Wednesday, February 28, 2007

Jadi Nggak Jadi Nggak...

Rabu, 28 Februari 2007.  
Ini katanya hari terakhir saya di Bandung. Karena, katanya lagi, 1 Maret saya harus sudah caw ke Batam. Makanya saya geber rapat pembentukan koperasi, biar teman-teman gak usah repot lagi dengan anggaran dasar bla bla bla. Dan ternyata oke juga, pimpinan perusahaan minta dipercepat dan segera beroperasi. Gitu deh..

Kembali soal ke Batam. Rencana itu didengungkan ke telinga saya, Senin malam, 19 Februari. Mbak atasan saya bilang, saya mesti ke Batam, gantikan teman. Seharusnya sih, kata dia, tanggal 20 Februari sudah berangkat. Tapi berhubung saya lagi cuti, masuk kantor hari Sabtu, paling juga berangkatnya hari Minggu 25 Februari.
Karena ini tugas, saya pun siap aja. Orang di rumah juga dibikin sibuk. Semua pakaian sudah dipacking ke ransel hitam Eiger saya. Dan ternyata, Sabtunya saya ditelepon si Mbak atasan ini. "Mac, gak jadi besok, karena kita belum terima surat dari Batam". Yap, oke deh.. saya sih senang saja, berarti bisa lebih lama lagi menemani Bu Eri begadang tiap malam, ngurus Adik yang selalu blotot kalo malam..
Selasa 27  Februari, muncul gosip baru. Saya bakal berangkat 1 Maret. Ini yang bilang bos di bagian bidang saya. "Batam mintanya 1 Maret, Mac". Oke deh, saya mah kapan juga siap aja.
Ternyata sampe Rabu gak ada tanda-tanda persiapan saya mo keluar pulau. Saya tanya PSDM. Ga ada tuh, surat atau pengajuan DLK. Nah lho...Jadi gak sih?
Malam harinya, bos di bagian kerja saya, bilang kemungkinan hari Sabtu atau Minggu berangkatnya. Kalau mau rileks dan adaptasi, pergi saja hari Minggu. Saya sih 
nanggepinnya mulai apatis. "Ya, siap saja".  
Dan hari ini, Sabtu 3 Maret 2007, belum juga ada tanda-tanda saya harus berangkat ke Batam.  Jadi teu euy? Soalnya saya jadi kesulitan cari baju. Semua baju sudah masuk ke ransel, malas lagi bongkar-bongkarnya.... 

Tuesday, February 27, 2007

Adik Lucu




Ini foto Adik tanggal 31 Januari 2007 atau empat hari setelah lahir. Di foto waktu dipangku ibu di ruang tamu.

BEGADANG

HUH, akhirnya bisa menulis di blog lagi. Ya sebulan terakhir ini memang masa-masa sibuk, sehingga harus menyempatkan diri untuk cuti seminggu. Pasalnya tentu Adik kecil yang baru lahir itu. Sebagaimana bayi-bayi lainnya, dia lebih adem tidur siang dan melek tengah malam sampai pagi. 
Begadang, bro.. Tunduh-tunduh ge, cape pulang kerja, ya mau gak mau harus ikutan melek. Giliran jaga dengan Bu Eri. Katanya sih si Adik ini udah bau tangan. Jadi pengennya digendong melulu. Ditidurkan sebentar langsung mata bulatnya yang bening itu melek lagi. Biasanya dibarengi ngecewer alias pipis. Kita yang nundutan, langsung terbangun, karena jeritan "jenger" si Adik.  

O iya, Si Adik ini sempat masuk ke Klinik Harapan Bunda, dua hari setelah pulang dari RS, gara-gara kulitnya masih kuning. Baru Kamis minggu kemarin, dokter bilang kuningnya Adik sudah hilang. Alhamdulillah... Tinggal imunisasinya saja rutin. Baru kemarin dia divaksin BCG.
Nah, selain urusan si Adik, Kaka juga gak mau kalah. Ia makin kolokan, ogoan, supermanja. Tidur memang sudah pisah tempat. Dia di kamar Mbah Uti. Tapi sebelum tidur harus dikelonin dulu sambil dibacakan 6 buku cerita. Eh, tengah malam atau subuh, dia suka bangun dan langsung nangis, pengen tidur dekat Ibu sama Adik, katanya. 
Yah kalo sudah begini sih, sabar aja. Maksud kita memisahkan tidur Kaka dan Adik biar terbiasa dan biar Kaka tidak mengganggu Adik. Soalnya, ni anak gemesan banget sama adiknya itu. Bentar-bentar pengen cium, bentar-bentar mau pegang, sambil giginya kekerot (gemeretak) saking gemesnya.
Untungnya kita tidak dipusingkan lagi soal cuci mencuci baju popok si Adik yang segunung itu. Atau soal beberes rumah. Soalnya sudah ada lagi pembantu, Teh Nia. 
Sebetulnya dia bukan pembantu baru . Sebelum Adik lahir, Nia sudah kerja di rumah. Ada kali sebulan. Nah pas Adik lagi di Harapan Bunda, Nia ini pulang tanpa pamit. Padahal dia mau dijemput sama keluarganya. Katanya sih ibunya itu mau berangkat ke Arab jadi TKW.
Ada kali 3 minggu tidak ada pembantu. Semua jadi susah. Akhirnya kita dapat pembantu pengganti, dari Jangari Cianjur, gak jauh dari kampungnya Nia. Cuma pembantu satu ini gak bisa kerja. Yah sudah kita pulangkan lagi setelah 5 hari kerja di rumah.
Akhirnya kita sekeluarga membujuk Nia supaya balik lagi ke rumah. Soalnya ibunya ternyata tidak jadi berangkat ke Arab, karena gagal tes kesehatan. Alhamdulillah, dia mau lagi balik ke rumah, walaupun awalnya dia malu karena waktu pulang tempo hari sama sekali tidak pamit.
Tapi kita sih gak pernah mempersoalkan itu. Toh yang penting kerjanya memang bagus dan Kaka apet sama Teh Nia ini...

Tuesday, February 06, 2007

AKHIRNYA...


SATU bulan lebih saya tak menulis. Menengok blog iya, tapi menulis tak. Entah kenapa, susah buat menuangkan pikiran, pengalaman, kejadian hari-hari belakangan ini. Apa karena kandungan Bu Eri kian besar atau pekerjaan kantor yang kian menuntut konsentrasi penuh. Entahlah.
Yang pasti, banyak hal yang terjadi, yang ingin dituangkan dalam blog ini. Sangat banyak. Saya pakai tag “Akhirnya…”, karena saya akhirnya menulis lagi, karena Bu Eri akhirnya melahirkan, karena akhirnya punya pembantu baru walau sekejap, karena akhirnya….
Alhamdulillah, akhirnya bidadari yang diharapkan itu lahir. NAMIRA ZENECHKA HAYATUNNUFUS. Lahir 27 Januari 2007 pukul 18.00 di RS Cibabat Cimahi, tempat yang sama seperti kakaknya, Nabila, lahir.

Nama ini hasil searching dan sedikit perenungan. Saya bolak-balik cari di internet, nama-nama bayi Islami. Karena hasil USG sudah ketahuan anak saya perempuan, mencari nama pun fokus di nama perempuan.
Saya cari nama dengan awalan Na. Kenapa? Biar dua bidadari ini punya nama yang hampir mirip. Nabila, lalu Na siapa gitu. Setelah ditimbang-timbang, akhirnya ketemu nama Namira. Namira berarti Murni atau Asli. Sebenarnya ada pula sejarahnya. Saat Umrah ke Tanah Suci, di Padang Arafah ada sebuah mesjid yang bernama Mesjid Namirah. Sedikit banyak nama mesjid ini menginspirasi, sekaligus untuk terus mengingatkan Tanah Suci dan Padang Arafah, miniatur Padang Mahsyar di akhirat.
Lalu nama tengah Zenechka. Ini berasal dari Bahasa Rusia. Saya cari-cari di internet, ada nama ini. Patokan saya, nama Islami itu bukan hanya nama Arab. Toh, banyak yang bernama Arab, tapi artinya buruk, seperti Abu Jahal. Zenechka ini punya arti Mulia.
Nah, untuk nama terakhir, saya tidak mengambil nama keluarga atau nama saya, Mubarok, misalnya. Saya ikuti nasehat teman saya anak Sastra Prancis yang punya blog Rinurbad. Dia bilang, kalau anak, terutama perempuan, punya nama belakang keluarga atau bapaknya, kasihan kalau dia menikah. Nama belakangnya jadi berlainan. Contohnya ya Rinurbad itu. Nama di akte tertulis Rini Nurul Badriah Sumartono. Tapi di KTP sekarang, setelah menikah dengan Agus Handoyo, namanya jadi Rini Nurul Badriah Handoyo.. Karena itu, saya memilih nama Hayatunnufus, dari Bahasa Arab. Artinya nafas kehidupan. Jadi secara lengkap, arti nama anak saya itu kira-kiranya Orang mulia yang suci atau murni dan menjadi nafas kehidupan bagi orang lain (dalam artian bermanfaat bagi orang lain).
Begitulah ceritanya.
Seperti saat melahirkan Nabila dulu, Bu Eri seperti biasa masih tetap meliput hingga titik darah penghabisan. Jumat 26 Januari, dia masih meliput flu burung dan masih pula turun naik tangga.
Malamnya, ketika saya pulang, dia mengeluh gak enak perut. Tidur jadi susah, miring kiri gak enak, kanan apalagi. Tapi saya tidak menyangka itu sebagai awal dari persalinan. Soalnya, si orok ini masih terus nendang-nendang ibunya, benjol di kiri, nonjok di tengah. Dari bacaan dan kata orang, biasanya orok yang mau lahir lebih pendiam dan stabil dalam posisi murungkut tengkurap.
Eh, tahunya jam 4 subuh, Bu Eri membangunkan saya. Dia bilang tadi ke kamar mandi, terus seperti ada sereset sereset gitu, lendir yang keluar. Saya sih tenang saja. Masih jauh.
Jam 7 pagi, Bu Eri bilang ada lendir lagi yang keluar. Saya sih tetap tenang juga. Udah sekarang mandi dulu, nanti kalau sudah mandi baru hubungi Dokter Lies, dokter yang nangani Bu Eri sejak awal.
Akhirnya kita pun bersiap bawa tas perlengkapan bayi dan ibu. Di RS Cibabat. Langsung diperiksa bidan. Katanya baru pembukaan 2-3. Lalu Dokter Lies datang. Setelah diperiksa, dia bilang pembukaan sudah 3-4. “Paling nanti lah jam 7 lahirnya. Saya mau ke kondangan dulu yah,” kata dia enteng.
Di kamar persalinan Cuma ada saya, Bu Eri, dan Ibu. Selama menunggu itulah, Bu Eri terus mulas atau mengalami kontraksi 5 menit sekali, lalu 3 menit sekali, dan semakin sering. Alhamdulillah, saya tidak panik. Mungkin karena sudah pengalaman. Justru Bu Eri yang punya perasaan takut. “Takut gak bisa mengejan,” katanya.
Saya sih enteng saja lah. Selam nunggu juga, saya ngobrol ketawa-ketawa dengan Ibu dan perawat. Padahal di pinggir saya, Bu Eri lagi ngehembus-hembusin napas, supaya tidak Ngeden. Karena ketawa melulu, Bu Eri sampai marah-marah. “Kenapa sih ketawa-ketawa, orang lagi sakit gini”… he he kalem Bu kita membantu biar gak stress…
Jam 16.30, sudah bukaan 6-7. Makin dekat saja. Lalu Jam 17.00, sudah 8-9. Akhirnya si Dokter pun dikontak supaya segera datang.
Jam 17.30, Dokter Lies datang. Dia langsung singkil. Pake sarung tangan dan menyiapkan peralatan. Bentar lagi katanya kalem. Akhirnya masa itu pun tiba. Bu Eri ngegerung, ngedan, ngaheujeun, dll buat ngeluarin si Adik. Ayo semangat, jangan ngedan di leher, terus terus..Teriak saya memberi semangat. Ya, saya memang ada di samping Bu Eri biar dia kuat, sekalian supaya tahu seperti apa melahirkan itu.
Akhirnya jam 18.00, dibareng ngedan terakhir, muncullah kepala kecil itu dari selangkangan Bu Eri. Lalu brol, sesosok makhluk kecil keluar dan tak lama kemudian, menangis lah untuk pertamakalinya si jabang bayi.
Alhamdulillah, selamat, normal. Plasenta Si orok langsung dipotong, lalu dibawa ke tempat perawatan bayi. Dua jam kemudian, Bu Eri dipindahkan ke ruang perawatan, si orok pun ikut. Eh, ternyata dia sudah melek. Matanya belo lihat kiri kanan.
Lucu...