Friday, March 03, 2017

Kisah Raja Salman

KUNJUNGAN kenegaraan Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud (81) ke Indonesia menjadi pembicaraan di jagat nyata dan jagat maya selama seminggu terakhir ini. Bagaimana tidak, kunjungan selama sembilan hari, 1-9 Maret 2017, itu tergolong kunjungan kenegaraan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Kunjungan ini pun sangat bersejarah. Setelah 47 tahun lalu, Raja Faisal dengan rombongan kecilnya mengunjungi Jakarta, baru kemudian ada lagi Raja Arab yang datang ke Nusantara.
 

Kabarnya Raja Salman membawa serta rombongan sebanyak 1.500 orang, termasuk 25 pangeran dan 14 menteri, dan tentu saja para putri Arab yang cantik jelita. Tujuan mereka ke Indonesia bukan hanya urusan kenegaraan, tapi sekaligus berlibur di Pulau Bali. Tak pelak, kedatangan rombongan super jumbo ini membuat sibuk tuan rumah.
 


 Tentu saja kegaduhan pun, seperti biasa, terjadi di media sosial. Ada sanjungan, tak sedikit pula cibiran. Beragam gambar paradi atau meme pun bermunculan. Bahkan soal kehadiran pangeran-pangeran dan putri-putri Arab yang dikenal tampan dan cantik pun jadi bahasan khusus sejumlah media daring.
 

Lebih hebatnya lagi, baru beberapa menit Raja Salman turun dari pesawat di Bandara Halim Perdanakusumah, sudah muncul berseliweran fotonya bersalaman dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Entah siapa yang berkepentingan di situ.



Jika kita melihat kunjungan kenegaraan seperti ini, tentu tak ada makan siang yang gratis. Begitu pula Raja Salman. Ia datang ke Indonesia tidak dengan tangan hampa. Setidaknya, Raja Salman membawa serta rencana investasi yang konon nilainya mencapai 25 juta dollar AS. Lalu Raja Salman dan Presiden Joko Widodo pun berjabat tangan untuk menyepakati kerja sama di berbagai bidang. Kesepakatan itu antara lain soal wakaf dan urusan haji umrah. Lalu soal ekonomi berkaitan dengan kilang minyak di Cilacap. Selanjutnya tentang pariwisata dan tentu saja soal perlindungan warga negara Indonesia yang bermukim di Arab.
 

Jadi cukup banyak hal yang bermanfaat yang bisa dirasakan oleh Indonesia dari kunjungan Raja Salman ini. Jangan lupa, gelombang wisatawan Timur Tengah saat ini tengah menyerbu masuk Indonesia setelah Raja Salman dan keluarga besar memutuskan berlibur di Bali. 

Ini sungguh promosi pariwisata gratis yang dampaknya besar. Kita berharap tak hanya Bali yang bisa melejit menikmati kunjungan turis Arab, tapi berbagai tujuan wisata lainnya di Indonesia yang lebih cantik dari Bali juga terangkat dan bisa pula turut dipromosikan.
 

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, kehadiran khadimul haramain, penjaga dua tanah haram, ini, tentu sangat bermakna. Perhatian yang diberikan Raja Salman semakin memperkuat hubungan emosional masyarakat muslim Indonesia dengan negeri kelahiran Nabi Muhammad SAW itu. (*)