Sunday, November 30, 2008

Antara Maryamah Karpov dan Mengungkap Kegagalan CIA


HAMPIR 7 bulan saya puasa membeli buku, bahkan membaca buku. Otomatis, karena tidak ada buku baru yang dibeli, saya pun tidak membaca buku. Eh, tapi minggu lalu saya membelikan buku untuk anak sulung saya, Kaka Bila. Novel Laskar Pelangi, yang baru tuntas 4 halaman dibaca anak 6 tahun itu.

Nah tahu-tahu di bulan November muncul buku yang menghebohkan. Sebuah buku karya Tim Weiner, seorang wartawan The New York Times, "Membongkar Kegagalan CIA: Spionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya (Legacy of Ashes The History of CIA)”.

Buku ini menjadi sorotan tajam, karena di dalamnya mengungkap keterlibatan Adam Malik dalam organisasi intelijen paling rahasia di dunia. Wakil Presiden RI di zaman Orba itu disebut-sebut menjadi agen CIA. Weiner pun menyertakan sejumlah dokumen yang menunjukkan adanya komunikasi antara Adam Malik dan Dubes AS di Indonesia waktu itu.

Tentu isu ini menjadi sensitif. Rupanya CIA benar-benar menebar jaring hingga ke tingkat tertinggi kekuasaan. Jika mereka waktu itu sudah bisa memegang Wapres, lha pertanyaannya saat ini: Di antara anggota Kabinet SBY, siapa yang menjadi agen CIA?

Jadi ngejelimet memang, karena Adam Malik sudah almarhum, sehingga tidak bisa mengklarifikasi. Lalu reputasi baik Adam Malik juga menjadi pertaruhan. Tentu orang-orang yang selama ini menganggap Adam Malik sebagai nasionalis sejati akan tersinggung dengan pengungkapan Weiner itu.

Kalaupun dia masih hidup, belum tentu juga Adam Malik akan mengaku. Mana ada agen intel mengaku atau ketahuan jati dirinya, kecuali intel Melayu model Polycarpus.

Di sisi lain, pada 28 November, meluncur pula novel yang saya tunggu-tunggu, bagian terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Maryamah Karpov. Tiga novel sebelumnya sudah saya lahap sejak lama. Kemarin saya membelikan Kaka novel Laskar Pelangi (lagi) karena dia setiap hari menyenandungkan lagu Nidji yang jadi soundtrack film Laskar Pelangi.

Waduh jadi bingung nih. Awalnya mau beli Maryamah Karpov, eh muncul Tim Weiner. Saya sudah minta uang sama Bu Eri. Waktu itu untuk beli buku CIA, karena Maryamah belum terbit. Sekarang jadi bingung deh, beli buku yang mana yah? Huh...(*)

Saturday, November 29, 2008

Inoel Akhirnya Ditemukan, Depresi, Katanya Diculik

MIZAN Bustanul Fuady, Ketua Himpunan Mahasiswa Planologi ITB, akhirnya ditemukan di Kampung Cikurubuk, Desa Pasir Batang, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, tadi pagi sekitar pukul 10.00. Inoel, sapaan akrabnya, sudah menghilang dari rumah selama 10 hari.

Yang paling mengkhawatirkan, Inoel dalam kondisi depresi, setengah linglung. Berdasarkan pengakuannya, Inoel diculik sekelompok orang. Siapakah mereka yang menculik Inoel, menyiksa secara psikologis agar mentalnya down, tanpa sama sekali ada orang yang minta tebusan pada keluarga Inoel?

Belum terang benar pelaku penculikan (harap tahu, sampai Senin pagi polisi belum menyimpulkan kasus Inoel sebagai penculikan), karena Inoel masih belum memungkinkan untuk diperiksa. Tentu hanya Inoel yang mengetahui siapa saja para penculiknya. Minimal ciri-ciri mereka. Di sepanjang perjalanan 10 hari itu, tentu pasti ada kontak komunikasi. Setidaknya dari situ bisa diketahui motif pelaku.

Jadi wajar saja, kalau muncul berbagai asumsi sebagai motif. Mulai soal kaderisasi, NII, gay, masalah pribadi, keluarga, murni kriminal dll. Soal motif-motif itu juga pernah disampaikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan ITB lho. Cuma dia membantah kalau masalah internal di kampus jadi motif penculikan terhadap Inoel.

Okelah, supaya asumsi-asumsi saya tidak dibilang asal-asalan, saya tuliskan pendapat, pandangan, komentar, dan hipotesis pakar kriminologi dari Unpad, Yesmil Anwar soal kasus Inoel ini. Biar pakar yang menyebutkannya, bukan saya yang bukan pakar apapun.

Seperti dikutip detikbandung.com, Minggu (30/11), Yesmil bilang meski penculikan memungkinkan menjadi motif hilangnya Inoel, motif lain perlu diselidiki. Bisa saja, hilangnya Inoel karena keinginan diri sendiri ataupun karena pengaruh obat dan penyakit yang dia derita.

Menurut Yesmil, diperlukan informasi yang rinci mengenai riwayat pribadi Inoel. "Apakah dia mengkonsumsi narkoba? Atau dia punya penyakit ayan. Karena ini kan belum ada saksinya. Jangan-jangan semua ini hanya khayalan dia saja. Jadi jangan hanya terjebak pada pengakuan," tegasnya. (Ini dugaan lebih parah lagi, konsumsi narkoba dan ayan....)

Untuk menyelidiki kasus ini, diperlukan pemeriksaan forensik dan oleh psikiater. "Katanya dia kan dibius, nah pastinya akan ada kontak kulit orang lain dengan kulitnya. Mungkin saja korban melakukan perlawanan dan si pelaku melakukan pemaksaan, nah ini bisa diketahui lewat forensik. Bisa dilihat juga apakah ada bulu orang lain atau minyak wangi orang lain di tubuhnya," kata dia.

"Jadi jangan simpulkan dulu hanya dari pengakuan saja. Karena jangan-jangan dia ingin beken saja," ujar Yesmil. (lho numpang beken kok lewat penculikan... )

Yesmil juga bilang, penculikan tanpa ada uang tebusan bisa saja terjadi. Penculikan politik juga bisa jadi motif. "Ini bukan bicara soal tebusan, tapi bagaimana caranya merusak moral kelompoknya atau orang yang diculik tersebut," kata Yesmil, masih dikutip detikbandung.

Selain itu, kata dia, motif penculikan lainnya bisa karena dendam pribadi yang berkaitan dengan utang piutang misalnya atau pun perebutan kekuasaan, dan hubungan percintaan. "Misalkan perebutan kekuasaan. Meskipun organisasi kecil-kecilan semisal himpunan, itu bisa jadi motif juga. Artinya penculikan tidak melulu bicara tebusan," tandas Yesmil.

Ah, kita tunggu aja deh ending kasus ini.(*)

My Home Metamorphosis (9): Finally...

ALHAMDULILLAH, akhirnya saya sekeluarga bisa menempati rumah baru kami. Tepatnya, Sabtu (22/11) pekan lalu, kami dibantu para tetangga pulang kandang ke rumah. Padahal rencananya maunya hari Minggu besoknya. Berhubung atas hasil perhitungan Bapak, bahwa kepindahan harus hari Sabtu, kami pun boyongan. Entah seperti apa hitung-hitungan waktu pindah itu. Bagi saya sih semua hari juga baik, yang pasti mah saya harus cuti dua hari untuk pindahan itu.

Jadi sekarang ini sudah seminggu kami merasakan bermalam di rumah baru. Memang belum jadi tuntas semua. Saat pertama pindah, pintu utama dan samping belum ada. Terpaksa kalau malam hari, pintu depan itu ditutup pakai triplek. Tapi sekarang sudah tertutup semua. Itu pun setelah saya dan Bu Eri menyusul ke rumah tukang pintu. Baru deh besoknya dikirim.

Oh iya, sebelum pindahan hari Sabtu, Jumat malam kami menggelar syukuran. Ini pun mendadak. Bapak baru bilang sore hari, bahwa malam mau bikin syukuran dan pengajian. "Masa pindah ke rumah baru enggak selametan," begitu kata Bapak. Lha, kita sih bukannya enggak mau selametan. Duitnya itu yang bikin kita gak mikir bikin selametam. Pokoknya pindah ya pindah, bismillah saja.

Namun begitulah, ada saja uang hasil subsidi silang kanan kiri, akhirnya syukuran mendadak itu pun berhasil digelar, bada Isya. Yang datang, para tetangga yang baru pulang pengajian dari mesjid. Jadi cukup banyak juga.

Sebetulnya masih banyak yang belum selesai. Air sampai sekarang belum mengalir, karena baru dibor dua hari lalu. Jadi untuk mandi dan segala macam urusan dengan air, kami harus mengungsi ke rumah kakak. Atau kalau ada air, ya mandi di rumah warung, yang dulu merupakan bagian dari rumah baru.


Lalu sekarang juga Mang Jojo, tetangga kami, sedang sibuk mengecat dinding bagian dalam. Sebelumnya, ia sudah membereskan plafon dan mengecatnya. Warnanya disamakan dengan warna dinding lantai atas. Tapi khusus untuk bagian ruang makan, dapur, dan bagian belakang lainnya. Untuk ruang tengah, masih dipikirkan, warna apa yang cocok. Begitu pula dengan warna dinding bagian luar, sampai sekarang masih belum ketemu warna yang pas. Inginnya ngejreng, tapi khawatir gak sreg.

Pekerjaan yang juga belum selesai adalah pemasangan paving block di gang kecil antara rumah baru dan rumah lama serta batu alam di tiang. Tapi ini pekerjaan nanti-nanti saja, kalau uangnya sudah terkumpul lagi. Maklum, sekarang mah uang recehan saja dihitung-hitung, saking sudah tongpes-nya.

Walau begitu, syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, rumah ini bisa ditempati dengan cukup nyaman. Karena sejak awal membangun, saya merencanakan rumah ini hanya bergenting saja. Jangan tanya soal keramik, kaca, pintu, apalagi cat, itu di luar perhitungan. Tapi begitulah, Allah selalu membuka jalan bagi mereka yang yakin. Ada saja uang halal yang, walau sedikit, bisa membantu menyelesaikan rumah. Semoga rumah ini membawa keberkahan pada kami sekeluarga. Amin.(*)

SMS Misterius Inoel kepada Yanie


KAMIS pekan lalu, Mizan Bustanul Fuadi, Ketua Himpunan Mahasiswa Planologi ITB, hilang secara misterius. Inoel, begitu alumni SMAN 3 Bandung itu biasa disapa, pamit kepada ibunya untuk pergi ke Griya Arcamanik, beli sesuatu dan membetulkan kacamatanya. Namun sejak itu, ia hilang tak berbekas.

Hanya satu pertanda yang mencurigakan. Inoel sempat mengirimkan sebuah pesan pendek berbunyi "Ni, tlg". Sinyal ponselnya sempat terlacak di daerah Padasuka. Setelah itu, hilang.

Siapa Ni yang dimaksud Inoel dan dimintai pertolongannya itu? Saya menelusuri di dunia maya dan tanya sana sini, ternyata Ni yang dimaksud adalah Yanie, atau lengkapnya Maria Goretti Sri Handayani. Yanie adalah mantan general manager Radio 108 18EH, sebuah radio kampus ITB yang awaknya para mahasiswa. Yani juga adalah teman seangkatan Inoel di Planologi.

Mengapa pesan singkat itu disampaikan Inoel kepada Yanie, bukan kepada keluarganya atau teman-teman Inoel yang lain? Sepertinya antara Inoel dan Yanie memang memiliki hubungan khusus, sebutlah berpacaran. Indikasi kuat mereka punya hubungan khusus itu terlihat dari sejumlah komentar teman-teman Yanie di situs pertemanan Friendster. Saya nemu situs Yanie ini tak sengaja setelah membuka FS-nya Inoel.

Misalnya saja Dendy yang memposting komentar pada hari Minggu (24/11) pukul 00.35. "Yan, gw baru denger, sabar ya, klo ada yang bisa gw bantu , contact me at anytime, i'll pray for him". Lalu sehari sebelumnya pada pukul 9.02 Arrauda mengirim komentar seperti ini,"Gooor..my darling..sabar yaaa..smuanya bkl baik2 aja..trs berdoa aja yak..be strong hun!. Gor adalah panggilan sejumlah teman Yanie, merupakan kependekan dari Goretti.

Dua jam kemudian, masih di hari yang sama, Risma juga memposting komentar. "sabar yah, Yan..pasti usahanya gkan sia2," begitu tulis Risma. Risma atau nama lengkapnya Risma Putri Arum adalah mahasiswi Sipil ITB angkatan 2005, yang juga alumni SMAN 3, tempat Inoel bersekolah. Ia pun mengirim komentar di Frienster milik Inoel pada hari Rabu (27/11) pukul 11.27: "heeuuurrrgghh!! kamu dimana???????????????????????? kamu orang baik, semua orang pasti berdoa supaya Allah slalu lindungin kamu. cepet pulang, Brow".

Untuk apa teman-teman Goretti atau Yanie ini memberi support sedemikian rupa kalau ia tidak punya hubungan spesial dengan Inoel, bukan? Setidaknya, Yanie lah teman yang dianggap paling dekat dan mengetahui betul tindak tanduk Inoel, selain keluarganya.

Lalu indikasi yang lebih menguatkan bahwa Inoel dan Yanie berpacaran adalah foto-foto mereka berdua di suatu tempat. Tempat itu adalah sebuah jembatan kereta api dengan sungai mengalir di bawahnya. Di dekat jembatan KA itu penunjuk km, yaitu 1290. Inoel dan Yanie berfoto secara sendiri-sendiri di tempat yang sama. Lalu mereka berdua berfoto di atas bebatuan di sungai yang mengalir di bawah jembatan kereta api itu.

Saya lihat juga, Yanie sering memberi komentar di FS Inoel. Namun tak sekalipun Inoel memposting komentar di FS Yanie. Baca komentar Yanie di FS Inoel yang dikirim pada tanggal 27 Oktober 2008 pukul 11.12. "Hidup itu anugrah yang indah dengan warna2 dari orang2 yang ada di sekitar kita...today i'm thank GOD 4 each colour on my life..it never gone..n one of them is u..luv u...". Luv u adalah kata gaul untuk ungkapan cinta.

Yanie sering menyebutan Inoel dengan panggilan Ndut. Bisa jadi ini karena perut Inoel gendut, walau badannya kecil. Seperti yang diposting Yani pada 27 September 2007 pukul 00.31. "lagunya what if bener2 bikin inoel merenung ya?!hoho...
ndut..butuh bantuan, dukungan, konsultan, semangat tapi ga cuman setaun ini doang. berharap setelah ini bener2 bisa jauh lebih dewasa... doakan saja...makasi ya..". Begitu pula di postingan komentar pada 16 Januari 2008." "Ndut........smangat ya ITB Exponya....jangan lupa gabung ma 8EH...haha...btw...ngurusin ITBexpo jangan jadi tambah kurus ya!!!. Atau pada postingan tertanggal 25 Maret 2008 pukul 9.36. "akhirnya....selamet ya ndut acara ITB Exponya...tapi itu baru awal..awal dari perjuangan2mu yg lain...hoho,".

Namun sebutan bernada romantis pun pernah Yanie tuliskan, seperti dipostingannya pada 19 April 2008 pukul 11.42. "hi my little star!!!ngingetin doank...sesibuk apapun kamu nantinya...jangan prnh lupakan tujuan kamu masuk ITB, tujuan hidup kamu dan juga tanggung jawab kmu sebagai makhluk Tuhan, mahasiswa, seorang anak dan seorang manusia dewasa... (udh dewasa kan?!) hoho...". Hmm, my littel star, bintang kecilku, rasanya orang yang tak punya hubungan tak akan menyebut dengan panggilan seperti itu.

Memang banyak asumsi soal motif hilangnya Inoel. Mulai persoalan keluarga, katanya Inoel pernah bentrok dengan pembantu. Soal kaderisasi di himpunan. Konon katanya, ada tradisi dulu setiak ketua himpuanan akan diinisiasi, termasuk diculik sementara. Lalu soal kelompok homoseksual juga jadi salah satu dugaan motif Inoel, walau belakangan tidak terbukti. Sampai soal NII, yang banyak bergerak di kampus-kampus, juga menjadi salah satu dugaan penyebab hilangnya Inoel.

Namun hubungannya dengan Yanie juga bisa menjadi motif. Tentu karena mereka berbeda agama. Inoel seorang muslim, Yanie adalah Katolik. Adanya dugaan mereka tengah dilanda masalah juga terlihat dari sejumlah komentar teman Yanie di FS. Mereka membaca dari shoutout yang ditulis Yanie. Isinya adalah "Doakan saya bisa menemukan jawaban yang saya cari tanpa menyakiti siapapun..."

QQ, begitu nickname seorang teman Yanie, memposting komentar di FS Yani pada tanggal 29 Oktober 2008 pukul 06.26. "Wduh..waduh..gosip drmn tuh?btw shoutoutnya gitu bgt bu...lg brmslh y?". Ujung komentar itu menyiratkan dugaan QQ bahwa Yanie tengah bermasalah. Begitu pula evy, pada hari yang sama, memposting komentar. "non...knp to???mengkhawatirkan bgitu....". Dua jam sebelumya, Maya juga memposting hal senada. "Gor... ada apakah?? baik2 sajakah kamu???". Lalu Efras memposting pada tanggal 4 November 2008 pukul 7.19. "...ngomong2 tuh shoutout nya knp? bingung milih co y..heu1x". Masih belum ada titik terang tentang kasus hilangnya Inoel.

Harapan agar Inoel segera kembali atau ditemukan juga disampaikan teman-temannya lewat Friendster. Misalnya Risma Putri Arum, mahasiswi Sipil ITB angkatan 2005, yang juga alumni SMAN 3, tempat Inoel bersekolah. Begini komentar Risma yang dikirim pada hari Rabu (27/11) pukul 11.27: "heeuuurrrgghh!! kamu dimana???????????????????????? kamu orang baik, semua orang pasti berdoa supaya Allah slalu lindungin kamu. cepet pulang, Brow.

Begitu pula teman Inoel sesama SMAN 3 Bandung, Rizka Pravitianasari, yang kini kuliah di Hubungan Internasional angkatan 2005, memberi komentar. "Inoel, gw kaget mendengar berita tentang elu.. semoga Allah selalu melindungi kamu...
jangan patah semangat ya...yes, you can!. Rizka memposting komentarnya pada hari Selasa (25/11) pukul 5.21 sore.

Lalu Nisabi, memposting pada hari yang sama pukul 2.50. "noel dmana? mdh mdhan g apa apa ya.cepet pulang dunk...Good luck ya noel..semoga selalu dilindungin Alloh". Temannya yang lain denga nickname dv memposting satu jam sebelumnya.
"Noel,,,kmu dmana? dv harap 4JJ1 selalu melindungi kmu noel..

Fadli aditya juga mengirim komentar pada pukul 12.51 hari yang sama. "smoga Allah melindungimu selalu....". Tamie memposting pada pukul 1.38 dini hari dengan kalimat singkat,"cepat kembali y...". Ada pula Pino yang kaget mendengar berita Inoel hilang. Ia memposting pada 24 November pukul 23.33. "ka inoel. kaget banget baru denger beritanya dr milis tadi. semua mendoakan kaka".

Begitulah. kasus ini akan tetap samar sampai Inoel bisa ditemukan. Baru dari situ mungkin bisa digali apakah motivasi sesungguhnya. Apakah memang ada tindak kriminal di sana, dalam artian Inoel diculik sekelompok orang, atau Inoel sekadar menyembunyikan diri untuk sensasi atau merenung sejenak karena persoalan yang membelitnya? Sebentar lagi, pasti akan diketahui jawabannya. (*)

Mereka yang Hilang

KOMISI untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau lebih familiar disebut Kontras adalah nama lembaga yang begitu terkenal di awal-awal reformasi. Lembaga yang dipimpin Munir (alm) itu gigih memperjuangkan orang-orang yang hilang atau dihilangkan dan diculik oleh institusi negara agar bisa diketahui keberadaannya. Sebagian korban penculikan itu bisa kembali ke pangkuan keluarga. Namun sedikitnya 13 aktivis pro demokrasi, hingga kini tak tentu rimbanya.

Mungkin di zaman Orba, penghilangan orang secara paksa itu seolah hal wajar. Mereka yang dihilangkan secara paksa adalah yang berseberangan secara ideologi dengan negara atau dianggap mengganggu keamanan. Di era 80-an, berita penembakan preman dan orang-orang bertato menjadi topik berita. Pembunuhan misterius (Petrus) cara rezim waktu itu, walau tak diakui secara resmi, untuk menyingkirkan gangguan keamanan di tengah masyarakat.

Tapi zaman itu sudah berlalu. Saat ini kita hidup di zaman serba terbuka dan segala hal bisa didiskusikan. Zaman yang seharusnya tak perlu lagi ada penghilangan paksa atau penculikan atas motif apapun. Namun negara tak bisa menjamin keamanan warga negaranya sendiri. Kasus penculikan justru marak di negeri ini.

Masih hangat dalam memori kasus penculikan Rasya, bocah Jakarta, yang menghebohkan. Setahun lalu, di Bandung, Achriani Yulvie, mahasiswi Poltek Pajajaran ICB, juga hilang. Lalu menyusul rekannya, Fitriani, seorang guru TK, juga dibawa kelompok Alquran Suci. Di Cirebon, Tifatul Maulidia, mahasiswi Akademi Analis Kesehatan, juga raib. Mereka diduga dibawa oleh kelompok yang disebut-sebut Alquran Suci. Sebuah kelompok yang tidak diketahui wujudnya, namun aktivitasnya ada. Salah satu doktrin kelompok ini adalah mengkafirkan keluarga, sehingga tak perlu lagi berkumpul dengan keluarga.

Yang terbaru adalah hilangnya Ketua Himpunan Mahasiswa Planologi ITB, Mizan Bustanul Fuadi atau akrab disapa Inoel, pekan lalu. Berbagai asumsi motif hilangnya Inoel bermunculan mulai isu Babakan Siliwangi, kaderisasi di jurusan, homoseksual, masalah keluarga, bahkan NII. Asumsi Inoel jadi korban kriminalitas pun muncul. Namun hingga kini belum ada titik terang dimana dan karena apa Inoel menghilang.

Apakah nasib Inoel akan seperti orang-orang hilang lainnya yang tak penah ditemukan lagi? Di sinilah perlunya keseriusan seluruh pihak, baik keluarga, kampus, kepolisian, media, dan masyarakat, untuk mencari titik terang kasus ini. Ini menjadi penting agar masyarakat memiliki rasa aman dan nyaman tinggal di Kota Bandung. Tidak was-was akan menjadi korban penculikan, perampokan, dan kriminalitas lainnya.

Tidak ada salahnya keluarga Inoel melaporkan kasus ini kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Penghilangan orang bagaimanapun telah melanggar hak-hak dasar seseorang untuk hidup. Pelaporan ini juga sebagai jalan agar semua pihak terbuka dengan kasus ini. Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang menutup-nutupi dan seolah tak mau tersangkut dengan kasus orang hilang ini. Atau jangan sampai pula ini hanya sekadar kasus sensasi, sehingga merepotkan semua pihak.

Yang pasti, mereka yang hilang ini akan terus dinantikan keluarga mereka. Baik Ibunda Inoel, Butet Nasution; Tuti Koto, ibunda Yani Afri, aktivis pro demokrasi yang hilang jelang reformasi 1998, ataupun ibunda Fitriani tetap yakin, anak-anak mereka masih hidup. Harapan merekalah yang membuat kita yakin kasus ini takkan tenggelam begitu saja. Kita doakan. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Sabtu 29 November 2008

Tuesday, November 18, 2008

Gonjang-ganjing Krisis

DAMPAK krisis perbankan di Amerika Serikat terus mengular ke penjuru mata angin dunia. Eropa dan Asia kian menunjukkan kelemahan fondasi ekonominya. Jepang, raksasa ekonomi Asia yang bergigi taring di dunia, kini terkulai. Resesi menghinggapi negeri Matahari Terbit itu.

Jangan ditanya pengaruh krisis itu ke Indonesia. Rupiah semakin loyo, bursa saham berguguran, adalah indikator makro ekonomi yang menunjukkan negara ini krisis di sana sini. Satu dolar kini nyaris seharga Rp 12.000, nilai yang hanya beda Rp 3.000 ketika negeri ini dihantam badai krisis sepuluh tahun lalu.

Utang Indonesia pun melambung menjadi Rp 10 ribu triliun lebih. Jangan pernah membayangkan berapa banyak uang itu, karena tak akan pernah terbayangkan. Tak terjangkau oleh pemikiran kita yang setiap bulannya hanya menerima hitungan jutaan rupiah. Bahkan lebih banyak lagi masyarakat yang belum pernah mencicipi uang nilai jutaan itu.

Tengok saja bagaimana dampak "batuk pilek" Paman Sam ke Indonesia. Sejumlah industri mulai bergelimpangan. Tekstil, garmen, dan rotan, adalah beberapa di antara sekian banyak industri yang tergerus angin taifun pembawa kesengsaraan.

Orderan dari luar negeri melorot drastis. Karena tak ada yang dikerjakan, puluhan ribu karyawan, buruh, dan pekerja terpaksa dirumahkan dan malahan sebagian di-PHK.
Di tengah kemelut ekonomi yang tidak dipahami oleh orang-orang kecil ini, muncul isu di kalangan pialang saham dan pemain bursa, soal limbungnya sejumlah bank mapan. Isu dan rumor sekecil apapun ternyata sangat berpengaruh bagi kelangsungan ekonomi bangsa ini. Isu limbungnya bank mapan itu akan membuat jebol bursa saham dan kian memperburuk nilai rupiah terhadap dolar.

Sekelas Gubernur Bank Indonesia pun harus kalang kabut dan membatalkan kepergiannya menghadiri pertemuan negara-negara G-20 di Washington, hanya untuk mengurusi isu yang membuat pemerintah kegerahan.

Lalu di saat tertimpa tangga seperti ini, bangsa Indonesia tak pernah lepas dari bencana. Longsor di sejumlah daerah, lalu gempa mengguncang sebagian tanah persada ini. Banjir menerjang ibukota dan daerah langganan banjir lainnya. Tak pernah selesai, susul menyusul seperti sudah direncanakan.

Tapi beginilah Indonesia, dihantam krisis dan bencana, tak membuat negeri ini lantas karam. Masih banyak harapan perbaikan yang muncul dari seantero negeri. Karena hanya harapan itulah satu-satunya yang bisa membangkitkan kembali Indonesia. Menumbuhkan kembali ekonomi rakyat kecil dan menjadikannya tulang punggung perekonomian bangsa. Bangsa yang besar ini tak layak untuk bersandar pada kekuatan negara lain. Kita harus berharap dan terus berharap. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar Edisi Selasa 18 November 2008.

Saturday, November 15, 2008

My Home Metamorphosis (8): Detik-detik Terakhir

WAKTU terus bergulir. Tak terasa hampir genap enam bulan para tukang bekerja keras membangun rumah kami. Tentu banyak perubahan di sana-sini. Kini rumah itu sudah berdiri tegak. Sejumlah properti, sarana di dalam rumah sudah terpasang. Kamar mandi di lantai atas dan bawah sudah siap pakai. Tinggal water heaternya saja yang belum terpasang. Menunggu dibuatkan boks beton untuk tempat tabung gas.

Semua keramik sudah terpasang, baik di lantai atas maupun bawah. Bahkan lantai
atas sudah dicat warna abu asap. Kamar Kaka Bila sudah diwarnai Pink dan Ungu. Kamar depan sudah berwarna oranye gradasi tua muda. Sebagian jendela juga sudah berkaca. Oh iya, pintu dan jendela memang sudah dipasang beberapa hari lalu. Plus kunci-kuncinya.

Saya tak menyangka kemajuannya bisa sejauh ini. Pembangunan ini tinggal menyisakan beberapa persen saja. Padahal dalam bayangan saya semula, rumah ini tidak akan berkeramik, juga tidak berplafon gipsum. Maklum keuangan kami sudah morat-morat. Semua kantong sudah dikeduk. Koredas, orang Sunda bilang. Semua perhiasan pun sudah dijual. Tak ada yang tersisa.


Namun itu semua belum cukup untuk menuntaskan pembangunan rumah kami. Sampai-sampai saya pun akan menjual sepeda motor yang sehari-hari saya pakai wara-wiri Cimahi-Bandung pp. Sebagai gantinya saya menggenjot sepeda 30 km setiap hari. Tapi Bu Eri melarang. Pertimbangannya, kalau pakai sepeda setiap hari dengan jarak yang cukup jauh risiko celaka dan sakitnya lebih besar. Sehingga sangat mungkin justru ongkos berobatnya lebih mahal ketimbang hasil penjualan sepeda motor yang pasti tak seberapa.

Setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga. Akhirnya motor Honda Supra X keluaran 2003 itu tak jadi dijual. Biarlah untuk menyelesaikan rumah itu, kami mencicil sedikit demi sedikit pada bulan-bulan mendatang.

Dan hari ini adalah detik-detik terakhir pembangunan rumah itu harus berhenti. Jelas, berhenti karena tidak ada uang lagi. Lebih dari itu, masa kontrak rumah kontrakan pun memang habis akhir bulan ini. Sehingga mau tak mau kami harus pindah dan menempati rumah nyaris jadi itu.

Seharusnya minggu lalu para tukang bangunan asal Cililin itu semuanya pulang. Saya sudah sampaikan kepada Mas Rikhan, kakak ipar saya nomor satu yang mengomandoi para tukang. "Saya sudah tidak punya uang. Uang yang ada hanya untuk upah satu minggu terakhir ini," kata saya minggu lalu.

Tapi begitulah, Allah memberi jalan kemudahan untuk pintu masuk rezeki. Eh, ada saja rezeki yang datang. Kali ini lewat tangan Mas Rohman, kakak ipar nomor dua. Dia memberi uang kepada Mbah Uti untuk rumah. Hibah tak perlu dikembalikan. Saya sendiri punya utang 20 juta pada Mas Rohman.

Berbekal uang itu, pembangunan ini bisa bernapas lagi hingga Sabtu ini. Jelang detik-detik akhir, kembali ada rezeki halal yang datang. Akhirnya saya memutuskan untuk memperpanjang napas sampai empat hari ke depan. Memang kalau melihat pengerjaan sekarang, waktu empat hari itu tidak akan cukup, karena masih banyak yang harus dikerjakan dan dibereskan.

Tapi begitulah, hanya itu yang bisa saya sanggupi kepada Mas Rikhan untuk disampaikan kepada para tukang. Waktu empat hari itu juga sebenarnya subsidi silang. Ada beberapa item yang terpaksa tidak dikerjakan saat ini. Mungkin nanti setelah uang terkumpul kembali.

Segini pun saya sangat sangat bersyukur Alhamdulillah. Ternyata bisa juga membangun rumah. Serasa masih mimpi punya rumah permanen dua lantai. Ini memang awalnya cuma mimpi, tapi ternyata bisa terwujud.(*)

Wednesday, November 12, 2008

Bu Eri Kena Gejala Tipus

DUH, Bu Eri sakit euy!. Tadi jam 20.00 saya nelepon. Ternyata Bu Eri lagi di dokter di Apotek Serumpun Bambu. Lagi nunggu obat, katanya. Kata dokter, Bu Eri gejala tipus. Weleh, itu mah mesti istirahat total atuh. "Pasti kecapean deh," kata saya.

Memang sejak pagi, Bu Eri udah mengeluh tidak enak badan. Makanya pagi-pagi sudah memanggil Bu Engkos untuk memijat. Sementara saya sejak pagi sudah ada di bangunan rumah. Waktu pulang ke rumah kontrakan, ternyata motor Bu Eri masih ada. Padahal saya pikir sudah berangkat kerja. Ternyata Bu Eri ada di kamar. "Pusing nih, gak enak badan," kata Bu Eri.

Saya berangkat ke kantor, agak siang. Sepanjang di atas motor, mata ini bawaannya ngantuk. Hampir saja saya menabrak truk di Pasar Ciroyom, gara-gara "Ngalenyap". Tidur tiba-tiba, hilang kesadaran dalam beberapa detik. Motor sudah "Ngagaleong" ke kiri. Untung rem depan belakang masih pakem. Kemarin pun begitu, saya hampir menabrak Toyota Innova yang lagi parkir di Cibeureum, gara-gara yang sama, ngantuk di atas motor. Entah kenapa, hari-hari terakhir ini saya enggak kuat menahan kantuk.

Rupanya sakit Bu Eri berlanjut. Waktu sore saya telepon, masih tidur-tiduran. Suaranya lemah. Daripada tambah parah, bada Magrib akhirnya dibawa ke dokter. Mudah-mudahan cepat sembuh. Di saat kondisi genting begini, keluar uang untuk dokter rasanya berat. Saya gak tau juga apa Bu Eri punya uang untuk ke dokter. Mungkin pinjam dulu ke Mas Rohman, karena Mas Rohman yang mengantar ke dokter.(*)

Monday, November 10, 2008

Waspada, Masih Ada Noordin

TIGA terpidana mati kasus bom Bali I, Amrozi, Muklas, dan Imam Samudera, akhirnya dieksekusi di sebuah tempat bernama Bukit Nirbaya, Nusakambangan, tengah malam lewat sedikit, atau Minggu dini hari kemarin. Setelah ditunda-tunda sedemikian
lama, bahkan menunggu 5 tahun sejak divonis, ketiga otak, operator, dan pelaku pengeboman di Paddy's Cafe, Sari Club, dan area sekitar Konsulat AS Denpasar, itu akhirnya menemui titik terakhir. Sebutir peluru yang dilepas penembak jitu dari
tim eksekusi menembus dada mereka masing-masing.

Beragam reaksi muncul pascaeksekusi trio bomber Bali I ini. Tak kurang dukungan terhadap sikap dan pendirian mereka pun berdatangan. Tak sedikit yang justru bersyukur atas kematian mereka. Namun yang pasti, masyarakat yang minggu©minggu
terakhir ini dibombardir tanpa jeda dengan pemberitaan oleh media massa tentang ketiga orang ini, pasti ada yang merasa kehilangan. Kalangan pers pun kehilangan objek berita menarik dan tinggal memungut remah-remah berita saja.

Lantas apakah setelah eksekusi ini aktivitas radikalisme dan terorisme akan padam? Ataukah justru eksekusi ini menjadi pemicu kemunculan Amrozi baru, Imam Samudera baru, dan Muklas baru. Ini sesungguhnya yang harus dicermati dan dipantau
secara ketat oleh pemerintah, dalam hal ini aparat keamanan. Tentu kita semua berharap, aksi terorisme di negeri Bhinneka Tunggal Ika ini akan berakhir sampai di sini seiring eksekusi Amrozi cs.

Bagaimanapun kepolisian masih memiliki pekerjaan rumah terkait aksi terorisme ini. Masih ada Noordin M Top, gembong teroris di Indonesia, yang masih berkeliaran di luar sana, entah di mana. Hingga kini keberadaannya bak siluman, lenyap tak
berbekas. Padahal beberapa kali aparat Densus 88 Antiteror sudah berhadapan dengan Noordin. Tapi teroris yang satu ini licin bagai belut.

Yang lebih dikhawatirkan lagi adalah selama buron di tempat persembunyiaannya, Noordin membuat sel-sel baru aktivitas terorisme. Atau mungkin juga membangunkan sel yang sudah ada, yang selama ini belum "digarap" dengan baik. Bukankah sudah
menjadi cerita umum, akar dari Jamaah Islamiyah adalah Negara Islam Indonesia (NII) dan Darul Islam. Dua nama yang saling berkaitan namun tak seiring dalam langkah.

Jangan sepelekan pula euforia dan histeria massa pendukung Amrozi Cs di Tenggulun Lamongan dan Serang Banten. Di antara mereka banyak yang bersimpati pada perjuangan Imam Samudra, dan dua bersaudara Amrozi©Muklas ini. Simpati adalah cikal
bakal dari empati. Jika terus tumbuh berkembang, bukan mustahil semangat ketiga pengebom itu akan menular.

Peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun sangat sentral dalam hal ini. MUI harus mampu menyadarkan kelompok-kelompok radikal untuk mengubah pola perjuangan. Lalu MUI pun harus mampu menyebarluaskan kepada masyarakat bahwa tindakan terorisme di
tanah air bukanlah jihad. Ini yang paling penting, agar negeri ini bisa tenteram, aman, dan sejahtera.(*)
Sorot, Dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Senin 10 November 2008.

Thursday, November 06, 2008

Di Bukit Nirbaya Hidup Trio Bomber Bali Berakhir


RABU MALAM, di YM berseliweran info atau newsflash soal waktu eksekusi trio bomber Bali I, Amrozy, Muklas, dan Imam Samudera. Menurut sumber terpercaya, begitu info itu menyembur, eksekusi akan dilakukan Kamis dini hari.

Yah namanya juga info seliweran, saya tidak terlalu percaya. Saya malah cenderung untuk percaya eksekusi akan dilakukan Jumat dini hari nanti. Kenapa? karena 8 dari 10 hukuman mati itu dilakukan di hari Jumat itu. Kalaupun meleset, ya namanya juga tebak-tebakan. Orang-orang di lingkaran Kejaksaan Agung atau Presiden sendiri belum tentu tahu waktu pasti eksekusi.


Lantas dimana lokasi eksekusi Amrozy Cs? Sumber terpercaya yang dimiliki kawan Persda Netwok di Nusakambangan menyebutkan lokasi eksekusi berada di Bukit Nirbaya. Sebuah bukit, bekas lokasi LP Nirbaya, yang letaknya sekitar 3 km dari LP Batu Nusakambangan.

Rasanya lokasi ini masuk akal. Karena petugas sudah mendirikan tiga tiang di sebuah lapangan di Bukit Nirbaya. Tiang itu untuk tempat mengikat ketiga bomber itu. Jadi tunggu saja sampai dini hari nanti. DI tempat ini pula ada kuburan beberapa terpidana mati. Televisi pasti bikin breaking news soal eksekusi ini. Kalau koran sih, tunggu besok nya saja dah. Mana mungkin bisa menerbitkan berita lewat dini hari itu? Kecuali koran yang nekat, he he...

Berita soal eksekusi ini mendominasi pemberitaan media massa, baik cetak dan elektronik dalam seminggu terakhir. Mungkin isu agak mereda saat Pilpres AS, ketika Obama memenangi Pilpres. Nyaris tenggelam, tapi tetap tak dilupakan. Berita perkembangan terakhir di Nusakambangan tetap punya porsi di media cetak ataupun elektronik.

Persiapan sudah maksimal. Petugas: Densus, Brimob, polisi, jaksa pengeksekusi, dll, sudah masuk semua ke Nusakambangan. Helipad sudah disiapkan, berikut ambulans. Pokoknya sudah final, tidak ada kata mundur lagi. Yap, kita tunggu, dini hari nanti. Sambil tahajud dan salawat, kita nantikan eksekusi itu. (*)

Wednesday, November 05, 2008

Obama dan Film Deep Impact

PERNAH nonton Film Deep Impact? Film yang menceritakan sebuah komet raksasa menghantam bumi dan menimbulkan kekacauan dan kehancuran? Film yang dianggap mengikuti sukses Armageddonnya Bruce Willis. Seperti biasa, Amerika Serikat yang menjadi hero dalam film ini. Nah pernahkah memerhatikan siapa yang menjadi presiden AS di film Deep Impact ini?

Baru kali itu saya melihat dalam sebuah film Hollywood, yang menjadi presiden AS adalah seorang Negro. Dalam Independence Day yang jadi presiden adalah Bill Pulman, orang kulit putih. Sementara pemeran presiden dalam Deep Impact adalah aktor kawakan, Morgan Freeman. Wah hebat bener, orang kulit hitam jadi presiden. Film itu diluncurkan tahun 1998.

Morgan berperan sebagai Presiden Tom Beck. Kerja di film itu hanyalah rapat dan berbicara kepada wartawan. Di akhir film, Morgan eh Presiden Tom Beck menyatakan bahwa komet raksasa itu sudah diledakkan dan bumi selamat dari kiamat.

Ternyata 10 tahun kemudian film yang disutradarai Mimi Leder itu menjadi kenyataan. Bukan komet yang mau menghantam bumi, tapi Presiden AS yang berasal dari warga kulit hitam. Hari ini waktu Indonesia, Barack Husein Obama, tercatat dalam sejarah AS sebagai presiden pertama dari kalangan Negro. Ia mempecundangi dengan telak pesaingnya dari Republik, John McCain.

Hari ini perhatian dunia tertuju ke AS. Harapan sebagian besar warga dunia memang terpenuhi. Obama terpilih jadi presiden dan diharapkan benar-benar membawa perubahan bagi AS seperti yang ia dengungkan selama ini. Yes We Can, We Need Change. Dan perubahan itu sudah datang ke Amerika, begitu kata Obama.

Saya sih gak masalah, mau siapa saja jadi presiden AS. Toh enggak ada hubungannya dan tidak memberi pengaruh apapun dalam kehidupan saya. Kecuali kalau presiden AS yang baru terpilih ini datang ke rumah di Babakan Sari, lalu memberi uang untuk menyelesaikan pembangunan rumah saya, bolehlah dia punya pengaruh dalam sebuah episode kehidupan saya. Mimpinya begitu, he he .... Yang pasti koleksi foto-foto Obama bakal kian bertambah, karena pasti sebagai presiden AS banyak acara tuh.(*)


Sunday, November 02, 2008

Adik Imam Samudera

HARI-hari ini, media diramaikan dengan pemberitaan terkait rencana eksekusi terpidana mati Bom Bali I, Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudera. Semua media, baik cetak maupun elektronik, menerjunkan wartawan-wartawan tangguhnya ke Cilacap agar tidak kecolongan waktu eksekusi. Kabarnya, eksekusi digelar antara 1-3 November. Lalu diralat lagi sampai 15 November.

Bagaimanapun, berita ini memang menarik. Amrozi Cs adalah pengembom pertama yang dijatuhi hukuman mati. Merekalah yang menjadi ikon dari gerakan Jamaah Al Islamiyah di Indonesia. Selain tentu Noordin M Top, tokoh teroris yang ibarat siluman. Sampai kini tidak diketahui rimbanya.

Saya tidak akan bicara soal Amrozi Cs dan keyakinan mereka. Yang ingin saya ungkapkan adalah kenangan saya dengan keluarga salah seorang di antara mereka, yaitu Imam Samudera. Ketika Imam Samudera ditangkap, semua wartawan berkerumum ke Serang, tempat tinggal Imam, untuk menemui keluarga Imam.

Dan narasumber yang paling enak di keluarga mereka, siapa lagi kalau bukan Lulu Jamaludin, adik Imam. Dia mengerti dengan tugas jurnalistik karena pernah bergelut di dalamnya. Wawasannya luas, kenalannya pun banyak. Tak heran dia pun jadi buruan para jurnalis.

Beruntung, waktu itu rekan saya Dayat dan Deden bisa bertemu dan wawancara Lulu. Dari sana, silaturahmi dijalin. Hingga kini, Dayat jadi sobat Lulu.
Nah saat Lulu main ke Bandung, sayalah yang mendampingi dia. Ngobrol panjang lebar tentang kakaknya, Imam Samudera, yang dia kagumi. Tentang dia sendiri. Lalu mengunjungi tempat kos dia dulu di Bandung di daerah Pagarsih. Saat bertemu saya, Lulu membawa pula kaus Converse, kaus yang dipakai Imam saat dia ditangkap Densus. Kabarnya kaus itu akan dilelang.

Bertahun-tahun, Lulu lah yang menjadi narasumber dan informan terdepan soal kondisi Imam Samudera. Tentu, karena dialah yang selalu menjenguk Imam di Nusakambangan. Bahkan, info terakhir, berdasar permufakatan keluarga, Lulu pula yang ditunjuk untuk bertemu Imam sebelum eksekusi berlangsung.

Sudah lama saya tidak bertemu Lulu. Beberapa kali SMS-an. Tapi terakhir-akhir SMS tak diterima, waktu ditelepon tak bisa lagi dikontak, mungkin sudah ganti nomor. Tak apa, toh ada teman yang masih bisa kontak Lulu. Suatu kali nanti, saya ingin ngobrol lagi dengan Lulu, soal saat-saat terakhir Imam Samudera menjelang eksekusi.(*)

Sang Besan

AULIA Tantowi Pohan, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi dana aliran BI sebesar Rp 100 miliar. Walau terlambat, ini sebuah langkah besar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hambatan psikologis telah dilampaui. Maklum, Pohan adalah besan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Bagaimanapun posisi sebagai besan ini menimbulkan ewuh pakewuh, bahkan syak wasangka. Keterlambatan penetapan tersangka pun dinilai sebagai bagian dari ewuh pakewuh itu.

Padahal fakta di persidangan sejak awal sudah menunjukkan Pohan terlibat aktif dan yang mengusulkan pencairan dana Rp 100 miliar itu. Di saat Burhanudin Abdullah, Gubernur BI, terpuruk divonis hukuman 5 tahun penjara, barulah status Pohan ditetapkan.

Yang dinantikan pascapenetapan status itu tentu sikap SBY. Dan ternyata SBY menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan. Dia mengakui, sebagai keluarga besar, tentu ada perasaan sedih. Karena itu dia harus menenangkan keluarga besan, anak menantunya dan itu adalah hal yang manusiawi.

Sebagai seorang kepala negara yang berkomitmen menegakkan hukum, SBY patut diacungi jempol. SBY mendukung penuh penegakan hukum demi keadilan dan kebenaran. Tidak ada nepotisme untuk membuat negeri ini berjalan di jalur keadilan. Hukum tak pernah pandang bulu dan kedudukan. Siapapun mereka, jabatan apapun yang mereka sandang, selama bersalah di mata hukum, wajib menjalani hukuman, tak terkecuali besan presiden.

Langkah KPK ini juga harus semakin dipertegas. Agar tidak muncul lagi istilah tebang pilih. KPK hanya membidik orang-orang di luar lingkaran penguasa. Kasus Pohan ini menjadi entry point untuk menunjukkan bahwa KPK tak tebang pilih.
Sesungguhnya pemimpin yang adil adalah pemimpin menjunjung tinggi hukum. Dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dikenal sangat tegas, tidak memihak, dan tak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Suatu ketika anaknya sendiri yang bernama Abu Syahma, dilaporkan terbiasa meminum khamar. Umar memanggilnya menghadap dan ia sendiri yang mendera anak itu sampai meninggal. Cemeti yang dipakai menghukum Abu Syahma ditancapkan di atas kuburan anak itu.

Setidaknya benih sikap tegas Umar masih ada di negeri ini. Artinya, masih ada harapan negeri ini menjadi negeri yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, apabila pemimpinnya pun mengharamkan dan konsisten untuk tidak KKN.(*)
SOROT, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Jumat 31 Oktober 2008