Monday, April 30, 2007

HELP!! Blog Jadi Ngaco..

Waduh, tata letak blog saya ini jadi ngaco belo... Kacau pokona mah. Profile, trus pernak-pernik lainnya, yang biasa ada di sisi sebelah kanan, jadi pindah ke bagian bawah. Itu gara-gara saya ngotak-ngatik template HTML-nya, semalam. Entah bagaimana, tiba-tiba saja saat di-view, pernak-pernik jadi ada di bawah. WAH CILOKO 13...

Kayaknya ada yang terhapus dan saya tidak tahu. Tidak tahu cara mengembalikannya gitu... Saya coba otak-atik lagi, tetap saja begitu. Saya sempat minta tolong sama blogger senior, minta template HTML yang asli, tapi sampai sekarang belum ada jawaban..
HELP, PLEASE... siapapun dia, ada yang tahu gak, cara ngembaliin sidebar ke pinggir sebelah kanan? PLIS DEW....

Saya Ingat FRIDAY...........

Hari terakhir bulan keempat. Besok sudah 1 Mei. May Day, kata kaum buruh. Eh saya juga buruh denk, kuli malah. Kuli Tinta. Jadi siap-siap saja besok merayakan HARI BURUH SEDUNIA. Gak tahu di Batam ni, apa ada demo juga, kayak di Jakarta atau Bandung. Belum ada info.

Soal May Day, biar besok saya ceritakan lebih lengkap. Ada yang ingin saya tuangkan di akhir bulan April ini. Sebetulnya sudah mau saya tulis, tapi lupa terus, dan akhirnya benar-benar lupa.

Ingat lagi, saat sobat saya, Devi "Otoy" Daksina, nanyain email dan friendster. Baru saya ingat, saya tadinya mo nulis tentang Friday. Kebetulan "Ulang Tahun" Friday ini jatuh pada tanggal 13 April, tepat hari Jumat. Ya, Friday the 13th. Itu sebenarnya yang mo saya tulis, waktu itu.

Jumat pagi itu, sohib saya, Andesha Erawan, yang pengacara di Jakarta itu, kirim SMS. Isinya begini "Hr ini ulang tahun friday... Semoga anggota semakin sukses... Amin (john dore)". Saya tersentak, serasa diingatkan. Lalu saya balas SMS tersebut dan kirim juga SMS Happy B'day Friday ke beberapa teman. Beberapa saat kemudian, HP saya berdering lagi tanda SMS masuk. Kali ini dari Otoy. "Happy birthday friday, mudah2an friday thn dpan sdh punya holding company". Tak lama muncul sms dari Dadan Ahmad Muharam, Pak Camat Cibeber Cianjur. "Thanks, boss....InsyaAllah". Menyusul SMS dari Jon Mulya "Kuya", dia pejabat di Kalbe Medan (he he pejabat lain Kuy?). Isinya "Sami2... Mudah2an tali silaturahmi urang terus nyambung dugi ka anak incu. Amin". Sehari kemudian, datang SMS dari Dikdik "Iek" Kusdinar. "Happy B'day 2 guys..n more great jump".

Wah, senang rasanya, teman-teman masih menyambut, ingat, dengan Friday. Walau sudah berjauhan secara fisik, tapi silaturahim tetap terjaga. Keep in Touch dan Spirit Guys..

Sebenarnya, sebelum berangkat ke Batam, saya sudah ingat. Hari Jumat tanggal 13 April adalah hari ulang tahun Friday di tahun 2007. Karena ini satu-satunya hari Jumat yang jatuh pada tanggal 13. Bisa jadi dalam satu tahun, ulang tahun bisa dua kali, kalau ada tanggal 13 yang tepat pada hari Jumat. Itulah Friday the 13th.

Sebut saja Friday. Ini lebih singkat dan lebih luas lagi cakupannya. Trus apa dan siapa sih Friday ini? Ngomong soal Friday, harus memutar jarum jam ke masa 17 tahun lalu atau sekitar tahun 90-an. Kelompok satu ini bermula di SMAN 2 Cimahi. Kami memang sama-sama anak SMAN 2 dan setiap hari Jumat, sebelum solat Jumat, kami main basket dulu. Ini yang awalnya memadukan kami menjadi satu tim solid (bingung oge nyebutna, Organisasi bukan, klub bukan, tapi ada).

OTB lah lebih tepatnya, Organisasi Tanpa Bentuk. Kami mengalir sedemikian rupa, dipersatukan beberapa persamaan, keinginan, hobi, dan lain-lain. Wah panjang bener kalo ngomong Friday... Yang lebih utama, Friday ini OTB yang paling cair. Tak ada ketua mandiri, tak ada anggota mandiri, karena semua mengaku sebagai ketua dan anggota...Ha ha ha (kumaha ieu teh, jadi bingung).

Basket lah yang menjadi pemersatu paling awal anak-anak Friday ini. Tak kenal waktu, pokona basket. Padahal basket pun cuma sekadar mencari keringat. Kalo mainnya sih gak jago-jago amat, biasa-biasa saja. Sampai ada cerita, besok mau Ebtanas (nah ini jadul banget nih...), malamnya kita masih main basket, gelap-gelapan.. (Ha ha ha ..emang kacau kita...)

Tempat kita ngumpul ya Sangkuriang 26 Cimahi. Ini rumahnya Otoy. Hampir saban malam, kita nginap di kamar Otoy. Apalagi malam minggu, gak ada cerita gak nginap. Pokona mah patumpuk-patumpuk we di kasur, ato gelar kasur di lantai, di sofa, di mana we lah.

Trus saha wae Friday teh? Ini juga agak susah mengklaim-nya, karena tidak pernah didaftar, tidak pernah ada ospek dan plonco untuk menjadi anggota. Siapa aja yang mau gabung, kongkow-kongkow sama kita, tidur di Sangkuriang 26, ya itulah Friday.

Tapi saya coba sebutkan nama-nama aktivis Friday (Ha ha jiga tukang demo wae..) yang setia sampe akhir. Tentu nama Devi Daksina ada di urutan pertama, karena rumah doi yang menjadi markas selama bertahun-tahun. Sejak sekolah di SMA, kuliah, hingga mau nikah pun, saya tetap stay tune di Sangkuriang 26. Otoy panggilan kesayangannya. Dulu kami juluki dia, Swithchuck.. (kumaha nulisna nya?). Itu lho yang di Academy Police, yang pake kacamata tebal... Pokona mah keur SMA, Otoy persis pisan Swithchuck O mine.

Kuliah di Teknik Elektro Univ Kristen Maranatha. Lulus sabaraha tahun Toy?. Kuliah juga di D3 Kimia Unpad. Padahal tadina mah mau ke PAAP, yang banyak cewe cakepnya itu. Supaya laku, teu jomblo wae.

Lalu ada Andhesa Erawan. Kita manggilnya, Dore. Ini nama singkat dari Hap Hap Si Dore. Nama ini muncul gara-gara nonton film koboi Sutra Ungu. Di situ ada Edi Gombloh, yang belaga jago tembak, dan tiap kali beraksi selalu bilang Hap hap Si Dore. Jadilah nama itu trademark Andesha, karena dia yang paling mirip meragakan gaya Edi Gombloh waktu bilang Hap hap Si Dore.

Dore sempat kuliah di Jurusan Sejarah, 1992. Jadi dia senior saya. Cuma dua tahun kemudian, dia mendua. Satu kaki masang di Fakultas Hukum. Dan memang yang terakhir ini yang cocok dengan kemampuannya. Akhirnya Sejarahnya pun ditinggalkan. Setelah keluar masuk sejumlah law firm di Jakarta, terakhir Dore ini berlabuh di Gani Jemat Law Firm.

Dore ini termasuk ikon Friday. Dia penggemar berat film, dan penyuka Gepeng dan Srimulat. Sebelum ada Tora Sudiro, dengan gaya Srimulatnya itu, kita sudah hapal betul gaya-gaya semacam itu dari gaya Dore. Kalau melihat Tukul sekarang, saya sering berpikir, seharusnya yang di sana itu Dore. Karena gaya-gayanya itu persis gaya-gaya Dore, gak ada bedanya. Pokona mah Srimulat pisanlah.

Ada juga Dadan Ahmad Muharam. Kalau yang satu ini

Thursday, April 26, 2007

Homesickness




Ini penyakit rindu rumah. Kalau sedang jauh dari rumah, keluarga, istri anak, muncul perasaan ingin pulang, bertemu, berkumpul, bercanda, piknik, itulah homesickness. Ya, itu pula yang menimpa saya selama di Batam. Rasanya aneh gak mendengar teriakan Kaka Bila, tangisan Adik, atau cerewetnya Bu Eri dan Mbah Uti. Rasanya aneh, tiap pagi hari Senin, Rabu, Jumat, tak mengantar dan menjemput Kaka di playgrup.
Cara membunuh rasa rindu itu, ya telepon. Dalam sehari, bisa telepon-teleponan 3 kali. Pagi atau siang, lalu sore, dan malam. Persis kayak minum obat. Ya lumayanlah, setidaknya bisa dengar Adik baceo, kaka yang makin pinter aja.

Beberapa kali dia telepon sendiri. Rabu kemarin, katanya dia berenang sama Uwa, Teteh dan lainnya ke Tani Mulya. Pulangnya, cemberut, cape katanya. Eh terus langsung nelepon. "Ayah, aku mau ke Ancol nanti sama ayah kalo pulang". Ya, nanti tunggu ayah pulang oke?
Waktu awal-awal saya di Batam, dia juga ngomong "Ayah, aku mau duren. Beli yah". Yah, nanti tunggu ayah pulang. Begitu jawabannya, selalu. Akhirnya, karena merengek terus, Bu Eri beli duren di Superindo.
Pernah juga waktu Bu Eri telepon bicarain soal sekolah Kaka, mau lanjut di Attaqwa atau yang lain. Dia langsung ngomong "Ayah, aku gak mau sekolah di Attaqwa, gak suka. Mau di tempat lain saja". Kenapa gak suka Kak? "Pokoknya aku gak suka". Ya, sudah nanti sekolah di tempat lain.
Ya, begitulah selama saya di Batam, tetap berkomunikasi dengan istri dan anak. Biar mereka gak kehilangan Ayahnya.. He he.. Tagihan telepon jadi mahal? ya itu mah risiko lah. Makanya lebih sering Bu Eri yang telepon dari Cimahi, karena katanya lebih murah, ketimbang saya yang nelepon dari Batam.
Akhir minggu ini masa cuti Bu Eri habis. Si Adik pasti ditinggal. Persoalannya, kemarin-kemarin sempat dicoba buat ngedot. Eh Adik gak mau. Dia lebih senang ngemut jempolnya. Padahal dulu pernah ngedot ASI, dan aman-aman saja. Makanya Bu Eri lagi kebingungan, gimana nih caranya si Adik mau ngedot lagi, supaya pasokan susu tetap jalan. Lagi mo dicoba lagi ASI di dot. Kalau tetap gak mau, mungkin ganti susu dari Morinaga ke Nutrilon. Begitu rencananya.. Mudah-mudahan Adik mau..

Congratulation, Neng...

Kamis, 26 April 2007
DARI semalam saya ingat, Kamis ini, Neng Diah, adik saya, akan sidang terakhir. Dia mau jadi Sarjana Pertanian. Makanya, dia minta didoakan. Tadi pagi, jam 10-an,Neng Diah telepon. "Waduh deg-degan nih, gak masuk-masuk belajar juga. Doain yah. Ini lagi di mana?". Saya pan baru bangun tidur,"Ya? o iya pasti didoakan. Ini masih di rumah, baru bangun. Bentar lagi ke kantor. Yakin saja bisa, pasti sukses". Kira-kira begitu jawaban saya yang masih lulungu, setelah nonton semifinal Champions, Liverpool vs Chelsea. Dan The Reds kalah 0-1. Hiks..

Jam 12 saya udah ada di kantin dekat kantor. Neng Diah nge-SMS. "Alhamdulillah, neng lulus jadi SP dengan yudisium sangat memuaskan. Thanks doa dan dukungannya. Tadi neng nangis waktu disuruh sepatah dua patah kata..".
Saya yang lagi makan, justru yang jadi pengen nangis. Ditahan-tahan saja, air mata yang mulai menggenang. Alhamdulillah, akhirnya adikku perempuan satu-satunya itu berhasil menyelesaikan kuliahnya. Ya, gimanapun juga perasaan bangga dan haru itu muncul. Susah dilukiskan.Saya dan tiga saudara: 2 kakak dan 1 adik, berasal dari keluarga yang berantakan. Cerai berai. Tapi kita bisa membuktikan, kita bisa berbuat banyak. Selesaikan kuliah, jadi sarjana, dan bekerja. Empat bersaudara ini semuanya jadi Sarjana. Cuma kakak yang nomor 2 yang Sarjana D3.
Neng Diah kuliah di Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Unpad. Memang saya punya peran juga mengarahkan dia ke sana. Melihat peluang masuk dan kemungkinan ke depannya. Dalam pandangan saya, Budidaya Pertanian itu orang-orang kreatif. Tak perlu jadi pegawai, dia bisa jadi petani. Tinggal kemauan, jadilah petani sukses berdasi. Begitu kira-kira visi saya soal Pertanian. Kenapa? saat ini lahan pertanian semakin menyusut, tapi kebutuhan barang-barang pertanian, dalam hal ini sayur dan kawan-kawan, tetap banyak. Artinya, orang-orang pertanian harus bisa kreatif menyiasati lahan yang sempit, tapi tetap bisa bercocok tanam. Dan saya yakin, kalo kita mau, sekali lagi kalo kita mau, semua itu sangat mungkin dan memang sudah banyak contohnya. "Orang lain bisa, kenapa kita tidak bisa?" itu ujaran yang selalu menjadi cambuk bagi saya untuk berbuat sesuatu yang lebih baik.
Yang pasti, kelulusan Neng Diah ini jadi kado ulang tahun dia. Tanggal 27 April besook hari ultahnya. Ke berapa yah? 24 tahun kalo gak salah. Kalo dilihat-lihat, jejak Neng Diah ini rada-rada mirip dengan saya. Malahan dia lebih sukses dari saya. Saya selesaikan sekolah SD Sukamanah, SMP 3, SMA 2, 2 tahun nganggur, lalu masuk Sastra Unpad. Sementara Neng Diah, SD Cibabat, SMP 1 yang lebih beken, SMA nya sama SMA 2, lalu gak perlu nganggur dulu, langsung kuliah di Pertanian Unpad. Beda usia saya dan Neng Diah 9 tahun. Dibanding dengan brothers yang lain, saya yang bisa dibilang dekat dengan Neng Diah. Kalo ada apa-apa biasanya sih ngomongnya ke saya, gak pernah ke yang lain.
Sebagai kakak, saya hanya bisa memberi semangat "Jangan pernah putus asa, selalu ada jalan". Kalau ngasih materi, gak sering lah..kalo memang ada, ya ngasih. Kalo gak ada, ya enggak.
Terlepas dari semua itu, saya bersyukur Allah SWT telah memberikan nikmat kepada keluarga. "Setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan" itu janji Allah SWT. Anggap saja semua kesulitan di masa lalu sebagai batu ujian. Justru ke depan, akan semakin banyak batu-batu ujian yang menghadang. Mudah-mudahan Neng Diah bisa melaluinya. Amiin..

Wednesday, April 25, 2007

Last Part, Beautiful Island




Pasir putih ini bukanlah di bibir pantai, tapi di tengah dusun. Bahkan dipakai sebagai lapangan sepakbola. Memang indah Pulau Setonggeng ini.. Suatu waktu, saya harus ke sini lagi, bersama keluarga..

Foto Jelajah Pulau Part 8



Anak-anak sekolah Dusun Setonggeng berebut untuk difoto. Mereka senang sekali dengan kedatangan tim Jelajah Pulau. Bermain dan mendapat buku secara gratis.

Foto Jelajah Pulau Part 7




Kang Ganjar WItriana, Grafis Tribun, beraksi di depan kelas. Ia menjelaskan cerita dalam buku cerita kepada seorang anak SD 006 Setonggeng. Acara ini gawean Gramedia yang bagi-bagi buku dan majalah, sekaligus membuat perpustakaan untuk SD 006-SMP Satu Atap Setonggeng. Nah yang satu lagi, bos kecil di Redaksi, Opung Richard Nainggolan. Berhubung bos-bos besar Tribun Batam gak ada satupun yang ikut, jadilah dia bos besar pada acara bakti sosial itu. Selain memberi sambutan, dia juga sempat semprot-semprot asap buat mengusir nyamuk DBD alias Fogging. Padahal itu cuma seremoni doank, biar ada fotonya..

Foto Jelajah Pulau Part 6




Bahu-membahu mengangkut barang bantuan dari kapal ke gedung sekolah Dusun Setonggeng, di Pulau Setonggeng. Melewati pelantar,dermaga kecil, yang dihubungkan dengan jembatan kayu sepanjang 50 meter ke daratan. Dusun yang terdiri dari empat RT ini dihuni 32 KK. Berada di Desa Selat Mi, Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, Prov Kepri. Terpencil, jauh dari pusat keramaian. Jarang ada pejabat yang datang. Makanya warga begitu senang, saat kita kunjungi sekaligus memberi bantuan.

Foto Jelajah Pulau Part 5





Wow ini pemandangan di tengah laut. Itu Perahu Cadik, perahu baheula zaman nenek moyang naek kuda. Nelayan-nelayan di sekitar kepulauan Karimuna atu Kepri memang tangguh. Berangkat buat ngecrik lauk hanya pake perahu berlayar kecil alias cadik itu... Luar biassssssa..

Foto Jelajah Pulau Tribun Part 4







Pose yang hampir sama, cuma beda vertikal dan horizontal doank...Tapi tetap semangat!!

Foto Jelajah Pulau Part3







Nenek moyangku Orang Pelaut, arungi Laut juga Samudera (eh lagunya gitu bukan, he he lupa). Rombongan Jelajah Pulau mengarungi laut menuju ke Pulau Setonggeng. Foto bawah, itu bos Eddy Messakh, Manprod Tribun Batam.

Foto Jelajah Pulau Part 2






Antre masuk ke perahu Pancung kapasitas 50 orang. Jangan lupa, barang-barang bantuan juga mesti dimuat lebih dulu, disimpan di dekat haluan. Jadilah porter..

Foto-foto Jelajah Pulau







Menunggu di Pelabuhan Sekupang, tempat tim akan mengawali perjalanan sekitar satu jam setengah ke Pulau Setonggeng, Karimun. Yang pertama, kerumunan tim. Yang kedua, 6 anak telantar yang wajib dipelihara negara. Dari kiri ke kanan: Mac, Ganjar (Grafiser Tribun), Iwenk (Layouter Tribun), Terus Babe Supriyadi (Percetakan Tribun), anak Gramedia tak tahu namanya, dan Reza (Arab nyasar anak TI Tribun).

Foto Tim Jelajah Pulau







Tim Jelajah Pulau berfoto bareng dengan anak-anak sekolahan Dusun Setonggeng, Desa Selat Mi Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, Kepri.

Tuesday, April 24, 2007

Berbagi dengan Sesama


Ini Narasi yang saya buat untuk Parade Foto Jelajah Pulau, terbit di Tribun Batam edisi Selasa (24/4) halaman 10, hari kedua parade foto. Ceritanya Opung Richard yang minta saya bikin narasi buat parade foto itu. "Yang mendayu-dayulah, puitis puitis gitu, kau kan jagonya," kata Opung Richard.
"Sambel...," gerutu saya. Bikin Narasi tak mudah, apalagi dalam waktu singkat. Mesti mikir dulu, kira-kira diksi apa yang tepat untuk menggambarkan acara tersebut. Mikirnya ini yang lama...Tapi akhirnya selesai juga, walau amburadul. Yang penting gak halaman gak kosong. Nih ini narasi pengantar parade foto Jelajah Pulau:

Berbagi dengan Sesama

ADAKAH kebahagiaan lain yang kita rasakan
saat kita memberi dan berbagi kebahagian dan kegembiraan
bersama mereka, kaum papa, yang tak tersentuh tangan-tangan kuasa
Sesungguhnya, itulah kebahagiaan sejati, saat kita memberi kepada orang lain,
dan bukan meminta.
Dan orang yang diberi mendapat sejuta kegembiraan
berkat pemberian kita.

Adakah kebahagiaan lain yang kita rasakan
Saat kita harus mengarungi lautan, menembus belantara,
hanya untuk memberi pada mereka,
kaum papa yang tak pernah memikirkan materi berlimpah
kecuali ketenangan, kedamaian

Jika niat sudah dipancang, tak ada satupun yang bisa mencegah
Gulungan ombak pun tak mampu menghadang
Terombang-ambing di tengah samudera bukan masalah
Karena tujuan kita hanya satu: memberi

Rasa lelah itu hilang. Semua penat itu musnah.
Saat mata kita menyaksikan senyum tulus mereka,
saudara kita, yang membutuhkan pertolongan
Saat telinga kita mendengar seru, tawa riang anak-anak dusun,
menyambut uluran tangan kita

Berbagi dengan sesama, itulah hakikat hidup. (*)


Monday, April 23, 2007

Jelajah Pulau


Minggu, 22 April 2007

SAYA sungguh beruntung. Saat tugas di Tribun Batam, pas ada acara Jelajah Pulau Tribun-Telkomsel. Ini kegiatan bakti sosial ke pulau-pulau terpencil yang kurang diperhatikan pemerintah. Benar-benar pengalaman menarik, dan sekali lagi, saya sungguh beruntung.
Kumpul jam 07.00 teng. Itu kata Bang Edi, pimpinan tim Jelajah Pulau. Dia ini Manprod Tribun Batam. Edi Messakh nama lengkapnya. Mungkin satu marga dengan Obi Messakh. Malam sebelumnya, saya sudah minta Bu Eri telepon subuh-subuh supaya saya tidak kesiangan. Maklum sejak di Batam, susah bangun pagi. Pasang weker juga percuma, selalu kesiangan.
Memang jam 5 subuh saya bangun, setelah ditelepon Bu Eri. Usai salat Subuh, saya gak langsung mandi, tapi gogoleran heula. Saya pikir jam 7 masih lama. Mandi jam setengah 6, baru berangkat jam 6 lewat. Toh jam 7 ini kumpulnya. Tapi ya itulah, karena cape, saya ketiduran dan bangun-bangun jam 7 kurang seperempat. Itupun dibangunkan Mbah Roso yang ditelepon dari kantor. Wah ciloko 12. Telat neh!
Saya pun buru-buru mandi. Sekenanya air saja, yang penting basah. Pake baju hitam-hitam langsung berangkat. Makanya kelupaan bawa topi dan syal. Padahal saya sudah duga, pasti puaaaaannas tenan.
Sampe di kantor jam 7 lewat dikit. Tapi semua orang sudah pada nunggu. "Baru bangun ya Mas", kata Ruri, seorang wartawan. "He he iya..". Dia pasti ngeliat mata saya yang masih merah, belum bener-bener melek.
Tak lama sebagian besar tim berangkat ke Pelabuhan Sekupang. Sementara saya, dan tim utama (ini para bos Redaksi: Ada bang Richard Opung, Redpel, lalu Bang Edi, Manprod) berangkat belakangan. Mau nunggu Pak Hurip, PP Tribun, yang belum nongol juga. Ditelepon ke 2 Hpnya tak satupun yang nyala.
Pas kita mo berangkat, eh ternyata ban sebelah kiri belakang mobil Redaksi, kempes. Alhasil, kita harus nunggu dulu ban dipompa.
Beres itu, baru kita melaju ke Sekupang. Di sana semua anggota Tim, baik dari Tribun, Telkomsel, lalu Gramedia, Puskesmas, maupun FIF Batam, udah pada kumpul, menunggu kedatangan perahu.
15 menit berlalu. Muncullah perahu yang ditunggu-tunggu. Semalam saya sempat nanya Bang Edi, pake perahu apa. Dia bilang perahu cukup besar, bisa nampung 50 orang.
Pas perahu itu mendekat ke dermaga, weleh-weleh opo cukup ni perahu. Keliatannya kok kecil. Apalagi kita bawa barang bantuan banyak banget. Tapi setelah kita naik, ternyata perahu ini memang lumayan besar juga. Orang sini menyebutnya perahu Pancung. Ada juga yang lebih kecil lagi disebut perahu Pompong, yang bunyi mesin klotok-klotok itu.
Perahu pancung ini sebenarnya tak punya atap. Hanya pemilik kapal yang inisiatif membuatkan atap dari plastik terpal yang digulung. Fungsinya, biar tidak kepanasan dan kecipratan air laut yang tempias dari kiri kanan.
Akhirnya jam 8.30, perahu pun melaju ke tengah lautan. Tujuan tim adalah Pulau Pasir Toda atau Pulau Setonggeng di wilayah Kabupaten Karimun.
Wow, nun jauh di sana, terlihat gedung-gedung pencakar langit Singapura bo. Memang untuk ke Singapura, bisa dari Pelabuhan Sekupang ini. Dan jaraknya pun tak jauh. 45 menit sampe dengan tiket 60 ribu. Cuma kalo gak ingin kena cas fiskal, orang mesti punya paspor Batam. Yang paspornya non Batam kena cas 500 rebu.
Perahu pun terus membelah lautan biru. Sesekali,perahu terombang-ambing ombak, ketika jetfoil dari Singapura lewat. Panas terik tak terasa, karena sepanjang jalan penuh canda tawa.
Sekitar jam 10. Rombongan pun tiba di pelantar atau dermaga kecil
Di sana Budi dan Marwah "Pak Camat", dua wartawan Tribun, yang jadi tim pembuka menjemput didampingi gadis-gadis berkerudung dari Setonggeng. Secara bergotong-royong, tim mengangkut peralatan dan barang-barang bantuan. Lewat jembatan kayu sepanjang 50 meter, kita pun terus masuk ke Dusun Setonggeng dan akhirnya tiba di bangunan SD 006 Setonggeng atauSD-SMP Satu Atap Setonggeng. Rupanya siswa-siswa SD SMP itu diminta datang ke sekolah, walaupun hari libur. Warga pun sudah banyak yang berkumpul di ruang khusus pengobatan. Sementara Kepala Dusun dan Kepala Sekolah sudah menunggu di aula pertemuan SD SMP.
Setelah seremoni penerimaan dan sambutan-sambutan dari sponsorship serta Kepala Dusun dan Kepala Sekolah, kegiatan bakti sosial pun dimulai. Pengobatan gratis juga sudah dimulai sebelum
rombongan tim Jelajah datang.
Sementara anak-anak sekolahan masuk ke ruangan untuk mendapatkan buku dan majalah gratis dari Gramedia. Saya dan beberapa kawan: Reza, Babe, Iwenk, lebih memilih duduk di saung pinggir sekolah. Panasnya itu yang bikin gak kuat.
Kebetulan ada warga yang inisiatif memetik kelapa kuning. Wah segarnya air kelapa. Dawegan kata orang Sunda. Nikmat deh....
Saya dan kawan-kawan sempat berfoto-foto di saung kayu. Lalu bersama Ganjar, saya menyusuri lapangan sepakbola berpasir putih. Jepret sana sini. Lumayan buat kenangan.
Anak-anak sekolah Setonggeng rupanya sedang bermain "Kalau Kau Senang Hati Tepuk Tangan". Bagi mereka ini permainan baru dan sangat menyenangkan. Padahal Kaka Bila udah belajar permainan ini sejak umur 2,5 tahun waktu sekolah di Lembah Madu.
Saya sebenarnya lebih banyak melihat dan membantu angkut-angkut barang. Maklumlah, saya orang baru di Batam, masih meraba sana sini, orientasi lapangan masih terus berjalan, belum kenal banyak orang dan sebagainya. Lewat kegiatan semacam ini, saya jadi akrab dengan teman-teman Tribun yang sebelumnya gak begitu kenal.
Dengan Babe Supriyadi, orang percetakan, lalu dengan anak Gramedia. Ada satu cewek, hitam manis, entah siapa namanya. Duduk rendengan waktu acara seremoni. Emang manis sih..tapi teuing saha ngarana. Ngobrol sih ngobrol, cuma selewat-selewat...Belakangan saya tahu namanya Lia. Ini waktu Ganjar manggila namanya, jadi tahu deh namanya. Lalu ada juga cewek Gramedia berjilbab. Orangnya putih, cantik. Ganjar sih foto-foto bareng sama cewek satu ini. Kalo gak salah namanya Siti. Entah Siti Nurhaliza, Siti Maemunah, entah siti siapa. Lalu ada lagi cowok2 Gramedia dan FIF. Cuma asli, saya gak pada tahu namanya..
Kondisi di Setonggeng ini enak, nyaman, Damai. Tenang banget suasana dusunnya. Maklum di pulau. Tak terlalu banyak tuntutan materi. Apa yang mereka miliki itulah hartanya. Yang penting bisa makan hari ini. Tak mikir yang macam-macam. Sebagian besar adalah orang-orang Melayu Riau. Ada pula orang pendatang dari Jawa. Lalu banyak pula orang-orang Tionghoa. Tempat tinggal mereka lebih banyak di pedalaman dusun, tempatnya ke bagian tengah pulau. Tapi saat pengobatan gratis kemarin, mereka bermunculan. Wow, banyak juga gadis-gadis Tionghoa. Putih dan catik-cantik...
Gadis-gadis pulau juga banyak yang datang ke acara Jelajah pulau ini. Mereka malu-malu untuk mendekat, tapi tetap menonton kesibukan tim. Apalagi saat Tim Jelajah tanding main bola voli dengan tim pemuda Setonggeng, mereka ini memberi semangat.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 15.00. Saatnya kita pulang.
Beramai-ramai warga Setonggeng, tua dan muda, mengantar tim hingga ke ujung dermaga kecil dusun. Kayak pejabat aja diiring-iring.
Mereka melambaikan tangan saat perahu mulai meninggalkan dermaga. Mungkin mereka berharap, Tim Jelajah bisa datang lagi ke dusun mereka. Bagi mereka, ini kunjungan luar biasa. Karena para pejabat pemerintahan saja tak pernah menengok mereka.
Sepanjang di laut lepas, tim kelelahan, tapi gembira. Karena kita sudah bisa berbagi kebahagiaan dengan warga di pulau terpencil. Senang rasanya menyaksikan warga bergembira.
Jam 16.30 kita merapat di Pelabuhan Sekupang. Naik mobil, kembali ke kantor untuk bekerja. Dengan sisa-sisa tenaga....mata kuyu dan cape luar biasa......


Wednesday, April 18, 2007

Kang Zenal dan Mukakuning


Rabu, 18 April 2007

WAKTU jalan-jalan ke Ujung Aspal tempo hari, saya sempat keliling Batamindo, sebuah kawasan industri beken di daerah Mukakuning. Di sini ada sekitar 86 perusahaan besar yang beroperasional, dengan jumlah karyawan, katanya sih 75 ribuan orang. Dan 60 ribu di antaranya adalah perempuan. Ehm...
Tapi ingat Mukakuning, jadi ingat teman saya, Zaenal. Saya lupa nama belakangnya siapa, kalo gak salah Muttaqin. Jadi Zaenal Muttaqin. Dia sempat kirim komen ke blog saya, nyebutkan dia masih ada di Batam. Waktu itu saya mikir-mikir, ini Zaenal siapa, yang mana? Apa Zaenal Arif, pemain Persib gitu? Rasanya saya gak pernah ngasih tahu blog sama si Zaenal Persib ini. Dan lagian Zaenal ini mah gaptek.
Beberapa hari saya coba mengingat-ingat nama Zaenal. Teman almamater di Sastra, Sejarah, kayaknya gak ada teman bernama Zaenal. Ada juga Zaenudin, anak Sastra Sunda. Terus saya ingat-ingat lagi, siapa tahu ada adik kelas atau angkatan yang namanya Zaenal. Tapi gak ingat juga.
Baru malam Rabu pekan lalu, saya ingat siapa Zaenal yang di Batam ini. Wah, ini pasti Zaenal, anak Fisika Tiga atau Figaro (Fisika Tiga Gagaro he he ) SMAN 2 Cimahi. Ooh, kalo Zaenal yang ini sebenarnya teman lengket juga. Cuma entah kenapa, lupa. Soalnya, dia itu udah 7 tahun meninggalkan Bandung. Sebelum ke Batam, dia pamitan sama teman-teman di Sangkuriang Cimahi. Sempat juga pinjam beberapa buku, kalo gak salah bukunya Annimarie Schimmel judulnya Muhammad, lalu buku lain. Itu buku punya Otoy (udah dibalikkin belum, Zen..?)
Jadi sori pisan, kalo saya bener-bener lupa. Saya sempat bikin NB di blog, siapa tahu dia nengok lagi blog saya dan nemuin pesan untuk menghubungi saya. Saya lalu coba SMS Otoy di Cimahi. Siapa tahu dia punya nomornya Zaenal. Eh, ternyata memang ada.
Saya lalu kirim SMS ke nomor Kang Zaenal ini.
Rupanya bersambut. Sabtu sore, Zaenal nelepon saya. Tentu senang bisa ngobrol lagi dengan teman satu ini. Bayangkan, 7 tahun tak ketemu. Tahu-tahu udah pada punya anak. Saya udah punya 2. Kang Zenal juga mau dua, Mei nanti katanya istrinya bakal melahirkan.
Kang Zenal ini kerja di kawasan Mukakuning. Saya kurang ngeh di perusahaan apa. Tapi mungkin di Batamindo itu. Sudah punya rumah rasanya. Ceritanya sih kangen juga dia balik ke Cimahi-Bandung. "Tapi gimana lagi yah, rezeki saya sudah di sini," kata Kang Zenal ini. Bener Zen, kalo sudah rezekinya di sini mah, tak apa apa jauh dari kampung halaman. Di mana-mana juga sama. Asal halal, samber saja.
Kapan-kapan kita kopi darat, Kang Zen. Mudah-mudahan minggu ini, saya bisa keliling lagi Batam. Bertemu orang-orang baru, tempat-tempat asyik, dan punya foto-foto baru. Yo cabut....


Monday, April 16, 2007

Foto Touring Barelang5





Mejeng sejenak di Jembatan 4, jembatan 5 dan jembatan 3. Pemandangannya indah. Hijau lalu biru ke arah samudra...


Foto Touring Barelang4







Ini dia ujung Aspal Batam. Tempatnya di Pulau Galang Baru. Di seberang sana ada pulau-pulau kecil, entah apa namanya.

Foto Touring Barelang3





Ini di Pantai Melur. Pasirnya bersih, ombaknya kecil, landai agak ke tengah, dan aman bagi yang tak bisa berenang...

Foto Barelang2




Mirip Jembatan San Francisco?

Foto-foto Touring Barelang




Ini mejeng di bawah Jembatan Barelang. Keren gak...

Touring Barelang



Minggu, 15 April

Pagi jam delapan pagi, saya sudah keluar mess. Telat sih dibanding orang lain. Jam segitu mereka udah jalan ke rumah masing-masing. Tapi gak papa. Saya jalan kaki ke Pasaraya Batam Center. Ini pasar di komplek Mitra Raya, mess-nya Tribun Batam.
Pasar merupakan tempat bertemu orang segala jurusan, urusan, strata dsb. Melihat pasar, secara tidak langsung bisa menyaksikan bagaimana rupa suatu kota atau daerah. Berhubung pasar yang saya keliling ini termasuk pasar modern, jadi yah kehidupan yang tersirat modern juga.
Jalan di depan toko habis sama mobil-mobil pengunjung yang lagi parkir. Mereka juga cari suasana lain dengan mengajak keluarga ke pasar. Kalo saya sih cari makan. Maklum sejak malam gak makan.
Di sudut sebelah belakang Pasaraya, ada kios dengan spanduk "Sedia Roti Bakar, Nasi Goreng, Mi Goreng dll". Kayaknya enak nih kalo makan roti bakar plus susu hangat pagi gini. Sayangnya gak ada tuh roti bakarnya. Ya sudah, pesan nasi goreng saja, sekalian makan pagi. Sambil nunggu nasi goreng tersedia, saya buka HP. Ternyata ada SMS dari Ganjar. Dia anak layout Tribun Batam yang pernah BKO di Bandung. Rupanya Ganjar ngajak jalan keliling Batam. Ajakan menarik. "Ayo, ditunggu. Saya lagi di Pasaraya.."
Selasai makan Nasgor, saya pun menuju ke mess. Rupanya Ganjar sudah siap jadi guide. Tak lama, kita pun berangkat pake motor Mega Pro-nya Ganjar. Dan dimulailah petualangan jelajah Batam.
Rencananya kita mau ke Ujung Aspal Batam ini. Ujung Aspal itu sebutan orang sini untuk menunjuk titik terakhir pulau yang masuk kawasan Batam. Akhir jalan aspal itu berada di Pulau Galang Baru.
Sengaja saya ingin ke tempat yang jauh-jauh dulu, biar leluasa.. Kalo tempat-tempat dalam kota bisa dijelajahi sambil lewat ke kantor.
Dari Mess belok kiri ke Simpang Frengki. Saya tanya Ganjar, kenapa namanya Simpang Frengki? Kata Ganjar, Frengki itu nama tukang tambal ban. Tapi sekarang sudah tidak ada. Kadang-kadang persimpangan ini disebut juga Simpang Poltek, karena tak jauh dari situ ada Politeknik Batam.
Motor terus melaju melewati Stadion Temenggung Abdul Jamal, lalu ke kawasan Mukakuning, Terus tancap gas menuju ke Jembatan Barelang, ikon Batam. Jembatan Barelang ini jembatan "San Francisco"-nya Indonesia. Ya mirip-mirip dikit, walau jauh banget...he heh.. Mungkin bentangan kabel-kable strayer nya itu yang bikin mirip. Bandung juga punya jembatan kayak gini. Jembatan layang Paspati, yang ada juga kabel strayernya walau sedikit...
Di sepanjang jalan menuju Barelang Bridge, pemandang gersang. Bukit-bukit dipapas dijadikan perumahan. Soalnya kalo gak segera dibangun, tanah itu diambil lagi sama OB (Otorita Batam).
Paling setengah jam, kita sudah sampai di Barelang. Lumayan juga. Masih banyak orang yang kongkow-kongkow atau ehm.. pacaran. Tempat ini memang jadi favorit anak muda buat memadu kasih.
Tak lupa kita pun jepret-jepret kamera mengabadikan momen pertama ke Barelang. Terus kita pun turun ke bawah jembatan. Airnya ternyata mengalir deras dan beriak cukup keras. Bahkan air itu nampak berputar-putar. Kata Ganjar, di sini memang tempat pertemuan beberapa arus laut. Kalo main perahu Kayak, susah mutar di sini, mesti jauh dulu baru bisa menepi. Anak-anak Tribun sering juga main perahu Kayak di sini. Ganjar bilang, Menik, cewek satu itu, paling jago main Kayak. Dia member Sekilat, kelompok Kayak buat eksekutif...
Puas menyaksikan dari dekat Barelang, kita pun melanjutkan perjalanan. Masih ada beberapa jembatan lagi, kalo gak salah hitung enam jembatan. Jembatan-jembatan itu menghubungkan pulau-pulau kecil, tapi masih masuk kawasan Batam. Cuma jembatan yang pake kabel strayer itu cuma satu. Yang lainnya, jembatan beton biasa.
Dari Barelang masuk Pulau Setoko, lalu ke Pulau Tonton. Terus lanjut ke Pulau Rempang. Di setiap jembatan, tak terlewatkan untuk jepret sana sini lagi.
Kondisi jalan antarpulau ini lebih mulus dibanding jalan di dalam kota Batam. Malah mirip Jalan Tol Cipularang ,cuma kurang gede. Konturnya turun naik, lempang. Di pinggir kiri kanan jalan, bukit yang dipapas. Pohon meranggas, dibakar orang. ada juga beberapa kebun di bukit-bukit yang gersang itu.
Dari Pulau Rempang, kita masuk ke Pulau Galang. Mendengar nama Galang, teringat pelajaran di sekolah SD zaman baheula. Pulau Galang itu tempat penampungan manusia-manusia perahu dari Vietnam. Dan kini ternyata saya ada di Galang ini. Tapi saya belum ke tempat penampungan, nanti saja kalo ada waktu lagi. Butuh waktu khusus dan agak lama untuk jelajah Galang. Karena banyak monumen kemanusiaan di sini.
Akhirnya, kita pun tiba di ujung Jalan Aspal di Pulau Galang Baru. Di situ ada coretan di aspal. KM 83+50. Wow, berarti saya sudah menempuh jarak itu cuma dalam tempo 2 jam dan melewati 7 pulau. Kalo di Bandung mah, itu baru nyampe Cipanas Cianjur atau Ciawi lah. Dan masih berada di satu pulau. Ha ha ha ....
Di ujung pulau ini ada semacam tempat wisata juga, walau kecil. Pantai kecil buat bermain, dan saung-saung untuk istirahat. Saya lihat juga ada rombongan karyawan yang tengah asyik bermain. Mereka rupanya tengah menikmati akhir pekan setelah lelah bekerja. Refreshing memang perlu buat menyegarkan pikiran, mengembalikan semangat dan keceriaan. Memang mereka terlihat begitu bersuka cita. Teriak sana sini, melepas kepenatan hati. Meureun...
Tak lama di sini, karena kurang nyaman. Kita putuskan untuk ke Pantai Melur. Ini pantai yang lebih bagus dibanding pantai lain di Batam. Kita pun ngebut balik ke jalan semula. Lalu belok kiri menuju pantai.
Ganjar bilang kalo mau lihat cewek-cewek, ya di sini tempatnya. Yang punya gandengan saja bisa ngelirik cowok lain. "Masa sih" kata saya gak percaya.
Rupanya pantai ini memang asyik, enak, dan tenang. Ombak boleh dibilang tidak ada, dangkal, landai, dan pasirnya putih. Cocok banget untuk keluarga. Saya jadi ingat anak saya. Coba kalo ada di sini, pasti seharian main pasir dan berenang di laut. Apalagi Kaka paling senang main di laut. He jadi kangen....
Di sepanjang pantai dipenuhi warung-warung makanan dan minuman. Orang-orang menikmati sajian kelapa muda, Coconut. Dawegan lah mun di Bandung mah...Tapi saya lagi tidak semangat minum Dawegan, bisi nyeri beuteung masuk angin. Saya dan Ganjar cuma pesen 2 teh botol saja. Apapun makanannya minumnya...TEH OBENG ha ha
Memang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki. Kata Ganjar, mereka ini banyak yang kerja di daerah Mukakuning. Itu kawasan industri yang sempat saya lewati. Karyawan Batamindo salah satu kawasan industri di Mukakuning 85 persennya adalah makhluk bernama perempuan, 65 ribu orang katanya. Banyaknya orang Sumatera (Medan, Palembang, Melayu, Padang). Lalu Jawa, ada pula Flores, belakangan orang Sunda juga banyak. Tapi saya belum sekalipun bertemu dengan Mojang Priangan. Hese ...
Puas menikmati siang di Pantai Melur, kita pun beranjak segera ke Batam lagi. Di Batamindo, kita salat dulu di Mesjid Nurul Islam. Usai itu, kita keliling-keliling dulu, lihat kawasan industri yang beken ini. Sejumlah perusahaan top nangkring di sini. Gak usah saya sebutin, dikira ngiklan..kecuali mereka mau masang banner di blog saya he he
Sempat pula ke Panbil Mal, pusat belanja di Mukakuning. Banyak juga pekerja yang sekadar nongkrong-nongkrong di luar mal. Ngeceng...
Jam setengah tiga, kita pun tiba di mess. Perjalanan menyenangkan...



Saturday, April 14, 2007

Akhir Pekan Pertama



Sabtu, 14 April
AKHIR pekan pertama di Batam. Saya sudah mulai adaptasi dengan panas Batam yang menyengat itu. Kulit jadi ireng. Muka mulai mengering. Bibir mendower.. Emangna Dendeng Tukul.... Yang pasti, kalo tidur di Mess, saya ke kamar Mas Feby dulu. Mumpung dia gak ada. Nyalain AC, baru tidur. Nah, nanti subuh, ngolesed pindah kamar, ke kamarnya Edi Sijabat, kamar resmi saya di Mess Tribun Batam.
Soal makanan, tidak ada masalah, apapun bisa masuk. Dan tidak semahal yang dibayangkan. Waktu sebelum berangkat, Dade, teman di Tribun Jabar yang lebih dulu tugas ke Batam, bilang "Wah mararahal, sayur sakitu rebu, hayam sakitu rebu..". Ya kalo belinya satu ekor mah pasti mahal atuh, Jang...
Makan di kantin komplek MCP, tergolong murah. Sekali makan, sama sayur dan ayam atau ikan, cuma 6.000 perak. Ditambah T-O atau Teh Obeng, 1.500, jadi jumlah jambleh Rp 7.500.
Teh O atau T Obenk itu istilah baru di telinga saya. Waktu pertama makan di warung situ, ditanya minumnya apa. "Teh manis saja", langsung kebingungan si Enci-nya. Di sini semua teh pasti manis, sama seperti di Jawa atau Yogya. Tinggal pilih, mau teh manis panas atau teh manis dingin. Nah yang panas itu disebut T O, kalu yang dingin T Obenk..
Katanya sih istilah ini penularan dari Singapur sono...
Pernah juga Jumat kemarin, diajak makan sama Agus, redaktur Batam, sesama penghuni mess. "Makan Ayam Penyet yok" ceuk Agus. "Hah, hayam pejet..hayam kalindes treuk meureun..." Ternyata Ayam penyet itu, ya ayam goreng pake sambel goreng plus lalap sama tahu.
Si Agus nanya, kalo di Bandung disebutnya apa ayam kayak gini. "Di Bandung? Ya ayam goreng aja. Yang namanya beli ayam goreng ya pasti pake sambal goreng plus lalap tambah tahu kadang tempe. Itu udah standarnya begitu, gak Penyet penyet sagala..."
Harga ayam Penyet di kantin Rp 8.000, bari jeung sanguna bear dan ayamnya kecil mungil. Beda dengan Ayam goreng Lia di Kosambi. Jualan di gerobak, tapi top abis. Dengan duit Rp 8.000 teh bisa dapat Dada Ayam pang Mentokna...sambelna lada abis, lalapna segar, plus peuteuy kalo mau. Tapi ya jangan mimpi ketemu yang begitu di Batam.
Beberapa malam lalu, sehabis pulang dari kantor suka mampir ke tempat Bandrek. Poho deui nama tempatnya apa. Seipanas kitu.. Sei itu artinya Sungai, sama dengan Ci di Sunda mah. Jadi Seipanas teh = Cipanas. Cuma rada aneh Bandrek di sini mah. Memang rasa utamanya rasa jahe, tapi ada buih busa. Katanya diopos dengan telur, soda, plus lainnya. He he jadi aneh rasanya. Beda dengan Bandrek Hanjuang yang saya bawa, sengaja beli di Babut Cihanjuang. Top dech... Tapi lumayanlah buat mengusir angin malam mah, hangat di tenggorokan dan murilit di perut ha ha ha...
Tadi pagi saya nyoba berangkat dari mess pake angkot. Kata Mbah Roso, dia ini korlip Batam yang juga tinggal di Mess, naik saja Metro Trans. Turun di Bengkong, nanti naik angkot lagi lagi. Ada juga yang langsung lurus ke Batu Ampar, tapi rada jarang cenah.
Dari pintu gerbang komplek Mekar Tirta kitu, saya sudah ditawari sejumlah tukang ojek. Sayangnya saya memang AO alias Anti Ojek. Mending jalan lah daripada naek ojek, mun teu kapepet-pepet teuing mah..
Akhirnya saya naik angkot warna biru polet kuning. Kalo di Bandung ini angkot jurusan Ledeng-Margahayu. mirip pisan. Cuma yang di Batam mah angkot teh jenis Carry, mun di Bandung mah si monyong hidung..
Putar-putar, tinggallah saya sendiri penumpang di angkot. Tak berapa lama, tiga anak SMP naik. Lihat kiri kanan, di plang toko ada tulisan Bengkong. Oh berarti ini Bengkong teh. Turun weh bareng dengan anak SMP itu.
Nah dari sini mulai bingung, kamana yeuh. Telepon dulu temen anak Tribun Batam. Informasi mengalir, tapi tetep lieur. Akhirnya nanya sama tukang drum di pinggir jalan, kalau mau ke Batu Ampar naik angkot yang mana. "O itu bang, pake mobil biru yang lis-nya hijau". Emm, maksudna mah meureun nu polet hejo.
Datang angkot ber-lis hijau, belok ke Bengkong Shopping Center, terus muter. Melewati Jodoh Center, ke jalan gede pinggir kantor Sijori Mandiri. Muter ke arah Batu Ampar, dan akhirnya sampe deh di pertigaan Komplek MCP. Dari sini tinggal jalan, 50 meter, langsung ke Kantor Tribun Batam. Gak susah ternyata..

Friday, April 13, 2007

Pedestrian


Kamis, 12 April 2007

TIDAK ada niat sebenarnya untuk menjajal medan Batam "naik sepatu" alias jalan kaki, hari ini. Tapi situasi cukup mendukung, dan akhirnya saya pun jalan kaki dari Mess di Mekar Permai ke Kantor Tribun Batam di Batu Ampar.
Kalo pake mobil, waktu tempuh tak lebih dari 15 menit, bahkan mungkin cuma 10 menit. Jaraknya kira-kira 5 kilometer. Tapi kalo jalan kaki ternyata 2 jam kurang. Hah...
Pagi kemarin, orang di Mess sudah duluan berangkat. Agus dijemput Opung Richard. Ada talkshow di radio Kei FM, radio di Batam. Lalu Mbah Roso juga berangkat duluan. Tinggallah seorang diri di Mess.
Pake apa nih ke kantor. Semalam ngobrol sama si Inop, anak layout, soal transport di Batam. Dia bilang di Batam emang gila transportnya. Taksi paling mahal. Ojek juga lumayan. Yang murah, naik angkot, tapi tak menentu dan perjalanan lama.
Ah gak mikir panjang lagi. Udah jalan saja. Jam 10 teng, bawa ransel, cuma kelupaan bawa topi, lenggang kangkung aja keluar mes, terus nginget-nginget jalan yang biasa dilewati kalo pake mobil.
Untung mulai hapal beberapa tempat mencolok. Itu biasanya yang dijadiin tanda."Oh, bener lewat sini". Rumah Makan Ikan Bakar, terus jalan pintas yang belum beres, terus tukang jualan kembang, kantor Sijori, itu beberapa tempat yang dijadikan patokan ke arah kantor. Maklum lah baru 3 hari di Batam, masih orientasi lapangan.
Capenya sih tidak terlalu. Panasnya itu, waaaaaaaah gak kuat. Bobolokot kesang, ngoprot di ditu dieu. Mirip orang yang mandi koboi. Di belokan ke arah Batu Ampar, ada kumpulan tukang rujak. Di sini berhenti dulu, beli 2 botol Teh Sosro. Lanjut lagi menyusuri pinggir jalan yang berdebu, masuk selokan kering menghindari truk gede.
Jam 12 kurang seperempat, akhirnya tiba dengan selamat dan kecapaian di kantor Tribun Batam. Berbarengan dengan datangnya Agus dan Opung Richard yang pake mobil, baru pulang dari Radio Kei. Mereka ngakak waktu tahu saya jalan kaki...
Lumayanlah.. Kulit muka dan tangan menghitam, berdebu. Tapi yang jadi catatan selama jalan kaki Mess-Kantor: Batam tak ramah, tak nyaman bagi para pedestrian. Tak ada trotoar, pohon gak begitu banyak, galian di sana sini. Busyet deh...
Mungkin beda kalau di tengah kota nya, karena belum jelajah ke sana. Tapi sepanjang mengitari kota Batam, waktu pertama datang, selintas memang sarana trotoar hampir tidak ada di sepanjang jalan. Wah, kalau dalam penilaian Tim Adipura, ini udah kelaut. Kabarnya Batam memang masuk Kota terkotor di Indonesia. Padahal, apa susahnya yah bikin trotoar. Duit banyak, lahan ada, tinggal mau gak sih....

Wednesday, April 11, 2007

BATAM


Alhamdulillah, akhirnya saya menginjakkan kaki juga di Batam,setelah lebih dari satu bulan menunggu tak karuan. 9 April jam 5 sore, saya berangkat pake pesawat Merpati Airlines dari Husein Bandung. Nyampe di Hang Nadim Airport (dibandingkan dengan Husein atuh kabeubeut tah Husein...) jam setengah tujuh lebih. Keluar dari Bandara, teman saya Richard, di sini biasa dipanggil Opung, sudah menunggu bersama Edi Sijabat, anak Medan. Langsung mamprung menuju ke Mes.
Ini postingan pertama saya setelah "digantung" selama 1 bulan lebih itu. Terombang-ambing gak menentu antara jadi berangkat dan tidak. Jadinya saya malas menulis sesuatu. Malahan saya pun malas, dengan sengaja, mengadakan rapat rutin mingguan dengan teman-temanKota di kantor. Semacam pemberontakan kecil lah, biar mereka para pimpinan itu tahu betapa amburadulnya, kacrutnya manajemen yang mereka bawakan. Saking kacrutnya, selama sebulan lebih itu yang jelas-jelas saya ada di kantor, tak sekalipun saya diberi jadwal untuk membuat SOROT. Eh, malahan April ini yang ternyata saya berangkat, saya diberi jatah bikin SOROT. Gak amburadul gimana tuh atasan...
Dan bulan kemarin itu, saya pun batal jadi Juri Adipura ke Kota Bogor. Alasan si Mbak atasan saya, karena saya sedang dalam penugasan untuk ke Batam (padahal dia juga tidak tahu kapan saya berangkat....), jadi langsung ditolak tuh permintaan jadi Juri. Tadinya saya mau cule. Bikin aja surat sakit, minta istirahat dari dokter 3 hari, beres kali tuh. Soalnya penjurian di Bogor cuma 4 hari. Tapi saya gak mau cari nafkah dengan cara curang... Dan ternyata sampai awal April, saya gak berangkat-berangkat keBatam. Hanas teu ikut Adipura...(Istri saya selalu menyabar- nyabarkan saya "Bukan rezekinya ...").
Sebulan kemarin itu banyak hal sebenarnya yang bisa saya tuangkan. Tentang keluarga, tentang perkembangan adik yang makin gendut saja. Baru dua bulan, beratnya udah 5,6 kg. Terakhir kemarin, ditimbang lagi sudah 6,2 kg. Padahal 3 bulan juga belum. Tentang Kaka yang makin centil saja. Tentang saya yang makin kurus, gara-gara begadang tiap malam ikut melek jaga adik (padahal Bu Eri da yang begadang mah tapi gak kurus-kurus he he...), dan tentang-tentang lainnya.
Baru dua hari saya di Batam, belum keliling ke sana kemari. Jadi belum bisa nulis banyak. Nu pasti mah Batam itu PANAS HAREUDANG, BAYEUNGYANG. Tidur juga keringatan, jiga habis makan sambel. Soal kerjaan mah, enjoy aja lagi. Nikmati suasana baru, teman2 baru, nanti juga adaptasi dengan sendirinya. Toh tak jauh beda dengan di Bandung. Nanti lah saya posting tentang Batam berikut foto-fotona (mun aya eta ge...)

NB: Buat Kang Zaenal, nuhun commentnya. Tapi saya teh lupa lagi ini Kang Zaenal yang mana yah? Jangan-jangan Zaenal Arif, pemain Persib tea? Tapi moal mungkin da Zaenal nu eta mah pasti teu apaleun ka sayah he he.. Gini aja, Kang Zaenal. Kalo mau kontak saya, SMS we ke 08122032033. atau bisa ke kantor di Tribun Batam Jalan Kerapu Batuampar. Bilang aja, mau ketemu Kang Mac dari Bandung, moal bireuk deui... (meureun...). Ato kalo chat: pake aja YM macbitel@yahoo.com. Nuhun kang..