Tuesday, December 26, 2006

Tanggal Merah

Jumat (22/12) lalu adalah hari terakhir Bila sekolah di semester ini. Hari Minggu (24/12), ada pembagian "raport". Tempatnya di Dago Pakar, lalu dilanjutkan ke Karang Setra. Saya dan Bu Eri tidak bisa menghadiri acara itu. Kita berdua lagi diserang flu batuk hebat. Makanya Bu Eri berobat ke dokter Lis di RS Hermina, sehari sebelumnya. Jadinya ya kita di rumah saja. Kepala pusing, batuk gak berhenti, badan agak meriang. Baru sore-sore kita keluar rumah. Tadinya mau jalan-jalan di kampus Unjadi, dan ngecek ATM Shar'e Muamalat di ATM Bersama BNI. Eh malah keterusan ke Baros sana, beli bakso Trisno. Pas kita lagi makan, Bila telepon. Ternyata dia udah ada di rumah. Kita datang, langsung deh keluar ogo-nya.
Senin (25/12), kita belanja ke Carefour Mollis. Bareng dengan Mas Rohman dan Mbak Ani juga Fathan. Katanya Mbak Ani pengen makan di Pizza Hut. Ya udah, beres belanja, kita makan di Pizza. Pulang naik taksi "argokuda'. Sorenya saya langsung ke kantor, karena memang Selasa terbit. Mau tanggal merah, Natal, Idul Adha, koran Tribun Jabar tetap terbit seperti biasa. Memang rodi!! Gak ada waktu untuk menghela napas sejenak. Kebijakan ini sudah diambil sejak awal mula kita terbit, tahun 2000 lalu. Kecuali Lebaran kita libur tiga hari. Setelah itu, Rodi lagi.......

Thursday, December 21, 2006

Bila Ajal Telah Tiba

Bagaimana kau merasakannya akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi meninggalkanmu
Bagaimanakah bila saatnya waktu terhenti tak kau sadari
Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali mengulang ke masa lalu

Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan kembali pada-Nya

Bila waktu tlah memanggil, teman sejati hanyalah amal
Bila waktu tlah terhenti, teman sejati tinggallah sepi...

Kamis (21/12), sekitar jam 14.30, saya mendapat kabar, tetangga pinggir rumah, Mang Ayi, meninggal di RS Cibabat. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Tadi pagi sekitar jam 8, saya baru bangun dan mendengar ribut-ribut. Rupanya para tetangga mau membawa Mang Ayi yang sudah seminggu terbaring sakit ke rumah sakit. Dari jendela Bu Eri melihat, Mang Ayi dibopong pake becaknya Bang Aan, tetangga depan Mang Ayi dan sohib beratnya. "Euleuh meuni sepa gitu, kenapa gak dari kemarin-kemarin dibawa ke rumah sakitnya" gitu komentar Bu Eri waktu melihat kondisi Mang Ayi. Siapa nyana, siangnya Mang Ayi menghembuskan napas kehidupan terakhir.
Saya belum sempat takziyah. Hanya sempat mengantar Bang Aan ke RS Cibabat, karena sekalian lewat mau pergi ke kantor.
Saya orang yang tidak percaya takhayul. Namun kejadian ini sudah sering saya saksikan sejak masih kecil. Ini soal manuk Sitincuing. Sejenis burung yang berlagu dengan nada sedih dan memanjang. Orang-orang tua dulu suka bilang, jika terdengar bunyi burung Sitincuing ini, pasti akan ada orang meninggal. Saya sih gak percaya, masa suara burung jadi pertanda.
Tapi kejadian ini berlangsung bertahun-tahun. Waktu masih tinggal di Cibabat, sebelum tetangga saya, orang kaya se Sukajaya, meninggal, bunyi burung Sitincuing bersahut-sahutan. Lalu tak lama tetangga saya itu meninggal. Dan beberapa kali kejadian seperti itu.
Lebih sering lagi setelah tinggal di Babakan Sari Unjani ini. Saya amati, sebelum ada orang meninggal, pasti saja burung misterius itu muncul menyanyikan lagu kematian. Dua atau tiga hari ke depan, tetangga RT sebelah sana dikabarkan meninggal.
Begitu pula dengan Mang Ayi ini. Dua atau tiga hari lalu, saat lg nongkrong saya di WC, saya dengar suara manuk Sitincuing. Dalam hati saya ngagerentes,"Siapa lag ini yang meninggal". Bukan berarti saya yakin itu pertanda kematian, hanya pengalaman dan pengamatan saja yang secara kebetulan ternyata pas. Saya sendiri tidak menyangka kalau itu Mang Ayi. Karena tidak punya pikiran buruk sama sekali bahwa burung misterius itu mengabarkan kematian Mang Ayi.
Apakah benar burung itu sebagai pembawa kabar kematian? Wallahu Alam. Antara percaya dan tidak. Mungkin burung ini diberi kelebihan oleh Allah SWT, punya firasat tajam tentang kedatangan malaikat maut. Dan memberi kesempatan kepada manusia untuk segera bertobat. Sekali lagi Wallahu Alam.
Tidak akan ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya tiba. Tidak juga seorang Nabi Muhammad SAW. Hanya sebagai Rasul pilihan Allah SWT, Nabi Muhammad sudah diberi tanda-tanda ajalnya akan tiba. Seperti saat Haji Wada, atau haji terakhir. Beliau berpidato panjang lebar tentang umat Islam dan turunlah ayat terakhir "Telah Aku sempurnakan agamamu untukmu..."
Oleh sebagian sahabat, seperti Abubakar, Umar, Utsman, ayat ini dibaca sebagai pertanda telah dekatnya ajal Nabi Muhammad. Mereka pun menangis saat mendengar ayat ini. Tak lama setelah Haji Wada, Rasullullah SAW sakit keras hingga akhir hayatnya.
Mudah-mudahan kematian kerabat, tetangga dan saudara-saudara kita semakin menyadarkan diri kita sendiri bahwa kematian itu begitu dekat, bisa terjadi kapanpun jua. Dan yang paling penting, bekalilah diri ini dengan bekal amal kebajikan yang banyak. Mumpun masih ada waktu, napas masih tersisa. Karena hanya itulah yang akan menjadi teman di alam Barzah kelak.

Monday, December 18, 2006

Kali Ini Hanya di Rumah

MINGGU (17/12). Kali ini kami tidak bepergian. Semula memang merencanakan mau ke Istana Plaza di Pasirkaliki. Kalau tidak salah ada Lomba buat anak-anak. Lomba apa yah? Masuk lorong, lompat kodok, dll. Dua hari sebelumnya sudah bilang ke Bila, kalau kita mau ke IP. Tapi, Sabtu sore, Bapak berangkat ke Magelang. Pulang kampung. Mau nyari pembantu buat di rumah, katanya. Ya, di rumah cuma berempat jadinya. Ke IP pun batal.
Akhirnya kami hanya main di rumah. Sekalian membereskan kamar dan memasang karpet baru. Karpet plastik ini mengganti karpet bulu. Bila memang alergi, jadi kata dokter semua hal yang memungkinkan terjadi alergi, seperti karpet bulu, ini harus dihindari.
Pagi-paginya, kami main dulu ke Brigif. Ini sebuah lapangan atau stadion milik Brigif 15 Kujang. Letaknya berdampingan dengan Unjani, kalau dari arah samping. Kalau mau ke Brigif, kami tinggal nerobos gang kecil, langsung ke KPAD Kebun Rumput dan masuk ke Komplek perumahan prajurit Brigif.
Brigif ini "wisata Minggu pagi". Ya sama dengan Gasibu kalau di Bandung. Ibaratnya pasar pindah. Semula hanya senam pagi biasa. Yang jualan cuma satu dua. Lama kelamaan, jumlah pedagang semakin banyak. Seluruh jalan dipadati tukang dagang. Orang pun jadi berubah niat. Tadinya untuk senam, sekarang ke Brigif untuk belanja.
Kami pun begitu. Berhubung segala macam barang yang bisa dijual ada di sini, ya kami pun belanja. Kebetulan Bu Eri pengen banget makan bubur ayam. Kami pun nongkrong dulu di Bubur Ayam Pa Ekong di pinggir utara lapang Brigif. Pa Ekong ini tukang bubur asal Jati Prapatan Cihanjuang. Waktu masih SD dan tinggal di rumah nenek, saya suka beli bubur Pa Ekong ini.
Setelah melewati stan es krimnya Mas Rikhan, Bila ingin naik kuda. Untuk naik kuda yang cuma 3.000 perak saja harus menunggu setengah jam.
Cuma ada empat kuda di lapangan ini. Semula tertib antre, tapi karena lama, akhirnya terus bergeser, paboro-boro muru kuda. 1/2 jam, baru si Emang yah yang nyetop orang lain. "Ini Bapak ini dulu, udah lama nunggu". Akhirnya...
Saya pun nyungkun. "Tiga keliling Mang". Kagok lah satu keliling mah. Soalnya gak imbang antara lama nunggu dengan satu keliling naik kuda yang tak lebih dari lima menit. Mumpung murah, cuma 9.000 perak.
Pulang dari Brigif, kita pun beres-beres kamar. Bongkar karpet, ganti dengan karpet plastik. Baru mandi jam 2-an. Karena cape, Bu Eri ketiduran. Saya sih nonton film James Bond "Casino Royale" di dvd. Itu pun gak tuntas. Lalu main game "Call of Duty", game perang dunia ke 2, sampai magrib.
Jam 7 malam, kami pun meluncur ke tempat Seafood HDL Cilaki di Cilember. Ini tempat makan langganan kita sejak zaman Bila masih di perut. Makanya sudah pada kenal dengan pegawai-pegawainya, termasuk tukang parkir. Yang sekarang ini, tukang parkir yang kedua. Yang dulu udah pindah kerja, markiran di Bank Mandiri, depan Seafood ini. Katanya sih makanan laut cukup bagus buat janin.Makanya, si Utun pun ditransfer makan Udang dan kawan-kawannya. Cuma Kaka Bila agak rewel. Dia nangis di sini. Katanya sakit gigi. Pas diperiksa, dikorek-korek, ternyata tambalan gigi yang bolong, ilang. Berarti mesti ditambal lagi.. Kasihan deh, dia gak bisa ngabisin kerang kesukaannya...


Thursday, December 14, 2006

JJP versus JJS

Kalau Deni Malik dulu terkenal dengan lagunya "JJS alias Jalan-jalan Sore", nah kalau kami saat ini lagi menggalakkan "JJP alias Jalan-jalan Pagi". Ya, JJP ini penting, khususnya buat Bu Eri. Katanya, jalan-jalan pagi bisa melancarkan saat persalinan. Membiasakan ibu hamil untuk gerak, juga biar si Utun leluasa nendang-nendang dengan posisi kepala di bawah. Seperti biasa, kami jalan-jalan pagi ke Kampus Unjani di samping kampung kami. Kalau pagi memang hawanya sejuk dan segar. Embun masih nempel di daun.
Pekan ini memang baru Kamis (14/12) kami JJP. Hari-hari sebelumnya, kami kecapean plus ngantuk. Sehabis salat Subuh, tidur lagi jadi tidak sempat JJP. Ya, kalau tidak jam setengah 6, yah jam 6 kami berangkat ke Unjani. Rute yang kami lalui sudah jadi tradisi. Belok ke kiri, lalu menyusuri jalan di depan Fakultas Kedokteran, Psikologi, dan Fisip.
Di belakang, dekat lapangan basket, kami belok ke kanan melewati gedung Sasana Krida. Ini gedung aula-nya Unjani, yang sering jadi tempat ngeband. Dari sini belok kanan ke arah kantin dan mesjid, lalu menuju ke arah gerbang. Paling lama hanya 40 menit kami jalan. Kalau lagi ingin sarapan, kami beli kupat tahu atau gorengan, atau juga bubur ayam. Kecuali Kamis kemarin, sepulang dari Unjani, kami membangunkan Bila, yang masih ngorok alias kerek.
Bu Eri ingin beli bubur ayam dan makanan ringan, di Gandawijaya. Akhirnya, hanya cuma muka saja, kami bertiga, eh berempat, langsung tancap gas, pake motor.
Ke Toko Aneka, depan Cimahi Mal, dulu, beli makanan ringan. Tadinya memang mau beli bubur ayam, tapi di jalan Bu Eri berubah pikiran. Ia mau kupat tahu di Gang Balong. Tukang kupat tahu satu ini sudah terkenal sejak dulu. Bertahan di tempat yang sama, Kupat Tahu Gang Balong tak pernah sepi. Pembeli sudah biasa antre di sini. Apalagi kalau hari Minggu. Pasti padat. Mamah Sangkuriang, ibu angkat saya, juga paling senang kalau dibelikan Kupat Tahu Gang Balong.
Rupanya Bila lagi suka makan. Walau bukan kupatnya, dia habiskan tiga potong tahu goreng. Lumayan daripada tidak makan sama sekali. Pulang ke rumah, karena masih ngantuk, akhirnya saya tertidur lagi hingga jam 10.00. Aduh nikmatnya tidur..


Tuesday, December 12, 2006

Beli Baju Si Utun

Beli Baju Si Utun
Hari Minggu (10/12), kami bertiga, saya, Bu Eri, dan Kaka Bila, eh berempat dengan si Utun, belanja perlengkapan bayi ke Lavie di Jalan Imam Bonjol Bandung. Sejak awal Desember, saya dan Bu Eri sudah berencana untuk belanja buat si Utun. Utun? siapa nih?. Utun itu kata dalam bahasa Sunda, lengkapnya Utun Inji. Itu sebutan atau panggilan bagi jabang bayi, orok yang masih ngendon di perut sang ibu.
Kami naik taksi langganan dari Blue Bird yang disopiri Pak Bandi. Setahun lebih kami langganan taksi Pak Bandi. Tinggal telepon, kalau tidak ada penumpang atau sedang libur, dia langsung meluncur ke Unjani. Setiap awal bulan juga dia kirim SMS jadwal libur, jadi kita tahu kapan bisa pakai taksi Pak Bandi.
Hanya butuh waktu 40 menit untuk sampai ke Lavie. Toko satu ini memang terkenal paling lengkap urusan perlengkapan bayi dan balita. Alhamdulillah, saya punya rezeki, sisa uang SPJ dari Depok-Bekasi, jadi bisa beli perlengkapan. Keliling-keliling, pusing juga memilih barang yang begitu banyak. Apalagi Kaka Bila merengek terus, ingin main ke King's. Daripada rewel, saya suruh dia naik kuda keliling ke Jalan Teuku Umar. Kayaknya sudah lama, Bila tidak tunggang kuda lagi, Mungkin lebih dari dua bulan. Cukup 5 ribu perak, Bila enak saja nangkring di punggung kuda.

Setelah pilih sana sini, akhirnya bejibun juga perlengkapan bayi yang dibeli. Dari Lavie, kami langsung ke King's Jalan Kepatihan. Naik taksi Blue Bird. Bila bermain dulu di King's fantasi, tapi dia kurang bersemangat, soalnya cuma sendirian, tidak ada teman. Biasanya kami mengajak para keponakan kalau main ke Bandung. Berhubung lagi pada ujian, jadinya Bila bermain sendirian.
Cape bermain, lari-lari, keluar masuk lorong, kami pun makan di Bakso Karapitan. Seperti biasa kalau ke tempat makan satu ini, Bila selalu pesan es kelapa dan maunya duduk di meja paling pinggir dekat kaca.
Sore baru pulang ke rumah. Lelah rasanya, badan paga pegel. Resminya memang Minggu itu hari libur, tapi tidak pernah ada kata libur yang benar-benar libur. Pasti ada saja acara keluar. Ya, namanya juga buat anak. Ya enggak?..
Setelah dihitung-hitung lagi di rumah, ternyata masih banyak perlengkapan yang belum dibeli. Dan nilainya dua kali lipat belanja pertama itu.
Ha..ha ha.. Kita cuma tertawa saja.Walau belum tahu darimana dapat uang, kita yakin pasti akan ada rezekinya. Itu yang selama ini menjadi keyakinan kita bahwa setiap orang sudah punya rezekinya sendiri-sendiri. Si Utun saja yang masih di dalam perut, sudah ada rezekinya, apalagi kita yang banting tulang tiap hari, masa tidak dikasih rejeki?
Jadi kami tidak pernah khawatir dengan hal satu itu. Kalau ada uang yang kita beli, tidak ada ya kita tak beli. Gampang khan?
Alhamdulillah-nya, kita sudah tidak pusing lagi untuk biaya persalinan dan Aqiqah 7 hari setelah lahir. Kita sudah menyisihkan uang jauh-jauh hari dan kalau tidak ada insiden, rasanya uang tabungan di Shar'e Muamalat itu cukup. Insya Allah.
Doakan saja Bu Eri melahirkan secara normal, lancar, dan bayinya pun sehat, normal, solehah. Amiin.

Monday, December 11, 2006

Obrolan di Tengah Jalan

Maaf. Baru hari ini saya mengisi blog lagi. Sibuk, katanya. he he.. Entah kenapa, saya lagi susah menuangkan apa yang saya dan keluarga jalani hari demi hari. Rabu (6/12) pekan kemarin, saya berangkat ke Depok dan Bekasi untuk ekspose hasil pemantauan Tim Adipura 2006. Seperti pernah dibilang, sudah dua tahun saya jadi tim pemantau Adipura sebagai wakil dari dari kalangan pers. Tahun lalu, saya memantau di lima kota/kabupaten di Pantura (Cirebon, Kab Cirebon, Kab Kuningan, Kab Majalengka, dan Kab Indramayu).
Dari Bandung, saya berangkat jam 06.00 bareng Pak Warman dan Pak Hendi dari BPLHD Jabar. Di jalan kami sempat terhadang rombongan jemaah calon haji, tepatnya di daerah Cibinong. Di Depok, kami bertemu dengan anggota tim dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Rachmat. Dia bareng dengan Pak Setyo, Kabid dari Pusreg LH Yogyakarta. Kami berhadapan langsung dengan Walikota Depok, Nurmahmudi Ismail dan seluruh kepala dinas. Alhamdulillah, pemaparan di Depok berjalan lancar. Memang lebih banyak Pak Setyo yang bicara. Maklum, di "jurignya" Adipura. Hapal seluk beluk, lika-liku Adipura.
Sorenya kami langsung ke Bekasi, menginap di Hotel Bunga Karang. Kali ini tanpa kehadiran anggota tim dari KLH dan Pusreg LH. Hanya kami bertiga. Padahal bahan ekspose untuk Kota Bekasi ini belum siap. Akhirnya hingga dini hari, kami mengerjakan bahan ekspose di Power Point.
Kali ini yang menghadapi kami bukan walikota, tapi Asisten Daerah II. Katanya Pak Walikota Bekasi, Ahmad Zurfaih, sedang sakit ginjal. Giliran saya dan Pak Warman yang harus memaparkan hasil evaluasi tim pemantau terhadap kebersihan Kota Bekasi. Alhamdullillah, pemaparan sangat lancar. Kamis sore kami sudah kembali ke Bandung.
Di sepanjang perjalanan Bekasi-Bandung via Cipularang, kami mengobrol ngalor ngidul. Dari obrolan itu, mencuat soal PNS, KKN, kebiasaan nyomot duit kas, dll. Dua rekan saya itu memang berpengalaman sebagai Bendahara. Pak Warman 10 tahun, dan Pak Hendi 2 tahun.
PNS memang bergaji, yah cukup gak cukup lah. Tapi dari biaya perjalanan semacam ke Depok Bekasi ini, mereka mendapat tambahan penghasilan. Dua hari itu saja, yang saya tahu, mereka mendapat 1,5 juta per orang. Belum ditambah dari honor ekspose, lumayan juga gede.
Lalu soal duit di kas, mereka juga cerita kalau kepala dinas itu punya kuasa untuk nyomot duit begitu saja. "Aya duit tiis teu, cing nginjeum heula" begitu ungkapan untuk ngambil uang dari bendahara. Kalau sudah begini, yang bingung adalah Bendahara. Dia harus merekayasa sejumlah kuitansi pengeluaran untuk duit yang diminta Kepala Dinas itu. Bilangnya memang pinjam, tapi tidak pernah mengembalikan.
Rata-rata setiap kepala dinas, khususnya di BPLHD Jabar, seperti itu. Ada sih yang baik, dalam artian tidak pernah meminta. Tapi saat Bendahara menawarkan uang sisa kas, jumlahnya jelas puluhan juta, ya diambil juga. Yang kelabakan, ya Bendahara. Pada saat ada pemeriksaan dari Irjen, atau Bawasda, baru pusing tujuh keliling. Pak Warman pernah dipanggil Kejaksaan gara-gara tender atau pengeluaraan yang katanya tidak sesuai. Saya bilang ke Pak Warman, di kantor saya, ada teman wartawan yang memark up uang dokter dan ketahuan, padahal besarnya cuma 40 ribu perak, langsung dipecat. Apalagi kalau jutaan kayak begitu, ditendang kali.
Nah, menurut pengakuan Pak Warman dan Pak Hendi, saat jadi Bendahara-lah mereka kenal dunia malam. Biasanya itu untuk menjamu tamu, dari Irjen atau BPK dsb. Tamu-tamu kayak gini biasanya minta dilayani. Minta ke diskotek lah, bahkan minta disediakan wanita. Sampe ada istilah "jatuhan" untuk menyebut cewek ABG. Awalnya mereka tidak mau masuk ke diskotek misalnya. Tapi si tamu Irjen dari jakarta ini gak mau kalau tidak ditemani. Akhirnya mau tidak mau, mereka pun harus masuk ke diskotek. Merasakan alkohol, dll. Makanya, mereka ini tidak mau menjadi bendahara lagi. Cukup sekali katanya. Pusing dan takut dosa.

Tuesday, December 05, 2006

Seminggu Penuh Kejutan

Hapunten, seminggu terakhir ini saya tak pernah mengisi blog. Kebetulan kerja di kantor lagi padat, tak sempat saya menuangkan ide-ide dan cerita keseharian Keluarga Mac. Padahal, rasanya banyak kejadian yang menarik selama satu pekan ini. Misalnya saja, setiap pagi, eh gak juga denk, saya dan Bu Eri suka jalan pagi keliling Kampus Unjani. Pernah bareng dengan Bila. itupun susah payah membangunkannya. Mau pake sepatu roda, katanya. Pake sepatu rodanya sih sebentar, yang lama itu yah digendongnya itu.
Selain sering sujud, Bila bilang nungging, jalan pagi ini memang harus dilakukan, karena posisi si Utun di perut Bu Eri sungsang. Nah kejutan terjadi Senin kemarin. Bu Eri kan selalu mengeluh sakit tulang ekor. Kemarin dia periksa ke dokter Lis, langganan periksa kandungan. Ternyata posisi Si Utun sudah normal, dan jenis kelaminnya sudah kelihatan. Perempuan!! Ha ha perempuan lagi. Memang awal ingin anak laki-laki, biar sepasang gitu. Tapi tidak masalah, perempuan atau laki-laki juga, yang penting sehat, cerdas, pintar, solehah.
Jadi saya BAKAL PUNYA DUA BIDADARI!!!....Bila sih senang waktu diberi tahu, adiknya perempuan. "Tuh kan perempuan, ayah sih suka bilang adik laki-laki" gitu komentarnya. Alhamdulillah Ya Robbana....
Rencananya saya besok mau berangkat ke Depok dan Bekasi untuk presentasi penilaian Adipura. Kebetulan, saya sudah dua tahun dipercaya sebagai tim penilai kebersihan kota-kota di Jabar. Tapi untuk urusan besok, saya mesti nunggu dulu surat dari BPLHD. Tanpa surat itu, saya tidak mungkin bisa berangkat. Di kantor lagi susah, segala macam perizinan mesti bilang ke Jakarta....
Ya lah, yang penting Si Utun sehat, ibunya sehat, semua sehat.....

Tuesday, November 28, 2006

All About Strawberry

WAKTU cuti minggu lalu, kita sempat bermain ke All About Strawberry. Ini tempat main dan makan di daerah Cihanjuang, dekat rumah Mama. Bila yang mau ke sini. Sebenarnya terlalu sering ke tempat ini, sampai bosan, karena fasilitasnya tidak ada yang berubah. Itu-itu saja. Kalau tidak flying fox, ya Rumah Pohon.Untuk makanan, ya sama
saja. tidak ada yang aneh



























Memang sih, bagi mereka yang belum pernah ke kebun Strawberry, tempat ini cukup asyik. Ada saung-saung buat lesehan, juga kebun stroberi. Di sini bisa metik sendiri buah stroberi. Kebanyakan di akhir pekan, pengunjung yang datang dari luar kota Bandung. Ya, cukup bangga juga, di Cimahi ada tempat wisata seperti ini...
Catatan foto:
1. Bila bergaya sehabis flying fox di Strawberry, sehari setelah Lebaran 2005, kalo tidak salah bulan Oktober
2. Ini foto Bila waktu pertama kali flying fox di Strawberry, kira-kira tahun 2004 akhir.
3. Bermain cat warna di kue
4. Meluncur, asyikk...
5. Berlari di jembatan Rumah Pohon Strawaberry. Kalau ini tanggal 20 November 2005

MENDUNG MENGGELAYUT DI LANGIT BANDUNG

SUDAH dua hari ini, matahari pagi tidak bersinar terang. Selalu terhalang kabut. Awan pun lebih banyak menggelayut hitam. Mendung. Malahan Senin pagi, turun hujan gerimis. Alhamdulillah. Setelah beberapa bulan diterpa kemarau dan panas menyengat sampai 34 derajat Celcius, Bandung dan sekitarnya mulai diguyur hujan. Memang hujan satu dua kali belum mampu mengisi sumur yang kering kerontang. Tapi ini awal yang baik, terutama bagi mereka yang kekurangan air.
Di kampung saya, Babakan Sari, orang-orang harus antre di pancuran Unjani untuk mendapat air bersih. Hanya ada beberapa warga yang masih punya aliran air. Sumur di rumah juga sudah kering. Untungnya masih ada mesin penyedot air. Walau debitnya kecil, kami tidak perlu antre dan mengangkat berember-ember air untuk mengisi bak mandi.
Senin kemarin, Bila tidak sekolah. Waktu dibangunkan, dia menggerutu "Aku masih ngantuk". Mungkin kecapean, setelah main seharian di Carefour. Dan memang cuaca juga tidak mendukung. Hujan.
Hari ini hari kedua Bu Eri tidak memakai motor. Saya yang mengantarnya untuk liputan di Pemkot. Saya sempat marah, waktu Bu Eri bilang mau pakai motor lagi, buat keliling-keliling. Gimanapun juga, bayi di perut Bu Eri harus diprioritaskan. Sebelum posisinya normal dan stabil, rasanya sulit melepas bu Eri pergi pake motor.
Memang dia sering sujud atau posisi nungging. Pagi ini pun, kita berdua jalan kaki keliling kampus Unjani. Buat relaksasi dan melenturkan badan. Katanya bagus buat ibu yang sedang hamil. Mau mengajak "Kaka' Bila, masih ngorok. Waktu dia bangun, kita kasih tahu kalo tadi kita jalan-jalan ke Unjani. "Kalau mau ikut, besok bangunnya harus pagi-pagi".
Sebelum pergi ke kantor, saya sempatkan untuk menyiram bibit cabe dan terong ungu. Sudah dua minggu, dan mulai tumbuh kecambah. Ini awal dan coba-coba jadi petani rumahan. Bertanam sayur di pot dan polibag.
Mendung yang menggelayut sejak pagi, akhirnya pecah juga. Isinya tumpah ruah menyiram bumi dibareng gemuruh guntur. Ingat guntur, jadi ingat majalahnya Bila yang saya beli di gramedia. Ceritanya tentang Putri Halilintar dan Pangeran Guntur. Di situ diceritakan asal-usul Halilintar dan Guntur, serta cara menangkal halilintar. Sepertinya lamanya juga hujan ini turun. Tentu harus bersyukur, karena dengan begitu sumur di rumah yang garing itu bakal terisi air lagi...

Monday, November 27, 2006

Verboden...

Mulai Senin (27/11) ini, saya larang istri saya naik motor Mio-nya. Naik motor apapun gak boleh. Dia udah masuk enam bulan dan kondisi bayinya sungsang. Memang sih, setiap pagi sore, sesuai anjuran dokter, Bu Eri sering nungging-nungging. Tapi saya khawatir cara itu tidak cukup. Soalnya dia terbiasa naik motor. Jadi males buat jalan kaki. Dan memang terbukti. Baru sehari jalan kaki, udah ngomong "Waduh cape banget, pegel nih".
Saya sih ngelarang dia bawa motor, supaya nanti persalinan lancar. Kondisi sekarang memang berbeda dengan Bila dulu. Waktu mengandung Bila, Bu Eri selalu jalan kaki, karena memang belum punya motor. Jadi lancar-lancar aja kandungannya. Tidak pernah ada istilah bayi sungsang.
Namanya juga ingin semua selamat dan lancar, segala cara harus ditempuh. Saya baca dari internet, sampai usia 32 minggu, bayi sungsang dalam kandungan masih bisa dibetulkan. Tapi lewat dari itu, sudah sulit. Saya sih gak ingin terjadi apa-apa dengan bayi dan Bu Eri. Makanya maksa Bu Eri supaya mau jalan kaki.
Memang harusnya jalan kaki setiap pagi. Tapi lebih banyak susahnya. Susah bangun maksud...tidur mlulu, kecapean kerja. Ya beginilah pekerja malam...


Bulanan

BELANJA BULANAN

Setiap akhir bulan kami biasa belanja untuk kebutuhan selama satu bulan. Seolah menjadi ritual keluarga, kebanyakan kami belanja k Carefour. Pernah juga ke Hypermart, Giant, atau Yogya, tapi lebih banyak ke Carefour Molis. Biasanya setelah tanggal 25 atau 27, karena di tanggal-tanggal itu, kami terima gaji. Bu Eri terima gaji tanggal 25, sementara saya setiap tanggal 27.
Yang ikut belanja, tak hanya Bila. Kami biasanya mengajak keponakan-keponakan ikut serta, sekalian menemani Bila bermain. Kalau tidak Nurul dan Farid, ya Fatan. Atau hanya Nurul saja. Tentu kami tidak bisa mengajak semua keponakan, karena mau dibawa pake apa? Taksi langganan kita, Pak Bandi atau Kang Lukman dari Bluebird, jelas gak akan cukup mengangkut orang lebih dari lima.

Kami pilih Carefour Molis, karena lebih dekat dari rumah. Masuk jalan tol Baros, langsung ke pintu tol Pasirkoja. Sampe deh, gak lebih dari 15 menit. Di sini juga, ada Timezone, tempat main game. Kami memang menyediakan anggaran khusus untuk main game. Bahkan untuk Timezone, kita beli kartu langganan di beberapa Time Zone. Kebetulan, hari Minggu kemarin, ada bonus 100 persen. Jadi beli koin 25 ribu, dapat 25 ribu lagi. Ya namanya menyenangkan anak, tidak jadi masalah. Bila senang bermain karusel mini. Tapi dia juga senang main tembak-tembakan. Ditemani kakak-kakak sepupunya, dia pasti lama main di Timezone. Dari situ, biasanya Bila merengek minta main keretapi. Nanti pulang dari Carefour juga biasanya main lagi di tempat perosotan.
Belanja bulan ini kayak sedikit. Tapi waktu dilihat nilai, ya sama saja hampir 1 juta-an. Memang barang tidak terlalu banyak. Kemarin beli juga Magicom, soalnya yang di rumah sudah agak rusak. Nasi yang dimasak suka kuning. Bu Eri suka protes kalau nasi kayak gitu.
Sempat juga kemarin ke Gramedia, cari majalah "Mother & Baby". Tapi belum ada. Akhirnya Bila yang beli majalah Princess, VCD dongeng anak. Kita sih beli VCD bahasa Inggris saja, soalnya memang butuh. Mau menggalakkan kembali Bahasa Inggris. Terus terang saja, Bahasa Inggris kita emang payah. Sudah lama tidak dipakai, akhirnya kesulitan, padahal bahasa Inggris memang dibutuhkan.
Selain di Gramedia, Bila juga beli VCD Akal Interaktif. "Aku mau Acel", gitu dia bilang. Acel ini tokoh anak dalam VCD interaktif itu. Cukup bagus untuk anak-anak. Mengajak berpikir logis, pengetahuannya juga luas. Nah di tempat ini juga, Bila mau beli VCD Dora Explorer. Ya, kita beli saja. Di rumah, semua VCD itu dicoba satu persatu. Dia tonton sampai tuntas.
Akhirnya sore kita baru pulang. Kecapean. Yang ada tinggal pegal-pegal saja...

Saturday, November 25, 2006

Masih Pening

Waduh, seminggu ini memang gila!! Bukan gila kurang waras, tapi kondisi badan gak karuan. Sakit perut belum sembuh juga. Kayaknya memang Maag. Cuma dokter aja yang keblinger menyebutnya influenza. Makanya kerja gak konsen. Sementara obat harus diminum tiap 3,5 jam sekali. Jadi bawaannya ngantuk terus. Hari ini maksain main bola. Cuma kuat 1/2 babak. Untung menang.
Nelepon ke rumah, bu Eri masih ada di rumah. Gak enak badan, katanya, jadi gak akan kerja. Di rumah saja, main sama Bila... Tadi sore Bila telepon. "Ayah tadi aku nonton apa coba". Pasti deh Ramones, ya? Iya...katanya sambil ketawa. Ramones itu film kartun Jepang yang ada berantemnya juga. Memang susah sekarang ini memilih stasiun televisi untuk anak.
Space toon saja yang memproklamirkan diri sebagai televisi anak, masih banyak bolongnya. Justru di film-film kartun itu, anak-anak menduplikasi aneka kekerasan. "Ayo kita bertarung".. itu teriakan Bila, katanya seperti di film. Hah?
Jadi apa dong yang aman buat anak? Sekarang ini jelas gak ada. Kalaupun harus menonton teve, orang tuanya mesti mendampingi. Cuma untuk saya, gimana mau mendampingi anak, wong pada kerja kabeh..
Ada embahnya di rumah, ya sama saja. Mbah Uti ini malah nyuruh nonton teve biar anteng katanya... Susah emang

Tuesday, November 21, 2006

Kian Malassssss!!

Wuaahh, bukannya semangat, malahan kian malass!! Perut saya yang sakit makin melilit tak karuan. Boro-boro mau nulis, ngerasain sakit aja udah malas... Entah kenapa ni perut gak bisa diajak kompromi. Udah dikasih Promag, Mylanta,, malah dikasih Kuning, gak ada yang ampuh. Kemarin sore ke dokter, di apotek sebelah kantor. Agak bingung juga diagnosisnya. Katanya kena influenza yang meradang ke perut. Nah lho??..
Sebodo deh, saya minum saja obat racikan apoteker. Pengen tahu juga gimana khasiatnya. Jadi mohon dipersori kalau tulisan belum juga mengalir. Mudah-mudahan kalau sudah sehat benar, saya alirkan kembali cerita-cerita seputar keluargamac. Tunggu saja dan doakan..

Monday, November 20, 2006

Jadi Males Deh!

Ini hari pertama masuk kerja setelah cuti selama tiga hari. Jadi, ya mohon dipersori kalau blog ini bolong 4 hari. Beginilah, jadi males deh, menulis lagi. Apalagi saya lagi sakit perut, melilit, mules ga karuan. Besok deh, saya isi lagi blog ini. Keburu lemes, gara-gara ke wc mlulu, he he ...

Wednesday, November 15, 2006

CUTI

Hari ini terakhir saya di kantor. Mulai besok hingga Sabtu, saya cuti. Disambung libur hari Minggu, jadi genap empat hari saya off dari kantor. Cuti ini sebenarnya sudah lama saya rencanakan. Kira-kira sejak September. Waktu itu saya sudah isi form cuti. Eh, gak tahunya pemantauan Adipura dimulai pada awal September itu. Jadi saya batalkan cutinya. Saat Lebaran, sengaja saya enggak ambil cuti. Biar bisa sekarang cutinya, gitu...
Rencananya cuti, kami sekeluarga mau ke dokter. Ya, sejak istri saya mengandung, belum pernah sekalipun saya mengantar ke dokter. Saya paham psikologis orang yang hamil, gimanapun pasti ingin diantar sama suami.. Kesempatan cuti ini saya gunakan buat hal itu. Lalu, saya juga mau nganter Bila berobat. Sepertinya sudah sebulan ini, batuk dan piilek gak hilang-hilang. Saya khawatir ada flek di saluran pernapasan. Badannya jadi kurus. Mungkin itu karena lepas dari dot, dan jarang minum susu lagi. Tapi kok batuknya gak sembuh-sembuh yah?
Cuti ini juga mau saya manfaatkan untuk mencari pembantu rumah tangga. Kalau memang ada waktu, saya mau ke Cianjur atau Cililin. Di Cianjur saya mau minta bantuan sobat saya, Dadan Achmad Muharam. Dia Camat Cibeber. Masa sih camat gak tahu warganya yang mau kerja? he he.. Bukankah Cianjur terkenal sebagian tempat asal tenaga kerja wanita? Memang sih, kebanyakan mereka memilih ke Arab, daripada kerja di daerah sendiri.. Mungkin gemerincing dan lambaian riyal lebih menarik ketimbang rupiah.
Mudah-mudahan saja, cuti kali ini juga bisa main ke tempat-tempat wisata. Apalagi Bila suka merengek, mau ke Cipanas lah, ke Ancol lah, kemanalah. Itu juga kalau ada uang..
Yang pasti, Sabtu pagi saya tidak akan absen dari lapangan Kavaleri. Kebetulan ada tanding sepakbola lawan tim KPU Jabar. Dan saya yang mengundang mereka via sohib saya, Ferry Kurnia. Dia teman seangkatan di Unpad, dan sekarang jadi anggota Komisi Pemilihan Umum Jabar. Terakhir, kemarin bareng Umroh ke Tanah Suci. Jadi, saya mesti hadir di lapangan....

Catatan: Ini foto saya dan Bu Eri sehabis Salat Ied Fitri, 24 Oktober 2006. Bu Eri kelihatan gendut, si Utunnya sudah 5 bulan..

Tuesday, November 14, 2006

Bila

Hari Senin (13/11): Bila bangun jam 07.15. Setelah hari Minggu main seharian, dia janji mau sekolah. Eh, pas dibangunkan ibunya, susahnya minta ampu, "Aku masih ngantuk Tau, mau tidur lagi" gitu jawabnya. Ha ha ha bikin ketawa orang yang membangunkan. Akhirnya setelah dibujuk sana sini, baru dia mau bangun.
Upss, bukan berarti Bila mau langsung mandi. Ada syarat lainnya yang harus dipenuhi. Bila mau mandi, kalau jajan dulu. Wah ni anak banyak maunya. Lagi-lagi ibunya mesti ngalah. Baru setelah jajan, dia mau mandi.
Saya cuma kebagian nyiapin air hangat, soalnya Bila gak mau dimandiin ayah. "Mau sama ibu saja". Setelah pakai seragam, jam 08.00 kurang lima menit, saya mengantar Bila ke sekolah. Rupanya, anak-anak Attaqwa sudah pada baris di depan kelas. Kalau kondisi kayak gini, Bila maunya diantar sampe ke depan kelas. Baru kalau sudah ketemu guru dan teman-temannya, dia "lupa" sama ayahnya yang mengantar. Dasar....

Monday, November 13, 2006

King's

Berhubung Hari Minggu adalah hari saya mendapat jatah libur kerja, baru hari ini saya mengisi blog ini. Kalau dihitung-hitung, sebenarnya saya tidak pernah libur secara utuh. Karena libur di kantor, berarti acara keluarga menanti. Yap, giliran Bila nagih untuk main. Kemana saja. Kadang ada yang direncanakan, tapi lebih banyak yang spontan saja. Kemarin kami bertiga, plus Nurul, main ke Kings Kepatihan Bandung. Sejak hari Kamis, Bila ribut ingin main ke tempat ini. "Ayah aku mau ke King, King Kong" itu biasanya dia bilang kalau mau ke King sambil tertawa. Di King memang banyak permainan. Ada Time Zone, Bambyland, dan tentu King Kid Fantasy. Ini tempat favorit Bila.
Di sini ada main bola, keluar masuk lorong, dan tempatnya agak luas untuk lari-lari. Melatih psikomotorik, itu ceritanya. Soalnya Bila memang lebih
suka kegiatan fisik kayak gini. Apalagi kalau ada teman, dia pasti lupa waktu. Makanya kami bawa Nurul buat nemenin Bila bermain. Selain itu, kita ke Kings juga sekalian membeli kado mobil remote buat Farid, adik Nurul, yang ulang tahun minggu lalu. Untung waktu beli kado di Dunia Mainan, Bila gak rewel mau ini itu. Dia cuma beli permen karet Barbie. Di Kings juga kita menukar tiket Time Zone. Di rumah sudah numpuk tiket, daripada mubazir mending cepet ditukar. Kemarin sih dapat satu set alat tulis, boks makan, dan tempat minum. Kalau dibawa main, waktu tidak terasa. Tahu-tahu sudah sore, waktunya pulang. Cape memang. Tapi buat nyenengin anak, kapan lagi...

Saturday, November 11, 2006

Tribun FC dan BBM

Sabtu pagi, seperti biasa, saya sudah bersiap untuk latihan sepakbola Tribun FC. Ya, latihan ini rutin satu minggu sekali. Kali ini tidak ada lawan. Saya kontak Ferry Kurnia, anggota KPU Jabar, katanya baru siap Sabtu depan.
Tidak terasa sudah delapan bulan, Tribun FC berlatih di Lapangan Kavaleri. Usai Liga Media Februari 2006 lalu, kami memutuskan untuk tetap solid dan berlatih keras, supaya tahun depan main lebih bagus lagi.
Tribun FC sendiri kelanjutan dari Metro Bandung FC. MB FC terbentuk tahun 2003, waktu ada Liga Antar Media di Bandung. Sempat beberapa kali uji tanding dengan klub perusahaan, setelah itu vakum. Baru muncul lagi ketika ada Liga Media, dan kita membawa bendera baru, Tribun FC.
Sebetulnya kita beruntung saat ini masih punya lapangan untuk berlatih. Waktu dulu vakum juga, karena kendala lapangan. Selain itu, soal klasik, masalah dana. Tak sepeser pun uang dari perusahaan mengalir untuk Tribun FC. Ini semua murni swadaya teman-teman. Mereka iuran per bulan Rp 10.000 buat bayar sewa lapang Rp 250.000.
Hanya memang tidak semua punya kesadaran untuk bayar iuran. Seringnya kita ditolong sama donatur, Tiah SM. Dia ini wartawan yang ngeliput di Pemkot Bandung. Setiap dapat iklan dari Pemkot, ada saja 100-200 ribu disumbangkan untuk Tribun FC. Thanks Teh Tiah.
Sebelum di Lapang Kavaleri, kita sempat latihan di Lapangan Batununggal. Itu pun nebeng sama kesebelasan Bank, saya lupa lagi namanya. (o iya, Bank Artos). Mereka butuh lawan tanding, nah kita jadi lawan tandingnya dan berlanjut. .
Sayang hari ini, kita latihan tidak full. Yang ikut latihan cuma 14 orang. Main 7 lawan 7, jelas bikin ngos-ngosan. Karena itu, jam 10.30, latihan udah bubar dan saya bergegas ke kantor, lalu segera ke Jalan Cimanuk. Saya berencana mau berburu buku di BBM (Borong Buku Murah) yang diadakan oleh Kelompok Gramedia. Kebetulan jatah beli buku bulan ini belum dipake. Tadi pagi udah dibekalin uang buat beli buku sama Bu Eri.
BBM ini dibuka Jumat kemarin ,tapi saya gak tahu kalo ada bursa buku, murah lagi. Semua buku cuma Rp 2.500. Murah beneeeeeer...Katanya mesti pagi-pagi, biar dapat buku bagus. Lewat tengah hari, buku sudah habis, yang tersisa cuma komik-komik.
BBM ini dibuka mulai jam 10.00. Karena latihan sepakbola dulu, saya baru datang jam 11.00. Dan ternyata bener. Buku-buku bagus yang nyisa cuma beberapa gelintir lagi. Ternyata orang lain sudah menunggu sejak pagi, sebelum BBM dibuka. Wah payah deh...

Catatan : Foto di atas itu waktu Tribun FC (jongkok, saya nomor lima dari kanan) melawan kesebelasan DPW PKS Jabar, 23 September 2006, sehari sebelum puasa. Dikirain bakal mudah mengalahkan mereka, taunya kita yang dibantai 5-0 bro..

Friday, November 10, 2006

Panen Padi

9 Agustus 2006: Bila bersama teman-teman dan guru di Lembah Madu tengah panen padi di sawah, entah punya siapa, di daerah Citeureup, Cimahi. Mereka dikenalkan pada Pak dan Bu Tani yang berjasa menanam padi. Anak-anak ini sudah dikenalkan dengan Padi dan Sawah, sejak mulai menanamnya alias tandur. Ibu guru yang lagi mendampingi Bila adalah Bu Iya, guru tempat Bila ngelendot.


Attaqwa dan Lembah Madu


Beruntung hari ini, Bila bangun jam 07.00, dan mau langsung mandi. Walau harus "adu mulut" dengan ibunya, Bila berangkat sekolah sebelum jam 08.00. Saya yang kebagian tugas sebagai pengantar langsung siaga dan gerak cepat memakai baju. Maklum, saya masih tiduran di kasur, waktu Bila mau berangkat sekolah.
Tiba di PG Attaqwa, ternyata bel belum berbunyi. Tumben. Bila langsung mencari teman-temannya, yang cuma enam gelintir itu. Ya, kelas Bila cuma bertujuh. Maklum kelas PG Attaqwa baru mulai tahun ini. Mereka lebih dulu eksis di TK.
Begitu ketemu teman-temannya, Bila langsung lupa kalau dia diantar ayahnya. Saya sih tinggal ngacir aja. Nanti jam 10, baru ngejemput.
Attaqwa ini sekolah kedua Bila. Sebelumnya, kira-kira 1,5 tahun, Bila sekolah di Playgrup Lembah Madu, Warung Contong. Memang ada beda gaya antara Lembah Madu dan Attaqwa. Lembah Madu lebih banyak merangsang kegiatan motorik. Gak heran, kalau tiap minggu, pasti ada acara keluar. Minimal pergi ke kebun di daerah Gunung Bohong. Bermain di sawah, naik tank, pergi melihat pesawat terbang, berenang, adalah kegiatan outdoor lainnya yang menyenangkan bagi anak.
Kelebihan lainnya adalah sifat kekeluargaan. Di Lembah Madu, orang tua diajak ikut serta bermain dengan anak. Selain itu, memang ada kedekatan dengan semua orang tua. Soalnya memang ada beberapa teman di sini. Ada Susan, mamanya Afif. Dia cs waktu di SMA. Lalu Direktur Lembah Madu sendiri, Maya Yustia, adik kelas waktu di SMA juga. Di sini, semua orang tua ikut arisan dan menabung. Jadi waktu keluar, punya celengan.
Mengapa Bila pindah ke Attaqwa, karena saya khawatir dia jenuh di satu tempat. Kebanyang aja, Bila sudah sekolah waktu umur 2 tahun 4 bulan. Kalau terus digeder, pasti ada mas jenuh. Makanya pindah sekolah.
Pilihan jatuh ke Attaqwa, karena dekat dari rumah dan tidak terlalu mahal. Selain itu, TK-nya memang lumayan. Jadi saya berharap PG-nya juga bagus. Namun memang setelah 4 bulan sekolah, tidak seaktif di Lembah Madu. Kegiatan keluar minim. Anak hanya main di dalam ruangan yang tidak terlalu besar dengan jumlah mainan yang juga sedikit. Tapi tak mengapa, yang penting Bila punya teman baru, dan wawasan baru, tidak di satu tempat saja. Dan mudah-mudahan tidak jenuh. (*)

Catatan: Foto di atas adalah foto waktu Bila naik pesawat capung yang lagi parkir di apron Bandara Husein Sastranegara Bandung. Waktu itu, PG Lembah Madu yang mengadakan kunjungan ke Husein. Selain pesawat kecil, anak-anak juga diperkenalkan dengan berbagai jenis helikopter.


Thursday, November 09, 2006

Pembantu

Hari-hari ini, di rumah, kami lagi hangat membicarakan soal pembantu rumah tangga. Ya, sebelum dan sesudah Lebaran, kami tak punya pembantu. Soalnya, pembantu asal Borobudur Magelang, Mbak Pur, yang baru 1,5 bulan kerja di rumah, teu parigel. Apa tuh teu parigel? tidak cekatan, cenderung malas. Akhirnya seminggu sebelum Lebaran, dia kami pulangkan ke kampung halamannya.
Selama tidak ada pembantu, jelas pekerjaan rumah jadi berat, terutama bagi bapak dan ibu. Yah, selama ini memang lebih banyak bapak dan ibu yang ngurus rumah. Karena kami berdua bekerja, dan pulang larut malam. Kesempatan beberes rumah hanya ada waktu hari libur.
Nah sebelum Lebaran, istri saya sudah pesan pada Bu Amel, reporter RRI. Kalau pembantunya pulang kampung , tolong sekalian dicarikan juga kawannya yang mau kerja di Cimahi.
Sebenarnya beberapa teman sempat menawarkan untuk mencarikan pembantu, tapi semua ditolak. Alasannya sudah pesan ke teman, khawatir dapat orang juga, nanti jadi dobel.
Tunggu punya tunggu, pembantu rumah tangga Bu Amel pulang Sabtu lalu, dan ternyata kabar buruk: dia tidak membawa teman. Tadinya katanya mau, tapi pas mau berangkat jadi gak mau.
Ya sudah, terima nasib.
Kami memang butuh pembantu, karena tiga bulan lagi istri saya melahirkan. Tentu akan semakin banyak pekerjaan rumah tangga. Kalau dulu, saat baru satu anak, mungkin masih bisa saya tangani. Untuk cuci popok, baju bayi dan sebagainya saya yang ngehandel. Kalau sudah dua, ini yang rada ribet. Ngurus Bila saja buat mandi, susahnya minta ampuuuuun.
Mudah-mudahan minggu depan sudah ada pembantu. Teh Rini, dia istri Mas Rikhan kakak Eri yang pertama, katanya mau nyari ke Sukabumi. Kemarin-kemarin ada orang Sukabumi yang datang ke rumah, mau bekerja. Tapi gak kami terima, karena khawatir dobel PRT.
Mudah-mudahan saja ada orang yang mau. Gimanapun kami memang harus berterima kasih pada para pembantu rumah tangga. Mereka yang meringankan pekerjaan rumah tangga kita. Tengok saja saat musim mudik Lebaran, beberapa banyak ibu rumah tangga yang kelimpungan karena tidak punya pembantu.
Jadi bersyukurlah kalau punya Pembantu. Dibaik-baikin, jangan dimarahi, anggap sebagai keluarga sendiri, supaya mereka kerasan. Ingat sabda Rasullulah SAW: "Bayarlah upah sahayamu (pembantu, pekerja) sebelum keringat mereka kering".

Simba dan Hakuna Matata


Pusat perhatian di rumah kami memang Bila. Anak usia 4 tahun yang sedang ingin serba tahu, lucu, centil kayak ibunya, tapi juga bisa judes, ngambek mlulu, jamedud haseum. Setiap kali, ada saja omongan yang baru, tingkah aneh-aneh, bikin kita bingung dari mana dia dapat kosa kata itu atau niru dari siapa.
Pagi ini, begitu bangun tidur, ia langsung menggusur saya, minta disetelken VCD Simba "Lion King". Padahal itu VCD jadul, tapi jadi favoritnya. Entah berapa puluh kali dia nonton VCD itu, sampai hapal gerak-gerik Simba saat berjalan di jembatan sambil putar kepala kiri kanan.
Jauh sebelumnya, VCD Oki dan Pangeran Volux juga jadi favoritnya. Terus VCD Si Kancil, Tweenies, dan Barbie. Memang kami sengaja menyediakan VCD-VCD itu, yang sekiranya bisa memberikan masukan atau pelajaran yang baik bagi Bila. Daripada nonton televisi Indonesia yang banyak sinetronnya, gosip, dan adegan kekerasan, lebih baik kami keluar uang untuk beli VCD.
Karena seringnya menemani Bila nonton Lion King, saya jadi hapal siapa saja tokoh dalam film Walt Disney itu. Ada Simba, si singa kecil yang kemudian tumbuh dewasa setelah berkelana keluar dari kelompoknya. Lalu ada Nala, teman Simba saat kecil dan kelak jadi istri Simba. Lalu Mufasa, ayah Simba yang tewas karena diseruduk banteng saat menyelamatkan Simba. Lalu ada Scar. Ini tokoh antagonis, paman Simba, yang ingin jadi raja hutan.
Nah, Bila ini lebih suka nontong VCD Lion King 1 1/2. Ini Lion King versi layar belakang. Yang jadi tokoh utama bukanlah Simba, tapi teman-temannya Simba saat berkelana, yaitu Timon dan Pumba. Timon adalah musang pengintai, biasanya hidup di gurun, dan Pumba adalah seekor babi hutan. Cerita tentang Timon dan komunitas musang pengintai, lalu pertemuan dan pertemanannya dengan Pumba-lah yang menjadi inti film Lion King 1 1/2.
Dari pertemanan ini, keluarlah istilah Hakuna Matata. Ini istilah spontan yang dikatakan Pumba saat Timon lagi stres. Apa artinya Hakuna Mata. Don't worry, jangan khawatir, itu artinya Hakuna Matata. Jadi kata Pumba, Hakuna Matata, jangan khawatir dengan hidup ini.
Easy going, tidak usah dipersulit, semuanya mengalir dan hadapi dengan penuh kegembiraan.
Itu barang kali, nilai yang bisa kita ambil dari Lion King 1 1/2 ini: pertemanan, kesetiakawanan, jalani hidup dengan gembira dan Hakuna Matata.

Wednesday, November 08, 2006

Surprise Guest!!

Mengawali hari ini, saya dan istri menyiapkan perlengkapan Bila untuk sekolah. Alhamdulillah, pagi ini dia mau bangun lebih awal, sekitar jam 7. Padahal biasanya, susah sekali bangun. Kalaupun bangun dan hari itu sekolah, Bila pasti ogah mandi dan mogok gak pergi sekolah. Namun di tengah kesibukan ini, ternyata ada tamu kejutan.
Siapakah tamu tak terduga dan jadi kejutan ini?
Jam delapan kurang dikit, saya dan istri mengantar Bila ke sekolahnya di Playgrup (PG) Attaqwa. Kalau tidak mengantar, Bila sudah mengancam gak bakalan sekolah. Anak kecil satu ini udah pandai ngancam-ngancam segala.
Sekolah Bila jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya beda kampung, terhalang sawah dan pemukiman. Kami bertiga,Bila duduk di depan, naik motor. Tiba di sekolah, kami menyangka sudah telat dan gerbang digembok. Ternyata belum, dan bel tanda masuk baru berbunyi.
Setelah menunggu sampai Bila masuk kelas, kami pun meninggalkannya, untuk kemudian menjemputnya lagi saat dia pulang jam 10.00. Memang begitu, tidak seperti orang tua anak PG lainnya yang menunggu anak-anaknya, kami membiasakan Bila untuk mandiri. Dan dia tidak protes, bahkan lebih senang tidak ditunggui. Lagian kalau ditunggu, waduh saya gak kuat. Di situ kebanyakan ibu-ibu, dan namanya ibu-ibu kalo ngumpul, gosip beterbangan. Males jadinya.
Saat lagi beres-beres rumah, tanpa diduga ada pengendara motor yang lewat depan rumah. Karena tidak kenal,kebetulan pengendara motor itu pake helm tertutup, ibu mertua saya yang lagi menjemur pakaian di samping rumah,
Eh, taunya Mama (ibu kandung saya) muncul di depan rumah sambil membawa bungkusan, entah apa. Oh ini dia tamu kejutan itu. Kejutan? Ya, karena Mama ini jarang nengok anaknya ini. Sudah beberapa Lebaran, termasuk lebaran kemarin, hanya saya dan istri yang ketemu keluarga Mama di Cihanjuang.
"Bade ka Batujajar, da aya amanat. Ieu Dudin (kakak saya) ngirim mangga dari Majalengka lewat paket," kata Mama yang datang bersama suaminya, bapak tirinya saya.
Karena cuma sebentar, Mama ngobrolnya di teras rumah. Mama pun mengagumi bunga-bunga yang baru dua minggu ditanam di pot-pot. "Wah nu ieu mah mahal yeuh," ceuk Mama bari nunjuk kembang Eupherbia.
Istri saya lalu nyeletuk, kalau hari Minggu kemarin, Bila menelepon ke Cihanjuang, karena ingin ngobrol dengan Om Oboy (ini panggilan Bila pada adik tiri saya, Taufik Hidayat atau Boy). Dia memang akrab dengan Boy, gara-gara diajarin main PS, Akhirnya setiap ke Cihanjuang, pasti PS duluan yang diserbu.
Sayangnya, Bila belum pulang dari sekolah, jadi gak ketemu dengan Nenek dan Akinya. Walau sebentar, teu nginum-nginum acan paribasana, bagi saya, kedatangan Mama itu sudah cukup. Cukup, untuk menunjukkan masih ada perhatian pada anaknya. Dan itu cukup.
Kisruh Blog

Wah, hari menegangkan, menjengkelkan, kesal, plus bingung, pagaliwota. Tahu pagaliwota? Artinya campur aduk. Why? Blog yang baru berumur dua hari ini kacau balau, kisruh, dan kacrut. Selasa malam, waktu ngotak-ngatik template, ada html yang tak sengaja terhapus. Akibatnya jelas, blog saya isinya cuma bahasa mesin tok.. he he.
Akhirnya dengan segala daya upaya, keringat, bercampur bau amis darah (???), saya bikin blog baru, lalu saya embat seluruh template yang asli. Dari situ kepikiran, semua html mesti di-kopi. Dan memang teman saya juga menyarankan demikian. (Sayang telat..hiks hiks).
Dari kopian html itulah, saya perbaiki blog ini, dan Alhamdulillah, Ini Dia Keluarga Mac. Memang ada beberapa aksesori yang raib entah kemana, dan saya tak menyimpan kopian html-nya.
Sebagai blogger pemula, hal begini tentu jadi pelajaran berharga. Asalnya gak tahu, jadi tahu. Memang harus ngulik, baru terasa: Oh, begini toh yang namanya html, blog, dll. Ilmu memang bisa didapatkan dari mana saja. Dan tanpa ilmu, segala sesuatu jadi ngatog alias ngawur. Itu hikmah yang saya peroleh dari kejadian ini.



Tuesday, November 07, 2006

Mengapa Mac?



Mengapa MAC?
Ya, mengapa blog ini bernama Keluarga Mac? Siapa Mac ini?. Jawabannya mudah. Tentu saja MAC itu adalah saya sendiri, Machmud Mubarok. Tapi memang ada sejarahnya, mengapa saya disapa akrab dengan nama Mac. Nama Mac adalah nama panggilan sejak saya duduk di SMA. Saya sekolah di SMA Negeri 2 Cimahi. Sobat saya, Nana "Sate" Priatna --yang sekarang jadi sepupuan gara-gara dia nikah dengan kakak sepupu saya-- yang pertama kali mencetuskan nama Mac itu. Itu terjadi tahun 1989. Teman-teman dekat di SMA semuanya memanggil saya dengan nama Mac. Hingga kini. Bahkan teman-teman kuliah pun banyak yang mengenal dan memanggil saya dengan nama Mac. Juga hingga sekarang.
Nama Mac seakan mendapat legalisasi saat saya bekerja di Harian Metro Bandung (kini Tribun Jabar). Saya mendapat kode berita mac dari Pemred, Syamsul Kahar. Sejak itulah, semua orang mengenal saya sebagai Mac. Sampai-sampai ada teman sekantor yang enggak tahu nama asli saya, karena lebih bekennya nama Mac ketimbang Machmud.

Oded
Selasa 7 November 2006
Ini hari kedua setelah saya membuat blog. Harap maklum, saya baru belajar --ngulik, soal cara mengisi blog ini. Sebelumnya punya juga blog, yang isinya hasil beberapa liputan. Tapi jarang di-update dan lupa lagi passwordnya. Untuk blog keluarga ini saya coba isi tiap hari, dengan apapun: foto, tulisan terkini, cerita lalu, dan lain-lain.
Pagi ini, Bu Eri sudah nyetel VCD Sulis dan Opick. Lantunan salawat, nasyid, dan lagu religi, menembus telinga dan membangunkan saya. Maklum, sehabis salat Subuh, saya tidur lagi. Sebagai pekerja malam, saban hari saya tidur selalu di atas jam 02.00.
Nah, Bila, anak saya, minta diputarkan VCD Oded. Biasanya nama Oded adalah nama orang Sunda. Bahkan ada makanan ringan Opak buatan Sumedang yang mereknya Oded. Tapi Oded ini yang satu ini bukan nama orang Sunda. Dia adalah tokoh dalam serial Barbie, Putri Angsa. Kebetulan hari minggu lalu, saya membeli VCD tersebut. Ternyata isinya lanjutan VCD sebelumnya yang pernah dibeli, namun ngegantung tak ada ujung, karena cuma 1 VCD.
Bila sendiri, senangnya bukan main. Dia senyum dikulum, mau ketawa lebar tanda senang tapi malu. Sudah lama dia tidak nonton Barbie Angsa ini. Saya mah resep we ningali budak bungah, apalagi dia sudah mandi, jadi gak ribet lagi. Saya pun siap berangkat ke kantor. Kalau hari Selasa, dan Sabtu, saya memang harus "agak pagi" ke kantor. Jam 10 atau 11. Sementaranya Bu Eri, masih nemenin Bila nonton VCD. Sebentara lagi dia berangkat ke lapangan.
Kami berdua memang bekerja. Dan dua-duanya pekerja media alias jurnalis, di dua media berbeda. Saya di Tribun Jabar, istri saya di Pikiran Rakyat. Jadilah kami keluarga jurnalis. Masih untung di rumah kita gak bikin koran RT. Atau mungkin belum, karena ide itu sempat terpikir oleh saya.
Beginilah kehidupan kami. Anak ditinggal di rumah bersama kedua Mbah-nya. Pulang larut malam. Ada waktu senggang, kami gunakan semaksimal mungkin untuk bermain bertiga, berempat bersama si Utun yang masih di dalam perut ibunya. Ya, walaupun kandungannya sudah masuk 6 bulan, istri saya masih tetap meliput ke lapangan. Cuma ya, seringnya siang atau kesiangan. Karena rasa cape sering mendera, jadinya malas. Wajarlah, namanya juga orang hamil.
Tadi pagi kami cuma ngobrol soal rencana saya untuk mengambil cuti. Bukan buat main sih. Tapi buat nganter Bu Eri ke dokter kandungan. Maklum, udah perut segede itu, belum pernah saya nganter dia ke dokter Lis, dokter kandungan di Apotek Abadi Jalan Raya Cimahi. Kapan ada waktunya? Orang dokter itu prakteknya sore-sore, sementara saya sejak siang, bahkan pagi, sudah ada di kantor, memantau perkembangan berita. Sebagai suami yang baik, tentu harus sempat mengantar dan melihat anaknya di dalam perut sang ibu. Rencananya akhir pekan depan, saya ambil cuti 3 hari. Lumayan lah buat istirahat, simpan tenaga, buat kerja lagi.

Catatan: Foto di atas itu waktu kami main ke Katumiri di daerah Cihanjuang, Maret 2006 lalu.

Monday, November 06, 2006

Menggapai Impian


Hidup bagaikan garis lurus, tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola yang tiada ujung dan tiada pangkal
Hidup ini merangkak terus, semakin mendekat ke titik terakhir
Setiap langkah, hilanglah jatah menikmati hidup, nikmat di dunia

TAK terasa, 32 tahun sudah saya menghirup udara di dunia ini, secara gratis. Nikmat Allah SWT yang tiada terkira. Tak terasa pula,lima tahun sudah saya hidup bersama istri dan anak pertama.Kami bertiga, kini tengah menunggu kelahiran anggota keluarga keempat, yang masih 6 bulan dalam kandungan. Saya, Machmud Mubarok, istri, Eri Mulyani (30) dan anak pertama, Nabila Khoirunnisa (4)
.


Kadang saya suka tertawa sendiri, atau berdua bersama istri. Perasaan baru kemarin kami sekolah, kuliah, bermain dan berkumpul dengan teman-teman se-gank. Sekarang sudah punya anak.
Itulah hidup, yang memang serba tak terasa. Al Quran mengingatkan, hidup itu ibarat permainan dan hiburan. Hanya perhiasan semata. Bagi mereka yang tak beriman, hidup hanya sebuah kilasan waktu tanpa makna, yang hanya diisi dengan segala kesenangan duniawi yang begitu melenakan.

Bagi kami, sebagaimana janji yang diucapkan saat memulai berkeluarga, hidup ini harus membawa berkah di dunia dan di akhirat. Sakinah, mawaddah warahmah, bukankah itu tujuan mulia yang selalu diucapkan penghulu dan menjadi cita-cita semua keluarga. Tak mudah menggapai cita-cita itu, impian itu. Butuh kerja keras, apalagi yang menjadi tanggungan bukan diri seorang, tapi satu, dua, dan beberapa bulan ke depan, jadi tiga orang. Lelaki sebagai kepala rumah tangga, tentu yang harus memikul semua tanggung jawab itu. Dunia akhirat. Mampukah saya?