Wednesday, December 31, 2008

Tahun 2009 Terlambat Satu Detik


RABU 31 Desember, hari terakhir di tahun 2008. Tahun 2009 akan datang menjelang sekitar 11 jam lagi waktu Indonesia Barat. Itu waktu dalam hitungan Masehi. Dalam hitungan Hijriyah, tahun baru 1 Muharam sudah dimulai hari Senin 29 Desember kemarin.

Tahun Masehi didasarkan pada perhitungan peredaran Matahari atau Syamsiyah. Sementara Hijriah mendasarkan pada peredaran bulan. Matahari dan Bulan, dua benda langit yang menjadi perhitungan kalender, penanggalan umat manusia.

Nah, katanya tahun baru kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Awal tahun baru 2009 akan terlambat satu detik. Sejumlah ilmuwan yang selama ini peduli terhadap standardisasi waktu di seluruh dunia telah sepakat menambah satu detik di akhir tahun 2008.


Seperti dikutip Kompas.com dari Space.com, penambahan ini untuk memastikan dunia tetap tepat waktu. Rotasi Bumi sebagai standar 24 jam masih digunakan dalam penentuan waktu di jam. Padahal, rotasi Bumi dari waktu ke waktu mengalami keterlambatan. Pencairan es di kutub, aktivitas inti Bumi, gelombang laut, dan efek gravitasi Matahari dan Bulan membuat poros rotasi berubah-ubah dan mengalami perlambatan 2 milidetik setiap hari.

Sementara standar yang presisi kini digunakan berdasarkan perhitungan wakwa 1 detik setara dengan waktu yang dibutuhkan sebuah atom cesium untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. Dengan standar tersebut, jam atom hanya terlambat satu detik dalam 200 juta tahun. Akibat perbedaan ini menyebabkan tampilan jam atom harus disesuaikan dengan jam berdasarkan rotasi Bumi.

Tambahan detik yang diatur lembaga standardisasi waktu dunia International Rotation and Reference Systems Service akan dilakukan secara resmi pada malam tahun baru di Greenwich, Inggris. Greenwich selama ini menjadi referensi jam di seluruh dunia dengan sebutan GMT (Greenwich Mean Time) atau Coordinated Universal Time (UTC).

Secara teknis, pada malam tahun baru akan ditambahkan hitungan 23.59.60 sebelum berubah menjadi 00.00.00 memasuki 1 Januari 2009. Sebanyak 200 jam atom yang tersebar di 50 laboratorium di seluruh dunia akan menyesuaikan dengan perubahan ini.

Detik tambahan yang sering disebut Leap Second ini bukan kali pertama dilakukan. Sejak standardisasi waktu dunia disepakati tahun 1972 telah dilakukan 24 kali.

Meski seolah tahun 2009 terlambat satu detik, sebenarnya justru maju beberapa milidetik. Sebab, saat ini jam atom terlambat 0,6 detik sehingga penambahan satu detik membuat waktu Bumi 0,4 detik lebih dulu. Mau maju atau mau mundur, satu detik mah tidak berasa yah? Semoga saja di tahun baru Hijriah dan Masehi ini, amal kita semakin banyak. Amin. (*)

Monday, December 29, 2008

Tahun yang Lebih Baik

1430 tahun sudah jejak langkah Muhammad, nabi terakhir yang membawa risalah penyempurna agama-agama langit sebelumnya. Titik itu dimulai ketika Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah. Titik itu pula yang dipilih Khalifah Umar bin Khattab sebagai titik mula penanggalan tahun Islam.

Karena itu, setiap tanggal 1 bulan Muharam, umat Islam memperingati bergantinya tahun Hijriyah. Tahun yang kemudian dimodifikasi oleh Sultan Agung dari Mataram menjadi Tahun Jawa. Beragam cara untuk memuliakan awal tahun baru itu. Namun pada intinya semua berharap dan berdoa, bahwa tahun yang akan datang akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Seperti diketahui, makna sesungguhnya hijrah adalah perubahan. Dan perubahan adalah sebuah keniscayaan. Jika Barack Obama mengetengahkan slogan "Change, Yes We Can" dan berhasil memenangi pemilihan presiden AS, maka perubahan itu sudah didengungkan sejak 14 abad yang lalu. Ketika Muhammad membawa risalah ketauhidan, hanya menyembah Allah SWT yang satu. Tak hanya membawa perubahan dalam hal keyakinan dan ibadah saja, tapi juga perubahan dalam hal kemasyarakatan atau sosial. Sebuah revolusi, perubahan yang begitu cepat, telah berlangsung. Hanya dalam tempo 23 tahun, masyarakat Arab yang semula berada dalam keadaan jahiliyah, berhasil dibawa ke alam pencerahan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Perubahan itu pun menyebar ke segenap penjuru dunia, menjadikan Islam sebagai keyakinan yang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.

Tercatat dalam sejarah, masa pascahijrah adalah masa kegemilangan pertama Islam. Di kota Madinah, terbentuk sebuah masyarakat yang plural, masyarakat yang harmonis, memiliki toleransi tinggi. Masyarakat, yang kini lebih populer disebut masyarakat madani, itulah yang diimpi-impikan terwujud di negeri ini.

Jika impian membentuk masyarakat madani itu ingin diwujudkan, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah hijrah. Hijrah dari kondisi yang buruk menuju ke keadaan yang baik. Atau hijrah dari keadaan yang baik menuju keadaan yang lebih baik.

Jika beberapa hari lalu, Pemprov Jabar bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menandatangani komitmen untuk tidak korupsi atau Tekor (Teu Korupsi), itulah itikad untuk menuju yang lebih baik. Tentu tak boleh berhenti pada titik itikad saja. Harus ada tindakan nyata, bahwa korupsi benar-benar hilang dari memori bahkan niat para punggawa pemerintahan.

Bahwa pemerintahan daerah di Jabar tidak mungkin menggerus uang rakyat. Dan itu harus dibuktikan. Misalnya saja, seluruh pejabat publik harus sadar diri untuk mengumumkan harta kekayaannya setahun sekali, tanpa diminta KPK.

Hijrah pula yang menebalkan jiwa toleransi dalam hidup bermasyarakat. Toleransi, saling menyayangi di antara sesama kaum muslim dan menghormati agama lain. Bukankah masyarakat madani di zaman Muhammad begitu menghargai kaum Yahudi, selama mereka bersikap adil dan tidak berkhianat. Sebuah toleransi yang kemudian menjadi contoh, menjadi rujukan, hidup bermasyarakat dewasa ini.

Meneladani nilai-nilai yang terkandung dalam hijrah, lalu menerapkannya dalam kehidupan, itulah yang harus dilakukan saat ini. Selamat datang tahun 1430 Hijriyah. Semoga semangat perubahan, semangat berbuat kebaikan, dan bermanfaat bagi orang lain selalu mengiringi setiap langkah kita.(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Senin 29 Desember 2008.

Monday, December 22, 2008

Demam Facebook

BELAKANGAN ini saya jarang menulis di blog. Padahal banyak hal yang ingin saya ungkapkan. Penyebabnya, selain kondisi kesehatan kurang fit, juga rasa malas luar biasa. He he itu mah sudah biasa kali yah. Penyebab lain, nah ini dia, saya sedang asyik di Facebook, jejaring sosial yang lagi ngetren.

Ngetren itu kata kita, lha di negeri luar sana, Facebook sudah lama beken. Di kita, mungkin karena Barack Obama, Facebook jadi menggila. Di sana sini ngomong Facebook, bikin akun Facebook.

Asyik juga main-main di Facebook. Saya bisa bertemu kawan-kawan lama, kawan di SMA dulu. Bayangin saja, saya sudah 16 tahun meninggalkan SMA. Hanya beberapa teman SMA saja, terutama teman-teman Friday, yang masih kontak kiri kanan.

Luar biasa, ternyata Pesbuk mempertemukan kami kembali. Sejak keluar SMA, saya tak pernah tahu kabar Ade Nano Suwardi. Dia bintang kelas di Fisika 2. Terus masuk Akabri Laut. Eh ternyata sekarang dia lagi di Belanda, sampai April 2009. Lagi tugas mengambil KRI Frans Kaisiepo 386 buatan Belanda sana.

Ada pula Dewi Susanti, juga teman sekelas. Kini berjilbab sudah punya dua anak. Terus teman-teman dari kelas lain atau angkatan yang lain. Yanti dari Fisika 3 yang terlihat beda banget. Ada si Roy juga, teman sejak SMP sampai SMA, sekarang Wakapolres Mataram NTB. Ada senior, ada junior. Weuh, poko na mah jiga reunian. Malah minggu kemarin, saya datang ke SMAN 2 Cimahi diundang sama anak-anak angkatan 94 via Facebook juga. Ya memanjangkan silaturahmi lah.(*)

Sakit

MINGGU lalu, saya harus off dari kantor karena diserang penyakit tak karuan. Awalnya demam tinggi, kemudian nyeri tulang di bagian kaki, lutut, dan tangan. Wuih, sakitnya minta ampun. Soal sakit tulang, sebetulnya sudah sering. Tapi tidak sesakit minggu lalu.

Tadinya saya malas pergi berobat ke dokter. Memang saya orang yang tidak terlalu dokterminded, sakit sedikit ke berobat. Bagi saya, selama masih bisa jalan, bisa ngetik, bisa mikir, tidak usah ke dokter, tidak perlu off dari kantor. Cukup minum obat warung juga sembuh. Tapi karena didesak terus sama Bu Eri, yah akhirnya nyerah. Dua hari izin tidak ke kantor dulu.

Ada anggapan orang, sakit itu musibah. Padahal sejatinya, sakit itu adalah berkah. Sakit itu adalah tanda kasih sayang Allah. Dengan sakit itu pula, dosa-dosa kecil seseorang bisa berguguran. Makanya, saat sedang ditimpa sakit apapun, harusnya yang keluar dari mulut itu adalah zikir kepada Allah. Sebagai balasan dari kita atas kasih sayang Allah. Dan saat sakit itulah kita selalu merasa kecil, tak berdaya. Semula segar bugar, lalu sekejap lemah lunglai.

Jadi sesungguhnya, sakit itu hal yang harus disyukuri. Karena kita masih disayang Allah. Jangan risau jika sedang sakit, perbanyak saja zikir. Jikapun saat sakit itu adalah saat terakhir kita menghirup napas, bersyukurlah karena kita tergolong syahid. Sakit memang bukan hal yang harus dihindari, apalagi ditakuti. Senang saja lah, toh bisa istirahat dua hari di rumah.(*)

Saturday, December 20, 2008

Jamban Terburuk

JAWA BARAT berada di posisi paling rendah se-Pulau Jawa dalam urusan hidup bersih dan sehat. Dibanding dengan Banten sekalipun, Jabar ternyata masih kalah. Indeks pola hidup bersih dan sehat Jabar di bawah standar nasional. Jangan bandingkan dengan Jateng dan DI Yogyakarta yang poinnya berada di atas nasional.

Ada 10 indikator pola hidup bersih dan sehat yang menyebabkan posisi Jabar tak bisa lebih bersih dan sehat dibanding Provinsi Banten. Indikator itu antara lain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, air bersih, jamban sehat, dan keluarga tidak merokok.

Jelas saja, bagaimana mau disebut sehat apabila keluarga yang merokok di Jabar mencapai 81,5 persen. Para perokok ini sudah mulai merokok sejak usia 10 tahun. Dan di Jabar prevalensi perokok tertinggi adalah di Kabupaten Cianjur yaitu 39,2 persen.
Siapapun tahu bahwa merokok itu tidak baik atau merusak kesehatan. Tapi slogan itu hanya enak dan gampang diucapkan di mulut saja. Kenyataannya, orang-orang yang sadar dan tahu bahaya rokok, anteng saja mengisap asap nikotin terus menerus bak loko kereta api uap, lalu menyemburkannya ke udara, dan meracuni orang-orang yang tidak pernah merokok.

Tengok pula bagaimana pengetahuan masyarakat Jabar soal jamban. Rupanya masih banyak yang belum memiliki jamban sendiri dan belum tahu cara buang air besar yang benar.
Ini mengherankan, karena di sisi lain, soal konsumsi makanan berisiko seperti junk food, masyarakat Jabar juga tinggi. Artinya untuk makanan impor, masyarakat langsung tanggap, tapi urusan perjambanan tidak mau tahu.

Letak geografis Jabar yang dekat dengan ibukota negara tak menjamin masyarakatnya sadar soal jamban. Keberadaan fakultas kedokteran yang menjadi kejaran mahasiswa dari Malaysia dan sekolah tinggi kesehatan di tanah Parahyangan ini tak membuat tingkat kesehatan masyarakat lantas membaik.

Jabar dikenal sebagai penghasil sayuran, tapi 97 persen masyarakatnya kurang mengonsumsi buah dan sayur. Ironi bukan? Hidup sehat ternyata tidak bisa sendirian. Bagaimanapun, lingkungan akan mempengaruhi cara hidup sehat seseorang. Menjalankan pola hidup bersih dan sehat harus digerakkan secara bersama-sama. Jika satu keluarga tidak sehat, akan menular kepada keluarga yang lain.

Tapi upaya tetap harus dilakukan, karena itulah yang akan mengubah kebiasaan. Mulai dari yang kecil; membiasakan cuci tangan dengan sabun, biasakan memakai jamban, bersalin pada tenaga kesehatan, biasa berolahraga dan pola makan teratur.
Hidup seimbang, begitu kata orang pintar, pangkal hidup sehat.(*)
Sorot, Dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Jumat 19 Desember 2008.

Thursday, December 11, 2008

Antikorupsi

TANGGAL 9 Desember kemarin adalah hari saat seluruh elemen masyarakat berteriak sekencang-kencangnya menyatakan diri antikorupsi. Ya setiap 9 Desember diperingati sebagai Hari Antikorupsi se-Dunia. Sebagai bagian dari warga dunia, tentu saja kita pun harus berteriak kencang antikorupsi.

Sayangnya teriakan kita itu tidak cukup membukakan mata dan telinga para koruptor di negeri ini. Slogan tidak pada korupsi saja tak cukup membuat ciut nyali para koruptor. Data BPK tahun 2007, uang negara yang dikorupsi sebesar Rp 6,6 triliun.

Institusi yang paling banyak korup adalah pemda, menyusul kemudian BUMN. Global Corruption Barometer menempatkan pemda, kepolisian, parlemen, pengadilan, dan partai politik, sebagai institusi dan lembaga yang korup. Indonesia Corruption Watch (ICW) menempatkan DPR sebagai lembaga terkorup. Dan kasus korupsi yang paling banyak menyeret anggota dewan adalah kasus dana BLBI.

Kalau melihat reputasi parlemen kita yang terhormat dalam soal korup-mengorup, memang hal yang wajar stigma itu dilekatkan. Kasus-kasus korupsi besar di tingkat nasional selalu melibatkan anggota dewan. Hitung saja berapa banyak anggota parleman yang meringkuk di sel Kejagung ataupun KPK.

Menyusul kemudian koruptor dari kalangan eksekutif. Lihat betapa sesaknya rutan Brimob Kelapa Dua oleh tersangka korupsi pengadaan alat berat dan pemadam kebakaran. Mereka kebanyakan adalah pejabat dan mantan pejabat eksekutif atau kepala daerah dan mantan kepala daerah di sejumlah daerah di Indonesia.

Berkata tidak pada korupsi adalah sebuah keharusan. Bagaimanapun korupsi sangat menyengsarakan kehidupan rakyat banyak. Bukankah uang negara sejatinya adalah uang rakyat yang dititipkan untuk dikelola dan dijalankan secara amanah agar masyakarat menjadi sejahtera.

Karena itu kita harus menyamput gembira dan mendukung sepenuhnya pembuatan kantin- kantin kejujuran yang dimulai dari sekolah-sekolah. Merekalah, para pelajar, yang akan menjadi ujung tombak pemberantasan korupsi di masa yang akan datang.
Apabila sikap jujur sudah tertanam sejak dini, sudah menjadi bagian dari hidup, setidaknya jalur niatan awal untuk korupsi sudah dipotong.

Harus diakui, sikap jujur itu mudah diucapkan, tapi sulit dilaksanakan. Kadang-kadang lingkungan juga mendukung kita untuk berbuat tidak jujur. Dalam pergaulan kehidupan masyarakat dulu, --mungkin juga masih berlangsung sampai sekarang-- dikenal istilah dalam bahasa Sunda, darmaji, dahar lima ngaku hiji. Makan lima pisang goreng, saat membayar mengakunya cuma makan satu. Alhasil, empat pisang goreng lainnya free.

Tentu kita tidak menginginkan generasi mendatang adalah generasi darmaji, generasi yang lebih suka me-mark up anggaran, generasi yang suka menilap uang proyek, menerima uang tak halal atau suap dari pengusaha untuk meloloskan proyek.
Belajar dari kantin kejujuran, saatnya kita belajar jujur pada diri sendiri, memulai dari hal yang kecil, dan tak ragu untuk memulainya sekarang juga.(*)
SOROT, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Rabu 10 Desember 2008.

Monday, December 08, 2008

Hari Bersejarah

BAGI kaum muslimin, Idul Adha tentu memiliki makna besar. Tapi bagi crew Tribun Jabar, Idul Adha tahun 2008 atau 1429 H punya arti lebih besar lagi. Bahkan, inilah hari bersejarah. Hari yang sesungguhnya dinanti-nanti oleh kami.
Senin 8 Desember 2008 akan dicatat sebagai hari yang untuk pertama kalinya Tribun Jabar --sejak masih bernama Metro Bandung, tidak terbit pada tanggal merah. Wow. bayangkan butuh waktu hampir sembilan tahun, untuk menunggu kapan tanggal merah kami bisa seperti yang lain, ikut libur. Ya setidaknya, sehari sebelum tanggal merah itu bisa kami nikmati seharian seperti halnya orang lain libur.

Entah bagaimana ceritanya, manajemen Tribun memutuskan untuk tidak menerbitkan koran pada Idul Adha kali ini. Tentu banyak perhitungan, terutama soal sirkulasi yang kurang menguntungkan. Di Hari Idul Adha, para pengecer koran lebih banyak berburu daging kurban ketimbang mengedarkan koran. Jadi tujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat saat libur pun tidak tercapai. Kira-kira mungkin begitu alasan pokoknya.

Yang pasti, kami menyambut gembira hari libur ini. Meski pada tanggal merah lainnya pasti akan tetap terbit. Ya setahun sekali eh dua kali, dengan liburan Idul Fitri, kami bisa istirahat sejenak dari keriuhan dunia informasi.

Memang terasa ada yang aneh. Kami biasa tidak libur dan dianggap alien oleh orang lain. "Tanggal merah kok kerja," begitu istri saya ngomel. Dan memang kami lebih suka atau menikmati dibilang aneh. Asal koran ini bisa maju. Nikmati yang ada, menarik napas sejenak karena hidup ini tak selamanya berlari kencang, lalu kembali berlari, berlari, dan terus berlari.(*)

Thursday, December 04, 2008

Air

AIR adalah sumber kehidupan dan menghidupkan. Air itu suci dan mensucikan, kecuali karena beberapa hal jadi tidak suci. Begitu pelajaran yang pernah saya dapat waktu mengkaji kitab fikih Safinah, waktu kecil dulu. Dan sudah menjadi pengetahuan umum, bumi ini sebagian besar dikuasai oleh air. Bahkan tubuh kita pun lebih banyak cairannya ketimbang benda padat.

Dulu, waktu belajar cara bertahan hidup di hutan (jungle survival), saya diberi tahu, tanpa makanan, manusia bisa bertahan sampai 7 hari bahkan lebih. Tapi tanpa air, manusia hanya bisa bertahan 2 hari, ya molor sedikit lah jadi 2,5 hari.

Air pula yang jadi persoalan selama seminggu terakhir ini di rumah. Rumah baru berlantai 2 itu sudah bisa dihuni, tapi tak ada air. Terpaksa untuk kebutuhan yang berkaitan dengan air, harus mengungsi "angkaribung" bawa handuk dan peralatan lainnya ke rumah kakak atau rumah warung di sebelah.

Beruntung, upaya tim pengebor untuk menuntaskan pembuatan lubang sedalam 35 meter bisa tuntas dua hari lalu. Air pun sudah mengucur melalui pipa-pipa paralon berbagai ukuran, lalu mendarat di penampung besar dari

plastik berwarna oranye. Orang menyebutnya Toren (apa begitu menulisnya?)

Kini air sudah memancur dari kran-kran di kamar mandi, tempat cuci, dapur, wastafel. Tapi bukan berarti persoalan selesai. Water heater ternyata tidak bisa jalan (jelas dong, gak punya kaki!). Maksudnya, water heater tidak berfungsi. Padahal baterai sudah diganti, regulator gas sudah dipasang. Ditilik sana tilik sini, sepertinya tidak ada yang rusak. Masa si barang baru sudah rusak?

Tapi pagi tadi ketemu penyebabnya. Ternyata posisi Toren yang disimpan di dak atas kamar mandi kurang tinggi, sehingga tekanan air tidak cukup kuat untuk memicu pemantik api di water heater. Artinya, saya punya kerjaan lagi agar shower bisa berfungsi dan anak-anak bisa mandi di pagi hari dengan nyaman. Kerjaan berarti uang, uang berarti waktu. Jadi carilah waktu, maka akan ketemu uang. Setelelah itu baru bisa bekerja, ha ha ha.(*)