Monday, January 04, 2016

Candi Bentar Makam Pak Jenderal - Bagian 1 (Seri Sejarah Cimahi)

TEMPATNYA tersembunyi di balik warung-warung makan dan bengkel di Jalan Daeng Moh Ardiwinata, persis di seberang jalan masuk ke kawasan perkantoran Pemkot Cimahi. Tak heran jika banyak yang tidak tahu mengenai tempat ini. Sebuah gerbang berbentuk candi bentar menghiasi kompleks makam yang tidak begitu besar ini. Pagar paling luar, berupa pagar bambu yang pintunya dikancingkan seutas kawat.


Kondisi sekitar kompleks permakaman itu kurang terawat. Rumput liar tumbuh sesukanya. Di bagian selatan kompleks ini, tengah dibangun lapak-lapak, konon katanya akan dijadikan Pasar.

Saya mengenalnya sebagai makam Pak Jenderal, seperti halnya warga di sekitar Jati dan Leuwidadap menyebutnya. Saya masih ingat ketika Pak Jenderal meninggal. Sebagai anak kecil ketika itu, pertengahan 80-an, saya berdesak-desakan ingin melihat dari dekat prosesi pemakaman. Tapi barisan tentara yang mengadang di dekat kompleks makam mengurungkan niat saya untuk terus menerobos mendekati makam.
Tembakan salvo memecah udara mengagetkan saya dan bocah-bocah lainnya ketika peti mati Pak Jenderal diusung memasuki komplek makam. Itulah letusan peluru yang pertama kali singgah di telinga saya.

Waktu berlalu, situasi pun sudah jauh berubah. Tanah Pak Jenderal yang luas, kini sudah berganti wajah. Sawah-sawah yang hijau, kebun cengkeh yang teduh, bedeng yang seram, kolam-kolam yang tenteram, kini sudah berganti wajah menjadi Duta Regency, SPBU, Borma, bengkel, serta warung-warung makan.
Lalu siapakah Pak Jenderal yang jasadnya berbaring di tempat ini? (*)