Tuesday, May 22, 2007

Coffee Morning



INI hari kedua, rapat pagi mulai berjalan kembali. Waktu pertama datang ke Tribun Batam, belum pernah melihat atau ikut rapat pagi. Karena memang macet, tak jalan selama beberapa bulan. Waktunya, ya tidak pagi-pagi amat. Jam 10-an lah, nunggu semua kumpul.
Saya memandangnya positif. Semua redaktur hadir, sehingga terlihat guyub. Ide-ide liputan bisa keluar dari banyak orang. Tidak hanya otoritas Korlip atau redakturnya. Tapi semua turut sumbangsih merencanakan kira-kira isu apa yang harus ditindaklanjuti.
Rapat pagi bagi semua koran sesungguhnya mata baji redaksi. Mata baji ini istilah guru saya, Ahmad Mansyur Suryanegara, untuk menyebutkan titik simpul, perantara di antara dua objek atau masalah. Namun Pak Mansyur mengatakan itu dalam konteks penyebaran missi orang-orang Kristen di Jabar. Di antara setiap kota, dipasang satu titik mata baji sebagai konsentrasi pemecah penyebaran Islam. (Baca: Menemukan Sejarah, Mizan 1994).
Nah rapat pagi sebagai mata baji adalah perantara antara perencanaan redaktur malam sebelumnya dengan isu-isu hangat yang sudah mengalir sejak pagi hari. Rapat pagilah yang berfungsi mempertajam isu, dan menambahkan bila ada bolong-bolong di sana sini. Dari situ, tinggal mengalirkan kembali ke lapangan untuk dieksekusi reporter.
Tapi ya begitulah. Siklus naik turun itu selalu ada dalam setiap gerak. Rapat pagi pun begitu. Biasanya semangat di awal, lalu lesu di tengah jalan. Itu penyakit kronis di setiap redaksi di koran manapun. Obatnya gampang, saling mengingatkan dan komunikasi intensif antara elemen terkait.

Di Bandung pun begitu. Pas lagi semangat, rapat pagi begitu hidup dengan ide-ide cemerlang setiap peserta rapat. Kalau lagi loyo, yang datang tiga orang pun sudah Alhamdulillah. Kalau di Bandung, saya kebagian rapat pagi setiap hari Selasa dan Sabtu. Jadi sudah dibagi piketnya oleh Redpel. Tak perlu ada kompromi. Tinggal pasang Jadwal Rapat Pagi, Piket, dan Libur, semua nurut, tidak ada kecuali. Jatah hari Libur saya tiap Jumat. Entah nanti pulang lagi ke Bandung, apa masih hari Jumat juga atau tidak.
Nah ngomong-ngomong soal rapat pagi, saya jadi ingat acara Coffee Morning beberapa tahun lalu, yang sering digelar Kapolda Jabar, waktu itu, Irjen Dadang Garnida. Sekarang Pak Dadang sudah Komjen Pol. Sempat jadi Kabareskrim di Mabes Polri. Kalau tidak salah sih sudah pensiun atau belum. Pak Dadang orangnya ramah, someah, khas urang Sunda. Setiap Kamis pagi, Pak Dadang bikin acara ngopi bareng sambil ngobrol tentang kondisi keamanan Jabar. Siapa saja bisa urun rembuk, atau cuma ngalor ngidul ngomong apa saja. Justru dari pertemuan sambil ngopi itu, suka muncul ide-ide baru atau laporan tentang keamanan, personel polisi yang kerja tidak benar, dll. Dari situ, Pak Dadang langsung menindaklanjuti. Semua beres dalam sekejap, tak peduli itu perwira atau tamtama, pejabat atau bukan, semua dibereskan... Begitulah, pemimpin yang baik, selalu mendengarkan dengan seksama, lalu menindaklanjutinya dengan cara yang tepat, dan tentu arif.
Bedanya rapat pagi dengan Coffee Morning, ya di kopi dan kawan-kawannya itu. Rapat pagi berjalan dengan perut keroncongan, melilit tanda tak ada makanan di perut. Apalagi suguhan kopi, colenak, pisang goreng, combro, dan lainnya. Kalau
Coffee, jelas makanan-makanan khas memenuhi meja. Tinggal comot, am...Ah cuma mimpi. (*)

No comments: