Thursday, May 03, 2007

Nongsa


MINGGU 29 April lalu, saya jalan-jalan lagi. Berbekal peta yang saya beli di Gramedia, saya melancong ke daerah Timur Batam, yaitu Nongsa. Kata teman-teman, di Nongsa banyak pantai dan resort. Jam 11 jelang tengah hari saya pun meluncur ke arah timur, menyusuri jalan besar, sesuai gambaran di peta.
Kalau lihat di peta sih, memang gampang. Dari Pasaraya, terus lurus ke Simpang Franki, ke Jalan Poltek, lalu belok kanan, nanti nemun jalan raya besar, lewat di depan Bandara Hang Nadim. Dari Bandara, lurus terus ketemu pertigaan, belok kiri. Lurus lagi, belok kiri lagi, itu sudah masuk kawasan Nongsa.
Heh, gampang yah, cuma lurus belok kiri, lurus belok kiri. Tapi kenyataan di lapangan, bikin njelimet, nyasar kesana kemari. Masuk ke jalan rusak, entah dimana. Lalu mentok di sebuah perumahan, dan gak ada lagi jalan aspal. Weleh ini dimana?

Berbekal pengalaman sebagai orang yang sering kesasar, he he..dan tentu feeling so good, terobos saja jalan-jalan kecil itu. Nanti juga sampainya pasti di jalan besar. Begitu pikiran saya. Toh kata teman-teman juga, Batam tuh kecil, keliling kemanapun, nanti ketemunya di situ-situ juga.
Setengah jam berlalu, kok saya gak nemu Bandara yah? Wah ini sudah kebablasan ini. Tapi terus saja tancap gas, pokoknya ke arah matahari terbit, itulah Nongsa. Akhirnya bertemu sebuah pertigaan dan daerah yang agak ramai. Banyak toko-toko dan elf Metro Trans yang ngetem. Di depan ada sebuah plang reklame besar. "Belum pernah ke Pantai Sekilak? Tinggal belok kanan saja. Cuma 1,5 km kok". Nah, berarti ini sudah dekat ke pantai. Karena tujuan saya Nongsa, saya tidak belok kanan, tapi belok kiri. Dari situ, jalan tidak terlalu ramai. Mirip Bypass lah di Bandung.
Di sebelah kiri ada pos, kayak Jagawana gitu. Lalu ada pertigaan. Kemana nih? Lurus atau belok kiri? Feeling saja, belok kiri. Ada plang nama jalan: Jalan Hang Lekiu. Nah ini dia, kalau tidak salah, di peta jalan ke Nongsa itu ya Jalan Hang Lekiu, sodaranya Hang Tuah itu. Gak mau ambil risiko, saya baca ulang peta. Ternyata benar, ini arah menuju ke Nongsa.
Tancap gas lagi di jalanan sepi. Benar-benar sepi.Hanya berpapasan sekali dua kali dengan sepeda motor. Pernah juga nyalip elf Trans Metro. Tak lama, suasana teduh mulai terasa. Ooh, rupanya di tempat ini memang banyak pohon-pohon besar. Nah itu dia. Di belakang pohon-pohon besar itu terdapat hamparan rumput hijau. Dan, beberapa orang sedang asyik main golf. Ini rupanya Nongsa tuh.
Saya baca ada Palm Spring Golf dan Beach, lalu Tering Bay, juga Batam View. Kebanyakan resort, berpadang golf, dan di sebelah depannya adalah pantai biru dengan hiasan nyiur melambai. Ini sih bukan kelas saya. Kelas warga negara Singapura. Rupanya setiap resort punya dermaga sendiri. Jadi boat atau ferry dari Singapura bisa langsung merapat ke resort itu.
Saya sempat masuk ke sebuah resort, entah apa namanya. Suasananya memang teduh. Lalu ada bangunan tradisional besar beratap sirap. Mobil-mobil mewah parkir di lapangan yang luas. Dari jalan raya memang tidak terlihat. Harus masuk ke resort, baru ketahuan gimana mewahnya resort buat beristirahat orang Singapura itu. Lha, model saya gini mah langsung diusir sama Satpam, he he...
Saya terus menyusuri Jalan Hang Lekiu. Lalu menemukan sebuah jembatan cukup besar. Dan di pinggir sungai ada sebuah dermaga agak besar pula. Ini yang disebut Nongsapura, terminal Ferry buat perahu dari Singapura. Kebetulan ada dua ferry yang sedang merapat. Saya jepret dari arah jembatan. Saya tidak sempat singgah-singgah dulu ke tempat-tempat ini. Soalna mewah teuing...
Lanjut perjalanan bertemu pertigaan lagi, saya ambil belok kanan. "Pasti ketemu pertigaan Hang Lekiu tadi," pikir saya. Ternyata benar, saya muncul di pertigaan Hang Lekiu itu. Dari situ, saya kembali ke arah Batu Besar, pertigaan ke Pantai Sekilak. Penasaran juga, saya laju terus ke Pantai Sekilak. Rupanya pantai di sini sudah dikavling-kavling, ada pemiliknya, termasuk Sekilak ini. Yang mengelola ya Sekilak Adventurer. Mesti bayar Rp 1.000 untuk masuk. Di dalam ada sejumlah permainan, seperti kayak, diving, dll. Karena cuma sendirian, saya jadi malas untuk bermain di pantai.
Akhirnya memutuskan kembali ke Batam Center, menuju ke kantor. Beruntung, bensin motor tidak habis. Kalau habis, tamat riwayat. Karena di sepanjang jalan, benar-benar sepi, tidak ada tukang tambal ban, tidak ada SPBU. Kebayang jauhnya kalau mesti mendorong motor. Ogah deh...
Jam 13.30, tiba di kantor dengan selamat... Minggu depan, kita coba trayek yang lain. Jiga angkot wae nya...(*)

No comments: