saya pun akan menjual sepeda motor yang sehari-hari saya pakai wara-wiri Cimahi-Bandung pp. Sebagai gantinya saya menggenjot sepeda 30 km setiap hari. Tapi Bu Eri melarang. Pertimbangannya, kalau pakai sepeda setiap hari dengan jarak yang cukup jauh risiko celaka dan sakitnya lebih besar. Sehingga sangat mungkin justru ongkos berobatnya lebih mahal ketimbang hasil penjualan sepeda motor yang pasti tak seberapa.

Setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga. Akhirnya motor Honda Supra X keluaran 2003 itu tak jadi dijual. Biarlah untuk menyelesaikan rumah itu, kami mencicil sedikit demi sedikit pada bulan-bulan mendatang.

Dan hari ini adalah detik-detik terakhir pembangunan rumah itu harus berhenti. Jelas, berhenti karena tidak ada uang lagi. Lebih dari itu, masa kontrak rumah kontrakan pun memang habis akhir bulan ini. Sehingga mau tak mau kami harus pindah dan menempati rumah nyaris jadi itu.

Seharusnya minggu lalu para tukang bangunan asal Cililin itu semuanya pulang. Saya sudah sampaikan kepada Mas Rikhan, kakak ipar saya nomor satu yang mengomandoi para tukang. "Saya sudah tidak punya uang. Uang yang ada hanya untuk upah satu minggu terakhir ini," kata saya minggu lalu.

Tapi begitulah, Allah memberi jalan kemudahan untuk pintu masuk rezeki. Eh, ada saja rezeki yang datang. Kali ini lewat tangan Mas Rohman, kakak ipar nomor dua. Dia memberi uang kepada Mbah Uti untuk rumah. Hibah tak perlu dikembalikan. Saya sendiri punya utang 20 juta pada Mas Rohman.

Berbekal uang itu, pembangunan ini bisa bernapas lagi hingga Sabtu ini. Jelang detik-detik akhir, kembali ada rezeki halal yang datang. Akhirnya saya memutuskan untuk memperpanjang napas sampai empat hari ke depan. Memang kalau melihat pengerjaan sekarang, waktu empat hari itu tidak akan cukup, karena masih banyak yang harus dikerjakan dan dibereskan.

Tapi begitulah, hanya itu yang bisa saya sanggupi kepada Mas Rikhan untuk disampaikan kepada para tukang. Waktu empat hari itu juga sebenarnya subsidi silang. Ada beberapa item yang terpaksa tidak dikerjakan saat ini. Mungkin nanti setelah uang terkumpul kembali.

Segini pun saya sangat sangat bersyukur Alhamdulillah. Ternyata bisa juga membangun rumah. Serasa masih mimpi punya rumah permanen dua lantai. Ini memang awalnya cuma mimpi, tapi ternyata bisa terwujud.(*)

Wednesday, November 12, 2008

Bu Eri Kena Gejala Tipus

DUH, Bu Eri sakit euy!. Tadi jam 20.00 saya nelepon. Ternyata Bu Eri lagi di dokter di Apotek Serumpun Bambu. Lagi nunggu obat, katanya. Kata dokter, Bu Eri gejala tipus. Weleh, itu mah mesti istirahat total atuh. "Pasti kecapean deh," kata saya.

Memang sejak pagi, Bu Eri udah mengeluh tidak enak badan. Makanya pagi-pagi sudah memanggil Bu Engkos untuk memijat. Sementara saya sejak pagi sudah ada di bangunan rumah. Waktu pulang ke rumah kontrakan, ternyata motor Bu Eri masih ada. Padahal saya pikir sudah berangkat kerja. Ternyata Bu Eri ada di kamar. "Pusing nih, gak enak badan," kata Bu Eri.

Saya berangkat ke kantor, agak siang. Sepanjang di atas motor, mata ini bawaannya ngantuk. Hampir saja saya menabrak truk di Pasar Ciroyom, gara-gara "Ngalenyap". Tidur tiba-tiba, hilang kesadaran dalam beberapa detik. Motor sudah "Ngagaleong" ke kiri. Untung rem depan belakang masih pakem. Kemarin pun begitu, saya hampir menabrak Toyota Innova yang lagi parkir di Cibeureum, gara-gara yang sama, ngantuk di atas motor. Entah kenapa, hari-hari terakhir ini saya enggak kuat menahan kantuk.

Rupanya sakit Bu Eri berlanjut. Waktu sore saya telepon, masih tidur-tiduran. Suaranya lemah. Daripada tambah parah, bada Magrib akhirnya dibawa ke dokter. Mudah-mudahan cepat sembuh. Di saat kondisi genting begini, keluar uang untuk dokter rasanya berat. Saya gak tau juga apa Bu Eri punya uang untuk ke dokter. Mungkin pinjam dulu ke Mas Rohman, karena Mas Rohman yang mengantar ke dokter.(*)

Monday, November 10, 2008

Waspada, Masih Ada Noordin

TIGA terpidana mati kasus bom Bali I, Amrozi, Muklas, dan Imam Samudera, akhirnya dieksekusi di sebuah tempat bernama Bukit Nirbaya, Nusakambangan, tengah malam lewat sedikit, atau Minggu dini hari kemarin. Setelah ditunda-tunda sedemikian
lama, bahkan menunggu 5 tahun sejak divonis, ketiga otak, operator, dan pelaku pengeboman di Paddy's Cafe, Sari Club, dan area sekitar Konsulat AS Denpasar, itu akhirnya menemui titik terakhir. Sebutir peluru yang dilepas penembak jitu dari
tim eksekusi menembus dada mereka masing-masing.

Beragam reaksi muncul pascaeksekusi trio bomber Bali I ini. Tak kurang dukungan terhadap sikap dan pendirian mereka pun berdatangan. Tak sedikit yang justru bersyukur atas kematian mereka. Namun yang pasti, masyarakat yang minggu©minggu
terakhir ini dibombardir tanpa jeda dengan pemberitaan oleh media massa tentang ketiga orang ini, pasti ada yang merasa kehilangan. Kalangan pers pun kehilangan objek berita menarik dan tinggal memungut remah-remah berita saja.

Lantas apakah setelah eksekusi ini aktivitas radikalisme dan terorisme akan padam? Ataukah justru eksekusi ini menjadi pemicu kemunculan Amrozi baru, Imam Samudera baru, dan Muklas baru. Ini sesungguhnya yang harus dicermati dan dipantau
secara ketat oleh pemerintah, dalam hal ini aparat keamanan. Tentu kita semua berharap, aksi terorisme di negeri Bhinneka Tunggal Ika ini akan berakhir sampai di sini seiring eksekusi Amrozi cs.

Bagaimanapun kepolisian masih memiliki pekerjaan rumah terkait aksi terorisme ini. Masih ada Noordin M Top, gembong teroris di Indonesia, yang masih berkeliaran di luar sana, entah di mana. Hingga kini keberadaannya bak siluman, lenyap tak
berbekas. Padahal beberapa kali aparat Densus 88 Antiteror sudah berhadapan dengan Noordin. Tapi teroris yang satu ini licin bagai belut.

Yang lebih dikhawatirkan lagi adalah selama buron di tempat persembunyiaannya, Noordin membuat sel-sel baru aktivitas terorisme. Atau mungkin juga membangunkan sel yang sudah ada, yang selama ini belum "digarap" dengan baik. Bukankah sudah
menjadi cerita umum, akar dari Jamaah Islamiyah adalah Negara Islam Indonesia (NII) dan Darul Islam. Dua nama yang saling berkaitan namun tak seiring dalam langkah.

Jangan sepelekan pula euforia dan histeria massa pendukung Amrozi Cs di Tenggulun Lamongan dan Serang Banten. Di antara mereka banyak yang bersimpati pada perjuangan Imam Samudra, dan dua bersaudara Amrozi©Muklas ini. Simpati adalah cikal
bakal dari empati. Jika terus tumbuh berkembang, bukan mustahil semangat ketiga pengebom itu akan menular.

Peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun sangat sentral dalam hal ini. MUI harus mampu menyadarkan kelompok-kelompok radikal untuk mengubah pola perjuangan. Lalu MUI pun harus mampu menyebarluaskan kepada masyarakat bahwa tindakan terorisme di
tanah air bukanlah jihad. Ini yang paling penting, agar negeri ini bisa tenteram, aman, dan sejahtera.(*)
Sorot, Dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Senin 10 November 2008.

Thursday, November 06, 2008

Di Bukit Nirbaya Hidup Trio Bomber Bali Berakhir


RABU MALAM, di YM berseliweran info atau newsflash soal waktu eksekusi trio bomber Bali I, Amrozy, Muklas, dan Imam Samudera. Menurut sumber terpercaya, begitu info itu menyembur, eksekusi akan dilakukan Kamis dini hari.

Yah namanya juga info seliweran, saya tidak terlalu percaya. Saya malah cenderung untuk percaya eksekusi akan dilakukan Jumat dini hari nanti. Kenapa? karena 8 dari 10 hukuman mati itu dilakukan di hari Jumat itu. Kalaupun meleset, ya namanya juga tebak-tebakan. Orang-orang di lingkaran Kejaksaan Agung atau Presiden sendiri belum tentu tahu waktu pasti eksekusi.


Lantas dimana lokasi eksekusi Amrozy Cs? Sumber terpercaya yang dimiliki kawan Persda Netwok di Nusakambangan menyebutkan lokasi eksekusi berada di Bukit Nirbaya. Sebuah bukit, bekas lokasi LP Nirbaya, yang letaknya sekitar 3 km dari LP Batu Nusakambangan.

Rasanya lokasi ini masuk akal. Karena petugas sudah mendirikan tiga tiang di sebuah lapangan di Bukit Nirbaya. Tiang itu untuk tempat mengikat ketiga bomber itu. Jadi tunggu saja sampai dini hari nanti. DI tempat ini pula ada kuburan beberapa terpidana mati. Televisi pasti bikin breaking news soal eksekusi ini. Kalau koran sih, tunggu besok nya saja dah. Mana mungkin bisa menerbitkan berita lewat dini hari itu? Kecuali koran yang nekat, he he...

Berita soal eksekusi ini mendominasi pemberitaan media massa, baik cetak dan elektronik dalam seminggu terakhir. Mungkin isu agak mereda saat Pilpres AS, ketika Obama memenangi Pilpres. Nyaris tenggelam, tapi tetap tak dilupakan. Berita perkembangan terakhir di Nusakambangan tetap punya porsi di media cetak ataupun elektronik.

Persiapan sudah maksimal. Petugas: Densus, Brimob, polisi, jaksa pengeksekusi, dll, sudah masuk semua ke Nusakambangan. Helipad sudah disiapkan, berikut ambulans. Pokoknya sudah final, tidak ada kata mundur lagi. Yap, kita tunggu, dini hari nanti. Sambil tahajud dan salawat, kita nantikan eksekusi itu. (*)

Wednesday, November 05, 2008

Obama dan Film Deep Impact

PERNAH nonton Film Deep Impact? Film yang menceritakan sebuah komet raksasa menghantam bumi dan menimbulkan kekacauan dan kehancuran? Film yang dianggap mengikuti sukses Armageddonnya Bruce Willis. Seperti biasa, Amerika Serikat yang menjadi hero dalam film ini. Nah pernahkah memerhatikan siapa yang menjadi presiden AS di film Deep Impact ini?

Baru kali itu saya melihat dalam sebuah film Hollywood, yang menjadi presiden AS adalah seorang Negro. Dalam Independence Day yang jadi presiden adalah Bill Pulman, orang kulit putih. Sementara pemeran presiden dalam Deep Impact adalah aktor kawakan, Morgan Freeman. Wah hebat bener, orang kulit hitam jadi presiden. Film itu diluncurkan tahun 1998.

Morgan berperan sebagai Presiden Tom Beck. Kerja di film itu hanyalah rapat dan berbicara kepada wartawan. Di akhir film, Morgan eh Presiden Tom Beck menyatakan bahwa komet raksasa itu sudah diledakkan dan bumi selamat dari kiamat.

Ternyata 10 tahun kemudian film yang disutradarai Mimi Leder itu menjadi kenyataan. Bukan komet yang mau menghantam bumi, tapi Presiden AS yang berasal dari warga kulit hitam. Hari ini waktu Indonesia, Barack Husein Obama, tercatat dalam sejarah AS sebagai presiden pertama dari kalangan Negro. Ia mempecundangi dengan telak pesaingnya dari Republik, John McCain.

Hari ini perhatian dunia tertuju ke AS. Harapan sebagian besar warga dunia memang terpenuhi. Obama terpilih jadi presiden dan diharapkan benar-benar membawa perubahan bagi AS seperti yang ia dengungkan selama ini. Yes We Can, We Need Change. Dan perubahan itu sudah datang ke Amerika, begitu kata Obama.

Saya sih gak masalah, mau siapa saja jadi presiden AS. Toh enggak ada hubungannya dan tidak memberi pengaruh apapun dalam kehidupan saya. Kecuali kalau presiden AS yang baru terpilih ini datang ke rumah di Babakan Sari, lalu memberi uang untuk menyelesaikan pembangunan rumah saya, bolehlah dia punya pengaruh dalam sebuah episode kehidupan saya. Mimpinya begitu, he he .... Yang pasti koleksi foto-foto Obama bakal kian bertambah, karena pasti sebagai presiden AS banyak acara tuh.(*)


Sunday, November 02, 2008

Adik Imam Samudera

HARI-hari ini, media diramaikan dengan pemberitaan terkait rencana eksekusi terpidana mati Bom Bali I, Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudera. Semua media, baik cetak maupun elektronik, menerjunkan wartawan-wartawan tangguhnya ke Cilacap agar tidak kecolongan waktu eksekusi. Kabarnya, eksekusi digelar antara 1-3 November. Lalu diralat lagi sampai 15 November.

Bagaimanapun, berita ini memang menarik. Amrozi Cs adalah pengembom pertama yang dijatuhi hukuman mati. Merekalah yang menjadi ikon dari gerakan Jamaah Al Islamiyah di Indonesia. Selain tentu Noordin M Top, tokoh teroris yang ibarat siluman. Sampai kini tidak diketahui rimbanya.

Saya tidak akan bicara soal Amrozi Cs dan keyakinan mereka. Yang ingin saya ungkapkan adalah kenangan saya dengan keluarga salah seorang di antara mereka, yaitu Imam Samudera. Ketika Imam Samudera ditangkap, semua wartawan berkerumum ke Serang, tempat tinggal Imam, untuk menemui keluarga Imam.

Dan narasumber yang paling enak di keluarga mereka, siapa lagi kalau bukan Lulu Jamaludin, adik Imam. Dia mengerti dengan tugas jurnalistik karena pernah bergelut di dalamnya. Wawasannya luas, kenalannya pun banyak. Tak heran dia pun jadi buruan para jurnalis.

Beruntung, waktu itu rekan saya Dayat dan Deden bisa bertemu dan wawancara Lulu. Dari sana, silaturahmi dijalin. Hingga kini, Dayat jadi sobat Lulu.
Nah saat Lulu main ke Bandung, sayalah yang mendampingi dia. Ngobrol panjang lebar tentang kakaknya, Imam Samudera, yang dia kagumi. Tentang dia sendiri. Lalu mengunjungi tempat kos dia dulu di Bandung di daerah Pagarsih. Saat bertemu saya, Lulu membawa pula kaus Converse, kaus yang dipakai Imam saat dia ditangkap Densus. Kabarnya kaus itu akan dilelang.

Bertahun-tahun, Lulu lah yang menjadi narasumber dan informan terdepan soal kondisi Imam Samudera. Tentu, karena dialah yang selalu menjenguk Imam di Nusakambangan. Bahkan, info terakhir, berdasar permufakatan keluarga, Lulu pula yang ditunjuk untuk bertemu Imam sebelum eksekusi berlangsung.

Sudah lama saya tidak bertemu Lulu. Beberapa kali SMS-an. Tapi terakhir-akhir SMS tak diterima, waktu ditelepon tak bisa lagi dikontak, mungkin sudah ganti nomor. Tak apa, toh ada teman yang masih bisa kontak Lulu. Suatu kali nanti, saya ingin ngobrol lagi dengan Lulu, soal saat-saat terakhir Imam Samudera menjelang eksekusi.(*)

Sang Besan

AULIA Tantowi Pohan, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi dana aliran BI sebesar Rp 100 miliar. Walau terlambat, ini sebuah langkah besar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hambatan psikologis telah dilampaui. Maklum, Pohan adalah besan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Bagaimanapun posisi sebagai besan ini menimbulkan ewuh pakewuh, bahkan syak wasangka. Keterlambatan penetapan tersangka pun dinilai sebagai bagian dari ewuh pakewuh itu.

Padahal fakta di persidangan sejak awal sudah menunjukkan Pohan terlibat aktif dan yang mengusulkan pencairan dana Rp 100 miliar itu. Di saat Burhanudin Abdullah, Gubernur BI, terpuruk divonis hukuman 5 tahun penjara, barulah status Pohan ditetapkan.

Yang dinantikan pascapenetapan status itu tentu sikap SBY. Dan ternyata SBY menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan. Dia mengakui, sebagai keluarga besar, tentu ada perasaan sedih. Karena itu dia harus menenangkan keluarga besan, anak menantunya dan itu adalah hal yang manusiawi.

Sebagai seorang kepala negara yang berkomitmen menegakkan hukum, SBY patut diacungi jempol. SBY mendukung penuh penegakan hukum demi keadilan dan kebenaran. Tidak ada nepotisme untuk membuat negeri ini berjalan di jalur keadilan. Hukum tak pernah pandang bulu dan kedudukan. Siapapun mereka, jabatan apapun yang mereka sandang, selama bersalah di mata hukum, wajib menjalani hukuman, tak terkecuali besan presiden.

Langkah KPK ini juga harus semakin dipertegas. Agar tidak muncul lagi istilah tebang pilih. KPK hanya membidik orang-orang di luar lingkaran penguasa. Kasus Pohan ini menjadi entry point untuk menunjukkan bahwa KPK tak tebang pilih.
Sesungguhnya pemimpin yang adil adalah pemimpin menjunjung tinggi hukum. Dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dikenal sangat tegas, tidak memihak, dan tak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Suatu ketika anaknya sendiri yang bernama Abu Syahma, dilaporkan terbiasa meminum khamar. Umar memanggilnya menghadap dan ia sendiri yang mendera anak itu sampai meninggal. Cemeti yang dipakai menghukum Abu Syahma ditancapkan di atas kuburan anak itu.

Setidaknya benih sikap tegas Umar masih ada di negeri ini. Artinya, masih ada harapan negeri ini menjadi negeri yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, apabila pemimpinnya pun mengharamkan dan konsisten untuk tidak KKN.(*)
SOROT, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Jumat 31 Oktober 2008

Thursday, October 30, 2008

Aa Gym Punya Momongan


KH Abdullah Gymnastiar, biasa disapa Aa Gym, tengah berbahagia. Putra pertama dari istri keduanya, Alfarini Eridani, lahir di RS Mother & Care Hospital Brawijaya, Jakarta Selatan, Rabu 29/10. Beratnya 3,58 kg dengan tinggi badan 51 cm.

Aa Gym memberi nama anak kedelapan itu Muhammad Ghaisan Driyya Addien. Melengkapi 7 G sebelumnya. Ghaida, Gazhi, Ghina, Ghaitsa, Ghefira, Ghaza, dan Geriyya.

Saya mendengar istri kedua Aa Gym melahirkan itu Rabu malam, sekitar pukul 20.00. Untuk memastikan, saya coba kontak Aa Deda, adik Aa Gym. Tapi telepon tidak diangkat.

Bahagia, itu pasti yang dirasakan Aa Gym. Bagaimanapun itu anak pertama Aa dari istri keduanya. Apakah akan ada anak kedua, ketiga, keempat, ya tidak tahu.


Saya tahu juga, Aa Gym sudah ada di Bandung sebelum magrib. Tapi pengajian Kamis malam di masjid DT tidak diisi oleh Aa Gym, melainkan oleh ustad Dudi. Aa pasti sudah mengira, di antara jemaah yang mendengarkan tausiyah itu pasti ada wartawan yang menyelinap. Kabarnya Teh Ninih sempat mendoakan istri kedua Aa Gym, Kamis pagi, dalam pertemuan muslimah.

Di tengah berita keterpurukan beberapa usaha MQ, mungkin ini penglipur lara bagi Aa Gym. Semoga Allah memberikan yang terbaik.

Rekan-rekan saya sudah banyak yang hengkang dari DT. Rasanya hanya Kang Teja yang masih betah di DPU. Yang lainnya sih ada yang ke Salman, jadi sales, buka konsultan komputer, ke penerbitan, dll. Lama tak berjumpa mereka, ingin juga kumpul-kumpul lagi. (*)

Wednesday, October 29, 2008

JK, Seandainya seperti Dua Umar

MINGGU (26/10) yang lalu, saya berangkat ke kantor sekitar jam 14.00. Saya lihat ke sebelah Barat, mendung menggelayut di langit Bandung. "Hmm, pasti hujan gede nih," pikir saya. Dan benar. Selepas Pasar Andir Ciroyom, hujan ngagebret badag sekali. Seperti tercurah begitu saja dari langit. Memang saya bawa jas hujan. Tapi saya tak mau ambil risiko. Lebih baik menepi dulu sebentar.

Eh ternyata hujan turun tak sebentar. Hampir sejam ditunggu, hujan tak reda juga. "Wah telat deh ke kantor, belum melisting lagi," kata saya. Tentu dalam hati. Kalau ngomong sendiri di pinggir toko, pasti dikira orang gila.

Akhirnya ketika hujan tak terlalu lebat, saya putuskan untuk melaju. Kebetulan lampu setopan Paskal-Kebonjati sedang hijau. Saya langsung tancap gas. Eh, baru beberapa detik, lampu sudah berganti begitu cepat. Merah. Walah, kok cepat amat. Mana ternyata hujannya jadi besar lagi.

Di depan saya, sejumlah polisi lalu lintas hilir mudik. Seorang di antaranya membuka plang penghalang jalan. Kendaraan dari arah Paskal tidak boleh belok ke Stasiun. Sementara kendaraan dari arah Gardujati, dilarang lurus ke Paskal, harus belok ke Stasiun. "Hmm, ada apa gerangan," kembali saya berpikir.

Tak cuma polisi lalu lintas yang berjaga. Polisi Militer pun berjaga-jaga juga. Di seberang sana, satu truk dalmas parkir berikut personelnya. Lalu di seberang sebelah kanan, juga terlihat satu kijang penuh anggota polisi.

Seorang pengendara motor di sebelah kiri saya bilang pada teman yang diboncengnya, "Jusuf Kalla mau lewat". Oh iya, saya baru ingat. Pagi sebelumnya, saya mengontak wartawan untuk datang ke Savoy Homann Hotel. Ada JK di sana, acara HUT Golkar. Oh, mungkin JK mau pulang ke Jakarta dan lewat Jalan Paskal. Entah menuju Bandara, entah terus lewat ke tol Pasteur.

Lima menit sudah lewat, rombongan JK tak kunjung melintas. 10 menit lewat, belum terdengar juga bunyi sirene voorijder, pengawal. Padahal hujan cukup deras mengguyur bumi. Saya masih beruntung, celana dilapis celana jas hujan. Sementara tepat di pinggir kanan saya, seorang bapak membawa tiga orang penumpang memakai motor Yamaha. Anaknya yang didepat memakai jaket kain. Kemungkinan milik bapaknya. Menggigil diterpa hujan.

Di belakang si bapak, ada satu anak lagi yang hanya berpenutup kepala secarik kain. Entah sapu tangan, entah slayer. yang tentu saja tak cukup untuk melindungi dari timpukan butir-butir hujan di badannya. Anak itu menunduk terus, sembunyi di balik punggung, sambil memeluk erat pinggang bapaknya.Duduk paling bontot adalah seorang ibu, tentunya istri si bapak. Dia pakai baju seperti kebaya, bercelana panjang. Sepertinya mereka baru pulang dari undangan resepsi. Tentu saja, kain model kebaya yang bolong-bolong tipis itu tak cukup untuk menahan dinginnya air hujan.

Baru di menit ke-12, terdengar deru sirene. 3 orang Patwal berkendaraan moge lewat. Menyusul mobil patwal. Lalu mobil-mobil mewah berplat nomor B pun berseliweran. Saya tidak tahu Wapres JK ada di mobil yang mana. Karena tidak ada mobil berplat RI 2. Di belakang rombongan mobil mewah itu meluncur beberapa minibus disusul ambulance. Baru setelah mobil ambulans lewat, polisi lalu lintas dan polisi militer memperbolehkan pengendara melintas.

Di sepanjang jalan menuju ke kantor, saya terus membatin. "Zalim benar nih JK, membiarkan rakyat kedinginan, kehujanan, hanya untuk menunggu dia lewat. Kalau mau, kan tidak perlu lama-lama. Dan seperti yang lain saja, tidak usah ada privellege, perlakuan khusus karena dia pejabat. Ah, pemimpin yang tidak merakyat".

Saya jadi teringat dengan kisah 2 Umar. Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, Yerussalem jatuh ke tangan kaum muslimin. Kejatuhan Yerussalem itu berlangsung secara damai. Setelah berbulan-bulan dikepung, Uskup Yerussalem mengangkat bendera putih. Namun ia tak bersedia menyerahkan kunci Yerussalem kepada panglima perang tentara kaum muslimin. Ia ingin Khalifah Umar sendiri yang datang dan menerima kunci Kota Betlehem itu.

Lalu Umar pun berangkat ke Yerussalem. Dengan siapa Umar melakukan kunjungan kenegaraan itu? Dia hanya ditemani seorang hamba sahaya. Dari Madinah, mereka menunggang seekor unta secara bergantian. Bayangkan, seorang khalifah yang kekuasaannya membentang dari Afrika hingga batas Laut Hitam itu hanya diiringi seorang pembantu tanpa iring-iringan pejabat atau pengawal yang lengkap. Untanya pun hanya seekor, sehingga harus bergantian naik.

Begitu mendekati pintu gerbang Kota Yerussalem, si pembantu meminta untuk turun dari unta. "Tidak, kau tetaplah di untamu. Biar aku yang menuntun unta ini, karena kita sudah berjanji untuk bergantian menunggang unta dan sekarang giliranku yang membawa unta," tegas Umar.

Dan Umar pun memasuki Yerussalem sambil menuntun Unta dengan sang pembantu duduk di atas punggung unta itu. Saat datang itu, Umar tidaklah mengenakan pakaian mewah. Tapi pakaiannya sehari-hari, yang di beberapa lokasi tambal sulam. Tapi itulah yang membuat terkagum-kagum kaum Kristen dan Yahudi di Yerussalem. Seorang pemimpin besar ternyata penampilannya sangat sederhana.

Lalu Umar yang kedua, Umar bin Abdul Aziz. Dia pun masih keturunan Umar Al Faruk. Dan kejujuran serta kesederhanaannya menurun, persis seperti moyangnya itu. Apa yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz setelah dia diangkat menjadi khalifah. Sebuah gebrakan yang tidak diduga sebelumnya, terutama oleh keluarga, famili, dan orang-orang terdekatnya.

Banyak orang yang tercengang melihat kebijakan-kebijakan beliau yang tidak
biasa dilakukan oleh orang-orang yang tengah berkuasa. Apa saja kebijakan-kebijakannya itu. Saya sebutkan beberapa di antaranya saja:

* Menolak fasilitas kekhalifahan untuk dirinya yang dianggapnya berlebihan, antara lain Umar menolak kendaraan dinas, dan meminta kepada salah seorang di antara mereka untuk mendatangkan binatang tunggangannya.
"Saya menyaksikan para pengawal datang dengan kendaraan khusus kekhalifahan kepada Umar bin Abdul Aziz sesaat dia diangkat menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, 'Bawa kendaraan itu ke pasar dan juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik
kendaran ini saja (hewan tunggangan).'" Begitu cerita Al-Hakam bin Umar.
Al-Hakam juga meriwayarkan bahwa Umar bin Abdul Aziz memiliki 300 penjaga. Umar berkata kepada para pengawalnya, "Sesungguhnya aku memiliki penjaga untuk kalian dan untukku, juga ada penjaga ajalku. Maka, siapa yang ingin tetap berada di sini, tetaplah di sini, dan siapa yang ingin pulang, pulanglah kepada keluarga kalian."

* Menerapkan pola hidup sederhana, khususnya untuk diri dan keluarganya.
Yunus bin Abi Syaib berkata, "Sebelum menjadi Khalifah tali celananya masuk ke dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi Khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya."

Hal senada diungkapkan putranya, Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz ketika ditanya oleh Abu Ja'far al-Manshur perihal jumlah kekayaan ayahnya. Ja'far bertanya, "Berapa kekayaan ayahmu saat mulai menjabat sebagai Khalifah?" Abdul Aziz menjawab, "Empat puluh ribu dinar." Ja'far bertanya lagi, "Lalu berapa kekayaan ayahmu saat meninggal dunia?" Jawab Abdul Aziz, "Empat ratus dinar. Itu pun kalau belum berkurang."

Kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz dalam kehidupan benar-benar diilhami oleh perilaku hidup sederhana Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Beliau sangat sederhana dalam berpakaian. Suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat kotor. Maslamah berkata kepada istri umar, Fathimah binti Abdul Malik, "Tidakkah engkau cuci bajunya?" Fathimah menjawab, "Demi Allah, dia tidak
memiliki pakaian lain selain yang ia pakai."

Pada kesempatan lain Umar bin Abdul Aziz shalat Jum'at di masjid bersama orang banyak dengan baju yang bertambal di sana-sini. Salah seorang jamaah bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus?"

Umar bin Abdul Aziz tertunduk sejenak, lalu dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Sesungguhnya berlaku sederhana yang palin baik adalah pada saat kita kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat."

Dan masih banyak lagi kisah-kisah keteladanan dari dua Umar ini yang rasanya sulit ditiru oleh pemimpin-pemimpin saat ini. Mungkin ada orang yang bisa meniru perilaku Umar, tapi mereka tidak memiliki kekuasaan. Ah, memang sulit cari pemimpin yang benar-benar amanah dan mau meneladani pemimpin-pemimpin muslim terbaik yang pernah lahir di dunia ini.(*)

Thursday, October 23, 2008

Hoax Yahoo Messenger

SESOREAN tadi, berseliweran hoax via Yahoo Messenger. Begini bunyinya:
Yahoo akan dimatikan pada tgl 17 November. Mereka ingin memperoleh data messenger yg gratis. klo km melewatkan pesan ini, namamu akan dihapus dr daftar messenger. sudah banyak messenger yang terhapus. klik kanan pada nama contact di list anda, kirim email ini ke seluruh messenger yg ada dalam contact name... ini Dhani Sinambella president Yahoo Indonesia, memberitahukan bahwa Yahoo telah memiliki anggota lebih dari 2juta. jika kamu ingin tetap memiliki account gratis kirimkan email ini ke siapapu yg ada dalam daftar kontak anda. dengan cara ini kami dapat mengetahui account mana saja yang masih digunakan dan account mana yang bisa kami hapus. kirim pesan ini dalam 8hari dan account anda akan tetap gratis.....

Ada yang percaya?

Tuesday, October 21, 2008

Sebuah Nama Tinggal Cerita: Peterpan

PETER PAN adalah pahlawan anak-anak. Itu dongeng dari negeri barat sana. Tapi Peterpan van Bandung adalah Pemuda Terminal Antapani. Itulah sekelompok pemuda di daerah Antapani dan membuat sebuah band yang kemudian menjadi band papan atas di negeri ini.

Langkah mereka ibarat meteor. Melesat cepat jadi terkenal. Menjadi selebritas, dan ikonnya, Nazril Irham alias Ariel adalah sosok terdepan band ini. Gosip, tentu tak lepas dari kehidupannya. Sejak digosipkan jalan bareng Luna Maya, lalu menghamili dan menikahi Sarah, sampai menceraikannya, hingga ia kini seorang duda keren.

Peterpan bagi saya adalah band yang mengiringi pertumbuhan dan perkembangan anak sulung, Kaka Bila. Saat umurnya 2 tahun, Kaka sudah bisa melafalkan lagu-lagu Peterpan. Lagu Ada Apa denganmu adalah lagu kojonya. Setiap intro lagu itu terdengar, Kaka langsung bergoyang sambil mulutnya menyuarakan bunyi seperti ini: jeng jet jeng jet jeng jet.


VCD Peterpan pun menjadi favorit, mengalahkan VCD Sulis dan Hadad yang sebelumnya selalu menghiasi ruang-ruang di rumah kami. Nyaris setiap jam VCD bajakan itu diputar, sampai bulukan dan bikin ngehang DVD player. Om Ariel, begitu Kaka memanggil nama vokalis Peterpan itu. Padahal punya hubungan keluarga juga enggak. Tapi itulah, ekspresi seorang bocah terhadap band fenomenal dari Antapani ini.

Dan Minggu (19/10) malam, Peterpan menggelar konser terakhir mereka menyandang nama Peterpan. Ya, mulai detik itu tidak akan ada lagi band di Indonesia bernama Peterpan. Entah mereka akan mengganti nama band menjadi apa. Mungkin Petercah (Pemuda Terminal Cicaheum), bisa juga Peteryom (Pemuda Terminal Ciroyom), atau Peterjang (Pemuda Terminal Leuwipanjang).

Sebuah nama sebuah Cerita, itulah album yang mengakhiri langkah Peterpan. Nama yang sebelumnya bisa mengikat enam pemuda: ariel, Lukman, Reza, Uki, Indra, dan Andika. Karena konflik internal, Indra dan Andika hengkang, dan membentuk band baru, The Titans. Saat hengkang itulah, ada syarat yang diajukan Andika: Peterpan harus mengubur namanya dalam-dalam. Karena nama itu ada saat mereka berenam. Kalau berempat, bukan Peterpan lagi namanya. Lalu dia pula yang mengilhami nama itu dan disupport Mama Andika.

Tentu ini kehilangan besar bagi dunia musik Bandung dan Indonesia. Sebuah band besar bisa berganti nama di tengah jalan, justru di saat puncak popularitasnya. Sebuah keanehan, yang mungkin hanya terjadi di Indonesia.

Saat Minggu tengah malam itu menonton konser terakhir Peterpan, saya membangunkan sebentar Kaka Bila dari tidurnya. "Ka, itu Om Ariel lagi nyanyi". Kaka bangun sejenak, melihat teve, lalu tidur kembali. Besok harinya, saat mengantarnya ke sekolah, saya bertanya lagi soal Peterpan. Kaka menjawab,"Aku juga tahu, itu Peterpan yang terakhir". Lalu dia diam di sepanjang jalan menuju ke sekolahnya.(*)

Melepas Jubah Partai

SALAH seorang wartawan bertanya pada Ahmadinejad, "Saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda?" Ahmadinejad menjawab, "Saya melihat seseorang di cermin dan berkata padanya , "Ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggung jawab besar dan itu adalah melayani rakyat dan bangsa ini".

Itulah sosok Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad. Sosok pemimpin sederhana yang sulit ditemukan di zaman serba materialistis dan hedonistis ini. Mungkinkah mencari Presiden yang tak berniat pindah dari rumahnya Timur ke rumah dinas kepresidenan. Sebuah rumah batu di ujung lorong kawasan Teheran yang dinding luarnya belum diplester. Mungkin ada, tapi ibarat mencari jarum di antara tumpukan jerami.

Melayani rakyat itulah yang menjadi tujuan utama Ahmadinejad, yang juga seharusnya menjadi tujuan utama pejabat di manapun, termasuk di negeri kita. Darimanapun dia berasal, partai apapun yang menjadi sebab dia menjadi pejabat, tetap saja melayani rakyat yang menjadi tujuan utama. Karena sesungguhnya apabila seseorang menjadi pejabat, dia bukan lagi pelayan atau milik partai, tapi menjadi khadimul ummah, pelayan rakyat.

Tapi di negeri ini, pejabat yang berangkat dari latar belakang partai atau terkait partai tertentu sulit untuk berlaku begitu. Embel-embel partai selalu melekat pada dirinya. Pejabat dari partai inilah, pejabat asal partai itulah. Begitu yang selalu disebut. Seolah jubah partai itu tidak bisa ditanggalkan.

Tengoklah minggu-minggu belakangan ini. Di koran-koran, iklan Partai Demokrat selalu menonjolkan sosok Susilo Bambang Yudhoyono. Seolah Partai Demokrat tidak percaya diri jika tidak menyertakan gambar sang pendiri. Walaupun SBY berusaha seketat mungkin memisahkan urusan partai dan urusan negara, tetap saja partai akan membawa nama SBY dalam setiap aktivitasnya untuk meraup simpati rakyat.

Itulah sebenarnya urgensi pejabat yang berlatar belakang partai untuk melepas jubah partai adalah menghindari terjadinya benturan kepentingan apabila jabatan kepartaian itu masih dipegang.

Dan yang utama, agar tidak ada pihak yang memanfaatkan. Seperti kejadian yang menimpa Dede Yusuf, wakil gubernur Jabar. Dede tak bisa memisahkan secara ketat kegiatan kedinasan wagub dan kegiatan partai. Dalam beberapa kegiatan kedinasan, Dede selalu membawa, atau diboncengi, kader partai asalnya, PAN. Kalau kemudian Dede tersandung dugaan penyalahgunaan wewenang seperti yang ditudingkan Panwaslu Jabar, itu adalah risiko yang harus ditanggung Dede karena masih belum mampu melepas jubah partai dan membawa nama partai dalam acara kedinasan pemerintahan.

Apakah memang sulit melepaskan jaket partai saat seseorang menjadi pejabat pemerintah? Rasanya tidak. Nurmahmudi Ismail dan Hidayat Nurwahid sudah mencontohkannya. Sebelum menjadi menteri, Nuhmahmudi adalah Presiden Partai Keadilan. Begitu juga Hidayat Nurwahid, sebelum menjadi Ketua MPR RI, dia adalah sosok puncak di Partai Keadilan Sejahtera.

Kalau mau fokus melayani rakyat, lepaslah seluruh atribut partai, dan jadilah pelayan seluruh rakyat. Berkhidmat pada rakyat menjadi napas dalam setiap langkah seorang pejabat, seorang pemimpin, agar masyarakat terayomi dan merasakan benar sentuhan tangan seorang pemimpin.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa 21 Oktober 2008

Thursday, October 16, 2008

KOIL Feat Ahmad Dani: Emang Gila

INI kolaborasi yang mantap punya bro. Dalam video klip teranyar Kenyataan dalam Dunia Fantasi yang diambil dari album Blacklight Shines On, KOIL tampil bersama The Rock atau lebih tepatnya Ahmad Dhani. Lagu ini memang jadi lebih bertenaga, powernya jadi lebih gila, dibanding aslinya. Coba lihat saat mereka tampil di teve di link satu ini

Kok Otong mau kolaborasi dengan Ahmad Dhani? Saat lihat penampilan mereka di Inbox SCTV, Dhani lah yang jadi frontman, bukan Otong. Padahal kita tahu, ego Otong luar biasa guede sebagai frontman KOIL. KOIL identik dengan Otong, seperti halnya Dewa atau The Rock identik dengan Ahmad Dhani. Bedanya Dhani, walau banyak orang gak suka dengan kearoganannya, memang jenius di bidang musik. Kalau Otong? Jenius teu nya maneh teh Tong. Soalnya yang jadi composer KOIL mah si Donni, adi maneh euy, hue he he...

Ya, Gak taulah, tanya sama orangnya saja di God Inc sana di Ciumbuleuit. Tapi setahu saya, kolaborasi mereka sudah dimulai saat pentas The Rock di Sabuga beberapa bulan lalu. Mungkin dari sana keterusan. Dhani rupanya menangkap semangat, energi baru, dari KOIL. Lebih tepatnya, dia baru tahu kalo ada KOIL yang syair-syairnya gila itu.

Baca reviewnya Ari Lasso soal album Blacklight di blognya KOIL. Dia acungkan dua jempol untuk KOIL. "Gua baru dengar musik yang gila kayak KOIL begini. Ini masa depan musik Indonesia," gitu kalau gak salah inti sari reviewnya Ari.


Bisa jadi, dari urusan syair lagu-lagu KOIL, Dhani kepincut. Bukankan dia lagi
keleyeng-keleyeng dihajar berbagai masalah, terutama masalah perceraiannya dengan Maia. Dengan Dewa 19 pun Dhani jarang manggung. The Rock masih mending, kebagian manggung agak sering. Syair lagu KOIL, terutama di lagu Kenyataan dalam Dunia Fantasi, bisa jadi alat baru Dhani buat berteriak sekencang mungkin sekaligus melepaskan kepenatan jiwa dan pikir.

Ada persamaan antara syair-syair lagu KOIL di album Blacklight Shines on yang sangat puitis sekaligus politis dengan syair-syair lagu Ahmad Dhani saat main di Ahmad Band dengan albumnya Ideologi Sikap Otak. Isinya sama: Pemberontakan. Bukankah saat dia bikin Ahmad Band, Dewa tengah krisis dengan kasus Ari Lasso yang terjerumus narkoba dan membuat dia puyeng tujuh keliling.

"Yang muda mabuk, yang tua korup (2X) / Mabuk terus, korup terus / Jayalah negeri ini (2X) / Merdeka!", teriak Dani dalam lagu Distorsi.
Bandingkan dengan teriakan Otong Koil:
...di negara busuk ini kita tersenyum pedih
Lalu bagian reffrainnya:
Nasionalisme adalah tempat tinggal yang kita bela
Nasionalisme untuk negara ini adalah pertanyaan
Nasionalisme untuk negara ini menuju kehancuran
Nasionalisme menuntun bangsa kami menuju kehancuran

Mungkin syair-syair dan aktivitas mereka di dunia undergrounf pula yang membuat Majalah TIME pernah menobatkan KOIL sebagai pahlawan Asia tahun 2003 atau 2004 lah. Ini syair lengkap Kenyataan dalam Dunia Fantasi. Nikmati video klipnya sambil mencoba berteriak kencang: NASIONALISME...

KENYATAAN DALAM DUNIA FANTASI
di negara ini kita hidup dan bekerja
di negara ini kita makan dan berbahagia
di tanah yang indah ini bersemilah cintamu yang abadi
di negara busuk ini kita tersenyum pedih
kita membicarakan kenyataan dalam dunia yang tak kumengerti
kita membicarakan kepasrahan dalam spektrum yang hitam dan putih
kita merasa benar benar pintar memasyarakatkan kebodohan ini
kita membicarakan kenyataan dalam dunia fantasi

Di negara ini kita hidup dan beker - ja
Di negara ini kita makan dan berbahagia
Di tanah yang indah ini bersemilah cintamu yang abadi
Di negara busuk ini kita tersenyum pedih

Aku tak butuh pengertianmu
Aku bukan bagian dari sejarah yang kau tulis
Kau bingkiskan untuk anak dan cucumu
Aku tak butuh penjelasanmu
Aku bukan bagian dari kebanggaan
Yang membuat kita tak berpenghasilan

Nasionalisme adalah tempat tinggal yang kita bela
Nasionalisme untuk negara ini adalah pertanyaan
Nasionalisme untuk negara ini menuju kehancuran
Nasionalisme menuntun bangsa kami menuju kehancuran
N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…
Untuk negara ini adalah pertanyaan
N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…
Menuntun bangsa kami menuju kehancuran. (*)

Monday, October 13, 2008

Perang Artis dan Politikus di Bandung dan Sekitarnya

HINGGA April tahun depan, Bandung bakal membara. Bukan oleh kasus video porno kayak beberapa tahun lalu. Juga bukan karena cuaca Bandung yang bikin kepanasan orang Bandung sendiri. Ini karena Bandung bakal jadi arena perang tanding antara sejumlah artis beken dan politikus-politikus kahot tingkat nasional.

Kampanye para caleg yang terdaftar di daftar Calon Legislatif Sementara (DCS) sudah dimulai, walau secara bergerilya. Padahal, belum tentu mereka lolos lho. Siapa tahu di tengah jalan saat masa tanggapan DCS, ada yang melaporkan soal ijazah palsu, lalu setelah diverifikasi KPU ternyata benar, ya pasti tidak lolos.

Saat Pemilihan Wali Kota yang lalu, ada 1.548. 442 pemilih di Kota Bandung. Berarti setidaknya segitu juga suara yang bakal jadi rebutan para caleg ini. Mengapa artis dan politikus beken yang bakal berperang, karena kebanyakan mereka ditempatkan di nomor-nomor urut kecil. Kalau tidak 1 yah 2.

Coba lihat caleg untuk DPR RI di daerah pemilihan Jabar 1 yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi. Dari kalangan artis, muncul nama Yohana Tairas (Gerindra), Tengku Firmansyah (PKB), Marissa Haque. Juga ada kakak kandung Nicky Astria, Bucky Wikagu dari Gerindra.

Remaja yang besar di tahun 80-an pasti tahu nama penyanyi Bangkit Sanjaya. Ternyata nama aslinya adalah Achmad Wijaya. Ia mewakili Partai Golkar. Biar orang ingat dengan dia, di belakang nama aslinya itu ditambahi nama Bangkit Sanjaya dalam tanda kurung, He-he-he...

Politikus dan orang beken yang meramaikan Bandung Cimahi adalah Dadang Garnida (Partai Barisan Nasional) yang juga mantan Kapolda Jabar, Ahmad Adib Zain (Ketua DPW PAN Jabar), Imam Wahyudi (anggota DPRD dari PAN), Sahrin Hamid (anggota DPR RI dari PAN). Lalu tokoh perempuan Jabar, Popong Otje Djundjunan (P Golkar) tak ketinggalan bersaing di Bandung.
POlitikus asal Unpar Happy Bone Zulkarnaen juga kembali bertarung untuk Partai Golkar. Anak Paskah Suzetta yang juga suami Tina Talisa, Muhammad Egi Hamzah juga bertarung di kota ini. Lalu ada Ketua DPRD Kab Bandung Agus Yasmin mencari peruntungan di DPR RI. Ada pula nama Arif Minardi, Ketua Serikat Pekerja mantan karyawan PTDI. Dari PBB ada nama Anwarudin, Daud Gunawan (PBB) dan Ahmad Saelan (PBB). Dari PDIP, mantan Ketua KPU Jabar Setia Permana siap bertarung bahu membahu bersama Ketut Sustiawan.

Di daerah pemilihan Jabar 2, meliputi Kabupaten Bandung dan Kab Bandung Barat, artis Rachel Mariam Sayidina (Gerindra) bakal bersaing dengan Deri Drajat (PAN). Tapi pesaing berat bakal muncul dari tokoh Oneng alias Rieke Dyah Pitaloka yang berada di nomor 2 PDIP. Tapi Oneng tak perlu khawatir, ia bakal dikawal Taufik Kiemas, suami Mega di Kabupaten Bandung.

Daerah ini pun jadi ajang mencari suara bagi Mamur Hasanudin (PKS), Dedy Djamaludin Malik (PAN), Didi Supriyanto (PDP), Agus Gumiwang Kartasasmita (P Golkar), Lili Asdjidiredja (P Golkar), Ferry Mursyidan Baldan (P Golkar). Mantan Wagub Jabar Nu'man Abdul Hakim (PPP) juga coba meraup suara pemilih di sini. Dua orang profesor, Prof Maman Abdurrahman dari PBB dan Prof Wila Chandrawila (PDIP) juga bersaing ketat. Tokoh asal Ciparay, Adjeng Ratna Suminar yang juga Ketua DPD P Demokrat Jabar mencoba merebut simpati masyarakat dan berharap bisa mengantarkannya ke Senayan.(*)

Saturday, October 11, 2008

Jangan Sebut Baksil!

JANGAN sebut Baksil! Baksil itu artinya kuman. Sebut saja Babakan Siliwangi. Begitu kata seorang inohong Bandung dalam sebuah acara diskusi tentang Babakan Siliwangi yang berlangsung panas. Dan tak hanya inohong Bandung ini yang bilang begitu. Beberapa pakar juga meminta untuk tidak menyebut nama Baksil, tapi Babakan Siliwangi saja.

Memang nama Baksil dikenal di dunia biologi atau kedokteran sebagai kuman. Teman dari bakteri. Dan bisa menyebabkan penyakit. Kalau menilik itu, sebetulnya ada benarnya juga dipanggil Baksil. Toh sekarang Baksil seakan jadi bibit penyakit bagi Pemkot Bandung. Setiap langkah terkait Babakan Siliwangi, pasti akan mendapat counter dari aktivis lingkungan.

Apa sesungguhnya yang terjadi di Babakan Siliwangi? Sebuah lembah di kawasan Tamansari yang dulu dikenal sebagai Lebak Gede. Lembah hijau penyimpan mata air Bandung. Sampai-sampai ada perusahaan Air Ganesha, yang airnya dari mata air di Babakan Siliwangi ini. Tempat capung terbang berombongan. Tempat pohon-pohon mahoni besar rimbun menaungi.

Yang saya tahu dan ingat, sejak awal koran tempat saya bekerja masih bernama Metro Bandung, soal revitalisasi Babakan Siliwangi sudah mencuat. Waktu itu santer terdengar kabar, di Babakan Siliwangi akan dibangun kondominium dan mal. Itu di zaman Wali Kota Bandung Aa Tarmana.

Protes pun bermunculan dari para aktivis lingkungan dan seniman. Babakan Siliwangi adalah ruang terbuka hijau, bahkan hutan kota di tengah kota. Kalau kemudian dibangun kondiminium, tentu punah sudah hutan kota di Bandung. Selain itu, Babakan Siliwangi pun tempat para seniman berkreativitas. Di situ ada sanggar olah seni (SOS). Kalau digusur, tidak ada lagi tempat berekspresi.

Setelah lama tak terdengar soal isu Babakan Siliwangi ini, belakangan muncul kembali isu pembangunan Babakan Sari. Ini setelah mencuat setelah Dinas Tata Kota memberi izin pembangunan kepada PT EGI untuk membangun kembali rumah makan Babakan Siliwangi. tahun 2003 lalu, rumah makan ini terbakar. Namun isu pembangunan ini kembali ditolak para aktivis dan seniman. Mereka melihat ada udang di balik batu dari rencana pembangunan ini. Bisa saja awalnya untuk rumah makan. Namun setelah itu, sangat mungkin melebar ke pembangunan yang lain.

Bahkan ITB sendiri yang menguasai kawasan Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) di lembah Babakan Siliwangi berencana untuk membangun tempat parkir tingkat. Katanya untuk tempat parkir mahasiswa dan masyarakat. Lokasinya di lapangan tenis saat ini.

Kalau saya perhatikan, sebenarnya persoalan pembangunan ini bermula dari pembangunan Sabuga oleh ITB. ITB bisa menyewa tanah milik Pemkot dan membangun sarana olahraga dan panggung budaya. Kalau tidak salah, masa sewanya 20 tahun. Lokasinya di lembah Babakan Siliwangi. Tapi kok pembangunannya tidak ada yang memprotes secara besar-besaran.

Bisa jadi ini dimanfaatkan pihak lain. Kalau ITB saja bisa, mengapa lahan bekas rumah makan Babakan Siliwangi tidak juga bisa direvitalisasi. Toh nantinya akan kembali ke masyarakat juga. Soal Sanggar Seni, Pemkot pun sudah mengantisipasi dengan merelokasi ke Pasar Seni Tamansari.

Tentu karena banyak pihak yang berkepentingan: khususnya yang mempertahankan dan yang ingin membangun Babakan Siliwangi. Bagi yang ingin membangun tentu ini peluang untuk berbisnis. Bagi yang ingin mempertahankan, inilah saatnya menolak kebijakan Pemkot yang tidak peduli lingkungan. Sampai kini belum ada keputusan saklek tentang Babakan Siliwangi. Wali Kota Bandung Dada Rosada berjanji kalaupun Babakan Siliwangi dibangun, tidak akan terjadi perusakan. Begitu katanya.(*)