SETIAP pergi ke Pasar Antri Baru dari arah Dustira, tentu melewati markas Pusssen Arhanud. Setiap itu pula
teringat, dulu tempat itu adalah Lapangan Sriwijaya yang penuh kenangan.
Bermain bola, upacara 17 Agustus, latihan baris-baris berbaris, atau mabal alias bolos sekolah, tempatnya ya di Lapangan Sriwijaya ini. Tempat pacaran? So pasti itu mah, tiap lewat lapangan rumput hijau nan luas itu pasti bisa menyaksikan pasangan yang lagi asyik dengan dunianya.
Tempat berkelahi? Mantaap, itu
lapangan menyediakan lahan sangat lega buat berduel atau berkelahi keroyokan.
Mau kejar-kejaran, koprol keliling lapangan, silakan asal kuat.
Saya masih ingat, saat SD tahun
80-an, beberapa kali berolahraga di Lapangan Sriwijaya. Dari Tagog, saya dan
rekan-rekan satu SD (jadi 6 kelas), jalan kaki ke Sriwiaya. Tujuannya
berolahraga bersama sambil piknik. Tak heran, tas gendong kami penuh dengan
bekal makanan dan air minum.
Jadi pasti banyak kenangan lain yang
bisa diceritakan dari satu Lapangan Sriwijaya ini. Ya hanya kenangan, karena
wujud lapangan itu sudah sirna, hanya tertinggal di ingatan.
Perkembangan Cimahi menjadi kota
membuat lahan semakin sempit. Lapangan-lapangan pun menjadi korban. Kini
wujudnya berganti rupa menjadi rumah atau perkantoran.
Ini beberapa lapangan yang saya
ingat pernah ada di Cimahi.
1. Lapangan Bonlap. Inilah lapangan
legendaris untuk para pemain bola cilik di Cimahi. Di era 80-an, di lapangan
Kebon Kalapa Pojok ini setiap tahun digelar pertandingan sepak bola antar klub
di Cimahi.
Waktu SD kelas 6, saya pernah ikut
berkompetisi di lapangan ini. Waktu itu saya memperkuat klub Angkasa, gabungan
siswa-siswa SD Sukamanah I dan Cibabat. Pemain yang boleh bertanding adalah
pemain dengan tinggi maksimal 150 cm. Jadi ukurannya adalah tinggi badan.
Kadang-kadang ada pemain yang ketinggian, lalu memendek-mendekkan diri biar
lolos di palang pengukur.
Lalu saat SMP pun saya ikut pula
berkompetisi di lapangan Bonlap ini. Kali ini saya memperkuat tim Liga Buana,
timnya anak-anak SMP 3 Cimahi plus. Plus karena kami menggaet juga pemain dari
luar, yaitu Aldi, kakaknya Coni Dio, sebagai striker. Nama klub ini
terinspirasi nama-nama toko olahraga di Jalan Gandawijaya.
Saya tidak tahu kapan terakhir
digelar kompetisi bola di lapangan Bonlap. Waktu saya SMA, tahun 90-an,
lapangan ini masih ada dan sering dipakai untuk panggung musik 17-an. Saya
pertama kali nonton Jamrock, cikal bakal Jamrud, ya di lapangan ini.
Beberapa hari lalu saya lewat Jalan
Kebon Kalapa, lapangan ini sudah hilang, berganti jadi rumah dan bengkel.
2. Lapangan Sosial. Lapangan
sepakbola ini disebut Lapang Sosial karena memang milik Dinas Sosial di
Cibabat, persis di samping Polres Cimahi. Pernah saya sekali diajak main di
turnamen bola Kapolres Cup. Waktu itu bersama klub Gita Utama. Lagi-lagi main
bersama Aldi, kakak Coni Dio. Sekarang lapangan ini sudah beralih rupa menjadi
Kantor Dinsos Jabar.
3. Lapangan Kebon Kembang. Ini
sebuah lapang kecil, sedikit lebih besar dari lapangan voli, di daerah Kebon
Kembang. Saya pernah main di sini, waktu itu turnamen Hayam Cup. Hanya saya
lupa PS apa yang saya perkuat.
4. Lapangan samping Mesjid Agung
Cimahi Utara. Ini tempat saya bermain setiap sore. Kalau tidak bermain bola ya
main sepeda atau nonton orang main voli. Sekali waktu digelar turnamen
sepakbola untuk anak-anak. Saya memperkuat PS Martas, barisan anak-anak dari
Gang Martasim Prapatan Cihanjuang, tempat kakek nenek saya tinggal. Saat ini
bangunan rumah besar mengganti wujud lapangan itu.
5. Lapangan Kebon Jeruk Sukajaya.
Ini sebetulnya lahan bekas kebun Jeruk di daerah Sukajaya Cibabat, persis di
belakang RSUD Cibabat. Ada beberapa kavling kecil yang sering dipakai untuk
bermain bola atau bermain voli. Saya bergabung dengan PS Persas (Persatuan
Sepakbola Anak-anak Sukajaya), tapi belum pernah bertanding di turnamen bola.
Sekarang lapangan ini sudah berubah menjadi perumahan dan permukiman.
6. Lapangan Krida Cimahi Selatan.
Ini lapangan sepakbola di dekat Baros. Saya belum pernah bermain bola di
lapangan ini. Hanya pernah ikut jalan sehat yang start dan finishnya di
lapangan ini. Kini lapangan ini tinggal cerita, berubah menjadi kawasan
Technopark Cimahi.
7. Lapangan Kebon Manggu, Kompleks
Pemda Cisangkan Hilir. Saya beberapa kali main sepakbola di lapangan ini.
Karena diajak teman yang tinggal di sini. Waktu itu memperkuat tim ekskul Sepak
bola SMP melawan PS Pemda junior. Tempo hari saya menjenguk teman yang sakit di
daerah Kebon Manggu. Saya celingukan mencari lapangan itu, tapi nihil. Ternyata
sudah berubah menjadi belantara rumah. Selain di lapang besar Kebon Manggu,
saya pun pernah main juga di lapangan bola samping Tempat latihan Menembak
Cisangkan. Lapangannya lebih kecil, tapi cukup buat berlari dan menendang bola.
8. Lapang sepakbola Panembakan
Gunung Bohong. Lapangan bolanya saat ini memang masih ada, tapi berbeda
tampilan setelah dirombak Brigif. Sekali-kalinya main di lapangan ini melawan
kesebelasan anak-anak Gunung Bohong. Kebetulan ada teman SMP yang tinggal di
Gunung Bohong dan mengajak main bola.
9. Lapangan Gamblok, Ciuyah. Ini
salah satu lapangan yang pernah didatangi untuk berolahraga sekaligus piknik
saat saya SD. Dari Tagog, lagi-lagi kami berjalan kaki berombongan, konvoi
berbaris dua-dua menyusuri Margaluyu-Kandang Uncal-Ciawitali hingga Ciuyah.
Beberapa waktu lalu bersepeda ke daerah Ciuyah, sengaja mencari lapangan itu.
Tapi tak menemukan. "Lapangna tos janten perumahan, Cep," begitu kata
seorang warga.
Itulah beberapa lapangan yang dulu
pernah ada dan kini tinggal kenangan. Kalau lapangan punya militer, jangan
ditanya, pasti terawat dan masih eksis. Contohnya Lapangan Rajawali atau
Lapangan Arhanud, tempat saya berlatih bola saat SMP. Belum lagi
lapangan-lapangan di beberapa pusdik, pasti masih mulus.
Masih banyak atau ada
lapangan-lapangan, lahan terbuka, yang sudah berubah wujud di Cimahi. Entah
jadi rumah, kantor, atau gedung. Ayo ceritakan kisah kalian tentang
lapangan-lapangan di Cimahi. (*)