Monday, July 28, 2008

Hannibal From Indonesia

RASANYA 10 jenazah yang ditemukan dikubur di halaman rumah orang tuanya, cukup untuk menabalkan Very Idham Heryansyah alias Ryan, gay asal Jombang, sebagai psikopat kelas wahid sekelas dengan Hannibal di film "Silence of The Lamb" dan sekuel-sekuelnya.

Ryan tak memiliki rasa bersalah sedikitpun ketika mayat-mayat itu berhasil ditemukan polisi. Ia dingin saja saat menunjukkan lokasi korban-korbannya dikubur di seputar rumah orang tuanya.

Kalau saja kasus pembunuhan mutilasi di dekat Ragunan tidak berhasil diungkap, sangat mungkin korban Ryan bakal bertambah. Heri Santoso adalah korban mutilasi itu. Setelah diselidiki polisi, terkuak pembunuh Heri adalah Ryan. Gara-garanya, Heri "naksir" Noval, pasangan gay Ryan, yang dilihatnya di ponsel milik Ryan. Padahal saat itu, mereka baru saja berhubungan sesama gay di apartemen yang ditempati Ryan dan Noval di Margonda.

Posesif, begitu katanya kejiwaan Ryan. Gampang tersinggung, dan langsung meledak kemarahannya bila ada sedikit saja pasal yang membuatnya tak nyaman. Dengan tenang pula, tanpa ada belas kasihan atau tega, Ryan mengerat tubuh Heri menjadi tujuh bagian dan memasukkan ke dalam tas.

Dan yang membuat ia layak diberi gelar Hannibal from Indonesia, ternyata korbannya tak cuma satu. Tapi ada sepuluh. Pertama, ada empat mayat yang ditemukan di halaman rumah. Lalu bertambah lagi lima jenazah. Semua korban adalah orang-orang yang dilaporkan hilang dan saat terakhir terlihat bersama Ryan.

Selain karena urusan gay, motif pembunuhan pun sangat mungkin terkair materi. Karena ternyata seorang ibu rumah tangga, Nani, dan anaknya Silvi, pun jadi korban keganasan Ryan. Gila yah orang kalo sudah tidak bisa lagi memandang mana yang benar dan yang salah, sikat saja. Yang penting persoalan beres.

Pantas saja aksi Ryan ini membuat ketakutan kaum gay di Jakarta. Mereka jadi paranoid kalau bertemu orang yang belum mereka kenal. Lalu keluarga orang yang hilang pun, juga jadi parno. Khawatir anggota keluarga mereka itu jadi korban Ryan.

Sunday, July 27, 2008

Persib Takluk 0-1 di Jayapura

LAGA tandang pertama Persib Bandung membuahkan awan mendung. Setelah kalah di kandang melawan Persija Jakarta, pekan lalu, kini giliran Persipura Jayapura yang membungkam Persib di Stadion Mandala Jayapura.

Gol semata wayang hasil sepakan Luis Kabes di menit ke-77 itu tak mampu dibalas anak-anak Maung Bandung. Masih beruntung, Persib bisa bertahan dari tekanan bergelombang dari tuan rumah. Posisi Persib di klasemen sementara Indonesia Super League, terus melorot. Sebelumnya ada di posisi 10, sekarang tentu makin terpuruk. Karena pada waktu sesudahnya, Persik menang besar 4-0 atas PSIS, sehingga menyalip Persib.

Pertandingan kali ini tidak disiarkan televisi. Tak heran, kuping ini yang rancung-rancung mendengarkan siaran pandangan mata dari RRI Bandung. Ingat hal ini, jadi ingat pertandingan bola tahun 80-an saat Persib bermusuhan dengan PSMS Medan.

Saat itu, cuma ada TVRI, satu-satunya stasiun televisi. Pertandingan yang disiarkan paling-paling cuma semifinal atau final Perserikatan. Radio lah yang menjadi kesayangan, mewartakan setiap kemenangan dan kekalahan Persib Bandung. Budaya lisan, bukan visual, yang membesarkan saya sekaligus menumbuhkan imajinasi dan cita-cita selangit untuk menjadi pemain Persib Bandung.

Sejak usia 6 tahun, setiap sore, saya pasti berlatih sepakbola. Di lapangan gersang di Kebon Jeruk, atau di lahan sempit di sela-sela pohon cemara RS Cibabat. Ah, masa kecil memang kenangan indah. Saking hobinya main bola, Mama menyangka saya benar-benar akan menjadi pemain Persib.(*)

Saturday, July 26, 2008

Lowongan Berkarier di Koran

KAMIS lalu, rekan saya dari Batam, Agus TH, menyapa via YM. Obrol sana sini, Agus pun menyinggung soal pembukaan koran baru di Manado. "Mau ke Manado gak, tahun ini lho," kata dia. "Oh saya sih oke saja, tergantung penugasan lah," kata saya balik menjawab.
Rupanya omongan Agus memang benar. Jumat kemarin, muncul lowongan kerja untuk berbagai posisi di milis PersdaNetwork dan milis lainnya. Penempatannya memang di Manado Sulawesi Utara. Bagi teman-teman yang berminat, berdaya juang tinggi, bersemangat untuk meniti karier di dunia jurnalistik, mungkin bisa mencoba mengirim lamaran. Berikut, pengumuman lowongan kerja itu:

Kelompok Penerbit Koran Daerah - Kompas Gramedia, dalam rangka mengembangkan usahanya di Kota Manado dan Sulawesi Utara, membutuhkan tenaga kerja yang dinamis, menyukai tantangan, dan ingin mengembangkan karir untuk mengisi posisi:

1. MANAGER PEMASARAN kode (MPMS)
- S1 semua jurusan
- Pengalaman sebagai Manager Pemasaran/Pemasaran Iklan/Sirkulasi Koran min. 2 thn

2. MANAGER SDM dan UMUM kode (MSDM)
- S 1 jurusan Psikologi/Hukum/ Manajemen
- Pengalaman sebagai Manager SDM dan Umum min. 2 thn
- Menguasai bidang rekrutmen, seleksi, remunerasi, ketentuan ketenagakerjaan, pengembangan manajemen & organisasi, hubungan industrial, dan lain-lain.

3. MANAGER PERCETAKAN kode (MCTK)
- S1 semua jurusan
- Pengalaman sebagai Manager Percetakan Koran min. 2 thn
- Tidak buta warna

4. REDAKTUR kode (RED)
- S1 semua jurusan
- Pengalaman sebagai Redaktur min. 2 thn dan Wartawan min. 5 tahun

5. MANAGER KEUANGAN kode (MK)
- S1 Akuntansi
- Pengalaman sebagai Manager Keuangan/Akunting min. 2 thn

6. STAF PEMASARAN kode (PMS)
- S1 semua jurusan
- Pengalaman di bidang yang sama min. 1 thn
- Memiliki SIM A/C

7. DESAIN GRAFIS/LAY OUT kode (DG/LO)
- Pria, SLTA/ D III lebih disukai dari jurusan Grafika/ Desain (harap melampirkan contoh karya)
- Menguasai Corel Draw, Adobe Photoshop, Free Hand, dan Page Maker.
- Tidak buta warna

8. OPERATOR CETAK kode (OP)
- Pria, SMA/SMK/D III/ S1 jurusan Grafika, Elektro, dan Mesin
- Tidak buta warna

Kirimkan lamaran lengkap, CV, Pas Foto 2 lbr ukuran 4 x 6. & fotokopi KTP ke:
PO BOX 1298
JKB 11012


Cantumkan kode posisi di sudut kiri atas amplop.
Lamaran ditunggu 15 Agustus 2008 (Cap Pos) minggu setelah pemuatan iklan ini.
Hanya pelamar yang memenuhi persyaratan yang akan dipanggil seleksi.
Atau dikrimkan melalui email: rsa@sdm.kompasgrame dia.com

Wednesday, July 23, 2008

Golput Jadi Gubernur di Jatim

INI bukan basa-basi, seperti iklan rokok itu. Golongan putih alias golput-lah yang ternyata menjadi gubernur di Jatim. Kok bisa? Ya bisa saja, kalau kebanyakan orang Jatim, terutama yang punya hak pilih, ternyata memutuskan tidak memilih satu dari lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jatim dalam pemungutan suara, tadi pagi.

Berdasarkan penghitungan cepat sejumlah lembaga survei ataupun pusat kajian, seperti Lingkaran Survei Indonesia dan Puskaptis, Golput mendapat suara antara 30-40 persen. Pasangan yang paling tinggi mendapat suara, masih berdasar quick count, adalah Soekarwo dan Syaifullah Yusuf (Karsa). Perolehan suaranya di kisaran 25-27 persen. Sementara posisi kedua adalah Khofifah Indarparawansa-Mujiono (Kaji) yang mendapat suara di kisaran 24-25 persen. Padahal untuk jadi pemenang Pilgub dalam satu putaran, pasangan kandidat butuh sedikitnya 30 persen. Tiga pasangan lainnya, Sucipto-Ridwan Hisham, Soenaryo-Ali Maschan Moesa, dan Pasangan Aksan, jelas di bawah Karsa dan Kaji.

Seperti halnya di Jabar, Pilgub di Jatim pun jadi kuburan partai-partai besar. PKB sebagai pemenang pemilu di Jatim, kolaps. Pasangan yang diusungnya jeblok total, di urutan paling buncit. Begitu pula dengan PDIP dan Partai Golkar, calon-calon mereka bertumbangan. Karsa adalah pasangan yang diusung PAN dan Demokrat, sementara Kaji diusung PPP dan koalisi partai kecil lainnya. Tinggal memilih siapa di antara Kaji dan Karsa yang akan berjaya di Pilgub putaran kedua.

Lha karena paling banyak memperoleh suara, jadilah Golput didaulat menjadi Gubernur Jatim. Saking banyaknya yang tidak memilih, di salah satu TPS di Banyuwangi, tak satu pun pemilih yang datang. Walah, kebangetan memang.

Kenapa yah Golput kok kian banyak? Waktu Pilgub Jabar tempo hari, golput juga lumayan tinggi antara 26-35 persen. Apakah ini tanda-tanda orang sudah malas mengikuti pemilihan secara langsung yang begitu-begitu saja? Pasti memang sejuta alasan pemilih untuk tidak memilih. Mungkin alasan ideologi, calon yang tidak klop, terbentur dengan waktu kerja dan mencari nafkah, dan sebagainya.

Kalau alasannya karena orang sudah malas, bahkan muak, dengan pilkada yang seluruh calonnya selalu jual kecap nomor satu, ini yang berbahaya. Kalau tidak ada lagi yang mau memilih, buat apa digelar pilkada langsung. Tidak perlu membuang-buang uang dengan pemilihan segala macam. Tunjuk saja, seperti dulu, pejabat gubernur, bupati, dan walikota. Cilaka 12 kalau begitu. Runtuhlah demokrasi di Indonesia kalau begitu. Tak ada demokrasi tanpa pemilihan secara langsung. Mungkin.

Jangan-jangan hal yang sama akan terjadi pula di Kota Bandung. 10 Agustus, warga Bandung akan memilih wali kota dan wakil wali kota. Apakah rakyat Bandung juga menderita apatis tingkat tinggi sehingga tak mau memilih? Mudah-mudahan tidak.(*)

Memilih Pemimpin Bandung

PAGI ini, tiga pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung menyampaikan visi dan misi mereka tentang Kota Bandung di hadapan anggota DPRD Kota Bandung. Ketiga pasangan ini adalah Dada Rosada-Ayi Vivananda (Dada-Ayi), Taufikurahman-Abu Syauqi (Trendi), dan HE Hudaya-Nahadi (Hadi).

Pemilihan kali ini merupakan sejarah bagi Kota Bandung dan Indonesia. Bagi warga Bandung, inilah untuk pertama kalinya bisa memilih wali kota secara langsung. Dan untuk Indonesia, untuk pertama kalinya pula calon wali kota dan wakil wali kota dari jalur independen atau perseorangan bakal diuji.

Dari tiga pasangan itu, Hadi adalah calon independen. Dada-Ayi diusung koalisi besar Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, PPP, PAN, PBB, dan belasan partai lainnya. Sementara Trendi diusung PKS dan didukung empat partai kecil.

Sosialisasi sudah digelar KPU dengan sejumlah cara. Baliho, spanduk, iklan di media massa, dipasang agar warga Kota Bandung berpartisipasi aktif dalam pemilihan ini. Begitu pula para calon, jauh-jauh hari sudah berkampanye secara terselubung. Baliho besar bertebaran di sudut kota. Spanduk, pamflet dipasang di berbagai tempat.

Mereka pun rajin bersilaturahmi dari masjid ke masjid, dari satu pasar ke pasar yang lain, dari satu komunitas ke komunitas yang lain, dari satu desa ke desa lain, dari satu undangan ke undangan yang lain, dari satu rumah makan ke rumah makan yang lain, dari satu seminar ke seminar yang lain, dari satu diskusi ke satu diskusi yang lain. Banyak hal yang menjadi dalih bahwa itu bukan kampanye. Toh Panwaslu sebagai wasit Pilkada tak akan menjatuhkan vonis atau sanksi berat. Alasannnya klasik: masa kampanye belum dimulai.

Tak ketinggalan, mereka pun berlomba mendatangi kantor media massa, termasuk Tribun. Semua calon datang, menggadang-gadang keunggulan mereka. Bagi mereka yang akan berlaga di Pilkada, media massa adalah ujung tombak untuk mendongkrak citra dan popularitas.

Memang dari semua calon, Dada Rosada sebagai incumbent sudah unggul start. Dia sudah lebih dulu populer ketimbang calon yang lain. Programnya sudah dirasakan sebagian masyarakat. walau banyak pula yang tidak puas dengan kinerja Dada selama lima tahun terakhir ini.

Tapi tunggu dulu. Dikenal orang bukan berarti dia akan dipilih. Karakteristik kebanyakan masyarakat Kota Bandung sudah masuk kategori urban, kota besar. Tingkat intelektualitasnya cukup tinggi, namun dengan tingkat kepedulian yang rendah. Saat ini saja, Pilwalkot kurang bergaung di tengah masyarakat.

Cuek, tak peduli. Siapapun yang jadi pemimpin, silakan saja, asal hidup bisa tenang, kerja nyaman, dan mendatangkan uang. Itulah prinsip kerja kaum kreatif yang mendominasi sebagian besar kaum muda di Bandung. Saat launching pengenalan para calon, respon masyarakat dingin-dingin saja. Tak heran, sejumlah kalangan mengkhawatirkan tingginya golput.

Mulai Kamis besok, para kandidat memulai kampanye terbuka. Mungkin dari acara itu ada yang bisa dilihat, seperti apa sikap calon berikut pendukung-pendukungnya. Bagaimana strateginya untuk menyejahterakan warga Bandung, membuat nyaman dan mengembalikan nama Kota Kembang.

Pada 10 Agustus mendatang, pilihlah pemimpin Kota Bandung yang sesuai dengan hati nurani. Saya doakan, semoga pemimpin Bandung mendatang akan membawa perubahan dan kemajuan yang nyata dirasakan warga. Saya hanya melihat dari jauh saja, karena tidak mungkin ikut mencoblos. Saya warga Bandung Coret. (*)

Tuesday, July 22, 2008

Syeikh Ali, Imam Assudais, dan Umrah

MALAM ini saya mendengarkan lantunan murottal dari Syeikh Ali ibn Abdul Rahman Al Hudzaifi sebelum pulang ke rumah. MP3-nya hasil free download, di blognya Saif. Ingatan langsung menerawang ke masa dua tahun silam begitu mendengar suara Syeikh Ali. Tepat pada 22 Juli, saya berada di Mekkah Almukarromah. Alloh menakdirkan saya untuk menunaikan umrah saat itu.

Di Kiblatnya kaum muslimin itu, Syeikh Ali memang yang paling sering mengimami salat wajib. Terkecuali pada salat-salat tertentu, imam besar Masjidil Haram Syeikh Abdul Rahman Al Sudais yang mengimami.
Dan memang yang paling dinanti kemunculannya oleh jemaah adalah Syeikh Abdul Rahman Al Sudais ini. Suaranya kecil tinggi dengan cara membaca agak cepat membuat siapapun yang mendengarkan suara akan tenggelam dalam lantunan suara itu. Ditambah lagi kalo khusyuk, tak terasa air mata akan mengucur tanpa bisa ditahan-tahan saat Imam Assudais memimpin salat.

Rasanya Ka'bah masih di depan mata walau waktu telah berlalu dua tahun. Masih terasa tangan ini menggelayut di Kiswah saat bermunajat di Multazam. Masih terasa bibir ini menyentuh batu dari surga, Hajar Aswad. Alloh memudahkan saya untuk menyentuh dan mencium batu hitam itu berulang-ulang di setiap putaran Tawaf.

Keberangkatan ke Mekkah sendiri merupakan rezeki yang datang tak terduga dari Alloh. Saya sedang menunggu anak yang tengah sakit di rumah sakit Cibabat. Ketika itu malam-malam. Saya dan Bu Eri yang jaga Kaka. Tiba-tiba deringan bunyi ponsel memutus obrolan kami.

Saat dilihat, nomornya Kang Yusran, bos redaksi. Wah, pikiran ini sudah penuh dengan syak wasangka. Soalnya, saat mengobrol itu, saya membicarakan tentang kemungkinan saya ditugaskan ke Batam dalam waktu dekat.

Ternyata bukan tugas ke Batam yang didapat, tapi tugas ke Mekkah Almukarromah. Kang Yusran menyampaikan amanat perusahaan bahwa saya ditunjuk untuk umrah atas biaya dari sponsor. Subhanalloh. Siapa sangka, saya yang sedang mendapat musibah karena anak di rumah sakit, dan akan ditugaskan ke luar pulau, ternyata malah ditugaskan ke tanah suci. Alhamdulillah. Hanya puji syukur yang bisa kami sekeluarga panjatkan atas nikmat karunia dari Alloh ini. Mudah-mudahan hasil dari umrah itu membawa kebaikan bagi kita semua. Amiin. (*)

Spanduk yang Menyemangati


MUNGKIN tidak banyak ditemukan spanduk semacam ini. Spanduk yang --bagi saya-- betul-betul inspiratif, dan yang terutama, menyemangati. Saya menemukannya saat berkeliling di Kabupaten Majalengka, beberapa bulan lalu. Di daerah lain, atau di Kota Bandung, saya tak pernah menemukan spanduk sejenis ini.

Spanduk ini dipasang di pagar kawat sebuah SMA Negeri di Jalan KH Abdul Halim. Kebetulan, saya memang sedang mengunjungi sekolah tersebut. Saat mau pulang, saya nengok ke sebelah kiri, ternyata ada foto ini. Langsung saja saya jepret.

Tulisan dalam spanduk itu sebenarnya sederhana saja. Begini lengkapnya: "Baca Bismillah, Berdoa, Minta Restu Orangtua, Sodaqoh & Yakin Bisa...MAKA KITA PASTI SUKSES"

Luar biasa, bagi saya, spanduk ini begitu menyemangati. Memang begitulah, agar setiap usaha kita lancar, kita butuh dorongan spiritual. Jangan lupa untuk mengawali setiap langkah kita dengan ucapan Basmallah. Karena itulah yang akan menentukan langkah kita ini tergolong amal ibadah atau bukan. Berdoalah yang khusuk, memohon pada Alloh agar usaha kita berhasil.

Tak lupa, restu orangtua. Karena bagaimanapun, ridho Alloh SWT tergantung ridho orangtua. Kalau orangtua saja sudah ridho kita untuk sukses dan berhasil, Alloh SWT pun akan ringan memberi kemudahan dan bantuan.

Lalu sodaqoh atau sedekah. Kadang-kadang hal ini dilupakan. Padahal kekuatan sedekah, Power of Sodaqoh (seperti pernah saya tulis), itu sangat luar biasa. Sedekah bisa membuat hal tidak mungkin menjadi mungkin. Sedekah membuat pertolongan Alloh SWT datang begitu cepat dan dari arah yang tak pernah kita sangka.

Hal utama adalah yakin bisa dengan apapun yang kita kerjakan. Dan insya Alloh, kita pasti sukses.(*)


Cara Mudah Dapat Uang Miliaran Rupiah

SAYA tak habis pikir, kok orang lain mudah sekali yah dapat uang sampai miliaran rupiah. Kerja di BUMN berapa tahun, lalu punya rumah mewah. Kerja di instansi pemerintahan sekian tahun, punya mobil mewah. Ketiban proyek anu, tak lama beli tanah di mana-mana. Wow, luar biasa memang orang Indonesia ini.

Sayangnya, nah ini yang patut disayangkan. Uang itu bukan haknya, tapi hasil nyamber hasil ngembat alias korupssss... (saking guedenya nilai uang itu, dan terlalu banyaknya kasus korupsi). Coba tengok kasus yang melibatkan tiga petugas Pajak. Mereka mengaudit sebuah perusahaan multimedia. Ya mungkin karena ada persoalan dalam audit itu, lalu menggelosorlah duit Rp 4,5 miliar. Wow, sekali lagi luar biasa. Betapa mudah menghasilkan uang miliaran di negeri ini.

Nah Senin kemarin, para pelaku berikut duit yang segepok-segepok itu ditunjukkan. Saya hanya bisa melongo lihat tumpukan duit segitu. Sambil bercanda dengan redaktur bisnis Erwin Ardian, saya bilang,"Seumur hidup ditambah keturunan kita kerja sebagai wartawan pun tak akan pernah bisa punya uang sebanyak itu". Candaan saya disambut tawa pahit Erwin.

Lha, sementara saya, susahnya setengah mati untuk mendapatkan kredit yang nilainya tak ada seujung kuku pun dari hasil korupsi mereka. Saya hanya butuh 70 juta untuk meneruskan pembangunan rumah berlantai dua. Itu pun setengahnya sudah dipotong untuk bayar utang ke saudara saya. Jadi riilnya untuk rumah, hanya 35 juta perak. Dan itu pasti tidak akan cukup. Dijamin. Cuma, ya segitulah kemampuan saya dan Bu Eri untuk mencicil utang itu per bulan, hanya dibatas dana 70 juta.

Semua bank menolak ajuan kredit. Mereka tak rela, kreditnya macet, gara-gara rumah saya ada di tengah kampung. Mereka tak percaya saya bisa melunasi utang tanpa perlu menunggak. Tapi coba bandingkan dengan kasus korupsi di Bank Jabar yang melibatkan sebuah perusahaan. Perusahaan itu membuat proyek fiktif senilai Rp 9,2 miliar dan mengajuan kredit ke Bank Jabar.

Tanpa perlu memohon belas kasihan, si direktur perusahaan yang kini buron itu mendapat kredit Rp 4,8 miliar berkat bantuan orang dalam bank. Tanpa perlu verifikasi apalagi survei-survei segala, kredit pun mengucur memenuhi kantong-kantong dan menggemukkan rekening.

Tengok pula, kasus di DPR RI. Anggota Dewan begitu mudah meminta uang miliar rupiah sebagai ongkos jalan dan ongkos menganggukkan kepala tanda setuju proyek di Bintan. Cermati pula ulah Jaksa Urip yang begitu enteng minta tambah komisi sekian miliar hasil jasa menggagalkan Sjamsul Nursalim masuk penjara.

Begitu pula di instansi pemerintahan daerah. Hasil laporan BKP menyebutkan, Garut sebagai kota paling korup, dalam artian banyak kasus korupsi terjadi di Kota Dodol itu. Sampai kini, bupatinya masih mendekam di penjara karena memerkaya diri.

Mbledoss, memang bobrok negara ini. Tapi saya sangat sangat bersyukur kepada Alloh SWT, saya tak ikutan bobrok. Saya banting tulang, berangkat pagi pulang tengah malam kadang dini hari, menghasilkan uang yang halal, 100 persen dijamin halal. Dan saya menikmati itu semua. Soal rezeki, nanti akan datang dari tempat yang tak pernah kita duga. Asal yakin, berjuang keras, lalu tawakal.(*)

Monday, July 21, 2008

100 Tahun Gereja Cimahi


GEREJA di pojokan jalan Baros-Jalan Sudirman itu ternyata sudah berusia 100 tahun alias seabad. Minggu kemarin ada acara memeringatinya berupa gerak jalan peduli lingkungan. Semula saya tidak terlalu memerhatikan. Tapi setelah melihat bagian depan kaus putih yang dipakai peserta gerak jalan, terbaca ada kata-kata bahasa Latin. Hanya saya tidak tahu tulisannya, karena terlalu jauh. Penasaran, saya cari tahu kemana para peserta gerak jalan ini finish.

Oh, ternyata di Gereja St Ignatius Baros. Rupanya gerak jalan itu bagian dari peringatan 100 tahun gereja tua itu. Kalau melihat gereja ini, saya selalu ingat dengan lonceng besarnya. Sejak SMP dan SMA --saya sekolah di SMP 3 dan SMA 2 Sriwijaya-- saya selalu berangkat ke sekolah jalan kaki. Biasanya saat tiba, kelas masih sepi. Karena saya datang selalu kurang dari jam 6 pagi. Dari mana saya tahu itu belum jam enam, karena lonceng di gereja itulah penandanya. Dentang lonceng tua gereja itu memecah keheningan pagi setiap pukul enam pagi. Jadi saya tahu, sudah ada di sekolah sebelum jam enam pagi.

Saya belum pernah tahu sejarah gereja St Ignatius ini. Tapi kalau melihat sejarah Kota Cimahi, tentu pembangunannnya terkait dengan persiapan Bandung menjadi pengganti Batavia sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Juga terkait dengan pembangunan Cimahi sebagai kota militer. Konon, gereja ini mulai dibangun pada 1906 dan diresmikan pada 1908. Jadi usianya setua Budi Utomo. Kabarnya pula, gereja Katolik ini diperuntukan bagi orang Belanda dan Flores yang saat itu banyak yang menjadi anggota KNIL (tentara Hindia Belanda).

Sebagaimana diketahui, untuk menjadikan Cimahi sebagai kota militer, pemerintah Hindia Belanda membangun sejumlah pusat persenjataan, pendidikan, dan penjara militer, juga rumah sakit militer. Tentu orang Cimahi sudah teu bireuk deui dengan nama Rumah Sakit Dustira. Di gerbangnya yang megah itu ada tulisan Anno 1887. Soal Dustira ini nanti saya ceritakan dalam tulisan yang lain.

Memang baru secetek itu pengetahuan saya tentang gereja St Ignatius. Mungkin di kesempatan lain, saya bisa bertemu dan ngobrol panjang lebar tentang sejarah gereja ini dengan pengurus gereja. Siapa tahu.(*)

Big Match

PERTANDINGAN antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta di Stadion Siliwangi, semalam, digadang-gadang sebagai partai big match, pertandingan besar dan seru. Tentu ini tak lepas dari historis pertemuan mereka selama bertahun-tahun sejak zaman Perserikatan, Liga Indonesia, dan Indonesia Super League sekarang ini.

Persib dan Persija adalah musuh satru kabuyutan, musuh bebuyutan, seperti halnya Persib dan PSMS Medan. Keduanya saling mengalahkan. Atmosfer pertandingan saat keduanya berlaga selalu panas. Antusiasme masyarakat Bandung dan bobotoh untuk menonton pertandingan ini begitu luar biasa. Seminggu sebelum pertandingan, karcis yang tersisa tinggal 6.000 tiket lagi.

Tak hanya di rumput hijau, antarpendukung pun sepertinya menjadi musuh abadi. Bobotoh, pendukung Persib, tak mungkin dipersatukan dengan Jakmania, pendukung Persija. Bagai kucing dan anjing, selalu saja ada insiden setiap pertandingan yang memertemukan keduanya.

Karena selalui diwarnai kekerasan antarpendukung, tak heran pengamanan pertandingan, bahkan sebelum pertandingan, sangat ketat. Tengok saja, saat pertandingan kemarin. Kedua kesebelasan berangkat dari markas kepolisian Bandung. Pemain dari kedua kesebelasan ini dicampur di dua bus. Jadi di satu bus pasti ada pemain Persib dan Persija. Harapannya, tidak akan terjadi lemparan batu atau teror terhadap pemain Persija, karena di dalam bus juga ada pemain Persib.

Begitulah, aroma sepakbola, darah Persib, mulai menyihir lagi masyarakat Bandung seiring bergulirnya liga yang katanya profesional ini pekan lalu. Bisa jadi melupakan agenda politik di Kota Bandung yang saat ini juga baru dimulai.

Di hari yang sama dengan Persib berlaga melawan Persija, tiga pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandung pun diperkenalkan kepada publik. Dan mulai minggu depan, masyarakat Bandung akan disuguhi pertarungan politik yang seharusnya juga menjadi big match. Big match dalam artian menjadi perhatian dan fokus masyarakat, seperti halnya bobotoh begitu maniak untuk menonton Persib Bandung.

Namun untuk menjadikan pemilihan wali kota Bandung ini menjadi sebuah big match, ajang yang menarik minat, rupanya butuh kerja keras dari Komisi Pemilihan Umum Kota Bandung, selaku penyelenggara, dan elemen masyarakat lainnya. Indikasi ketidaktertarikan masyarakat terhadap isu dan agenda politik lokal sudah terlihat sejak tiga pasangan ini diarak-arak. Tak ada respon yang heboh saat ketiga pasangan melewati jalan-jalan utama Kota Bandung.

Tentu kita berharap masyarakat tidak apatis terhadap calon pemimpin mereka lima tahun mendatang. Bagaimanapun juga, pemimpin yang dihasilkan saat pilkada secara langsung adalah cerminan keinginan mayoritas masyarakat. Dan sebaik-baiknya warga kota adalah warga yang bisa menjadikan Pilwalkot ini menjadi super big match dan suaranya turut menentukan siapa wali kota mendatang. (*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Senin 21 Juli 2008.

Saturday, July 19, 2008

Niskala, Dendam Tanggung Putra Sunda

INI novel kedua Kang Her, panggilan saya dan teman-teman di kantor kepada Hermawan Aksan. Judulnya Niskala, Gajah Mada Musuhku. Dengan judul lebih kecil lagi: Perjuangan Kerajaan Sunda Melawan Ambisi Penaklukan Majapahit. Novel sebelumnya adalah Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit.

Saya dapat novel ini langsung dari Kang Her, gratis, Selasa lalu. "Ieu aya buku, tapi tong geruh," begitu Kang Her saat mengirim pesan via YM dari komputer di mejanya yang terhalang beberapa meja dari tempat duduk saya di ruang redaksi. Waktu saya mau merogoh uang dari dompet, Kang Her bilang,"Udah gak usah". Dua hari sebelumnya saya memang menanyakan novel Niskala itu dan harganya.

Walaupun mungkin (?) tidak dimaksudkan sebagai sekuel, tapi Niskala adalah cerita lanjutan dari novel Dyah Pitaloka. Tragedi Bubat yang menewaskan Prabu Maharaja Linggabhuana, Dyah Pitaloka, dan puluhan kesatria Sunda pinilih, itulah yang menjadi titik tolak cerita.

Anggalarang, neneh atau nama kecil Niskala Wastukancana sebelum menjadi raja, adalah adik kesayangan Dyah Pitaloka. Saat pembantaian itu terjadi, Anggalarang baru berusia 9 tahun. Karena masih kecil, untuk sementara tampuk singgasana Kerajaan Sunda dipegang pamannya, Hyang Bunisora Suradipati.

Tumpurnya raja, putri, dan kesatria Sunda, membuat langit hati Anggalarang kelam. Bahkan kemudian, hatinya berurat dendam kesumat. Ia tak pernah mendapat penjelasan dari ibunya atau pamannya tentang kejadian yang sebenarnya. Yang pasti, hanya satu nama yang tertanam dalam hati yang menjadi biang keladi kejadian itu: Gajah Mada. Tumpahlah dendam kesumat Anggalarang pada Mahapatih Gajah Mada yang Sumpah Amukti Palapanya terganjal oleh Kerajaan Sunda. Seluruh energinya dikerahkan hanya untuk menuntaskan dendam pada Gajah Mada.

Tapi mengapa kemudian, saya menyebutnya sebagai dendam yang tanggung. Terasa seperti orgasme yang batal meledak. Saat seru-serunya mengikuti alur "amuk dendam" ini, di akhir kisah Anggalarang tak jadi membunuh manusia renta bernama Gajah Mada. Padahal kesempatan itu ada di depan mata. Apakah mungkin karena Anggalarang, yang calon raja, mengikuti nasehat Mpu Prapanca,"Ketika kau sudah bertemu dengan orang yang kau cari, bertindaklah dengan bijaksana". Sehingga tetap ingin memunculkan kesan, orang Sunda yang santun, lebih memiliki hati nurani, menjunjung keadilan dan kemanusiaan.
Kenapa tidak sekalian saja menyudahi cerita ini dengan satu kontroversi yang lebih gila lagi: Gajah Mada mati dibunuh Kesatria Sunda. Toh selama ini juga, kematian Gajah Mada tidak pernah terungkapkan dalam berbagai catatan sejarah masa itu. Hanya disebutkan moksa di Madakaripura.

Secara umum, saya larut dan enak membaca novel ini. Mungkin emosi sebagai orang Sunda bermain di situ. Terlebih, saya pun penyuka sejarah Sunda. Dan Kang Her menguasai sejarah Sunda. Saat ngobrol dengan saya tentang Kerajaan Sunda atau Pajajaran, ia fasih bercerita tentang genealogi raja-raja Sunda. Bercerita tentang putra mahkota bergigi ompong, Sempak Waja, hingga gagal jadi Prabu gara-gara gigi ompong itu. Atau perkawinan terlarang antara raja Sunda dengan putri Jawa yang masih bertunangan.

Sama seperti saya, Kang Her yakin Sunda dan Jawa bersaudara. Dan raja-raja Sunda lah --diawali dari Salakanagara-- yang menjadi bibit buit raja-raja Kutai, Sriwijaya, Mataram Kuno, dan Majapahit. Sanjaya adalah orang Sunda dan Raden Wijaya pun begitu.
Ketika suatu hari di tahun lalu, Kang Her bertanya kepada saya tentang letak Hujung Galuh dan jalur pengembaraan Bujangga Manik, rupanya itulah yang menjadi bahan cerita dalam perjalanan Anggalarang menuju daerah timur Pulah Jawa.

Sebenarnya saya hanya butuh beberapa jam untuk menyelesaikan membaca novel setebal 289 halaman plus beberapa lembar halaman isi buku dan biodata Kang Her ini. Namun karena saya juga tengah membaca suplemen 100 Tahun M Natsir di Majalah Tempo, beberapa jam itu baru bisa diselesaikan dalam dua hari.

Benar kata Hawe Setiawan yang memberi komentar singkat tentang novel ini. Novel ini adalah roman sejarah yang dibumbui adegan mirip cerita silat. Tak heran, saat membaca novel ini, saya jadi ingat buku pertama Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 karya Bastian Tito yang berjudul "Empat Brewok dari Gua Sanggreng". Yang juga bercerita saat Wiro turun gunung untuk pertama kalinya setelah khatam berguru pada Eyang Sinto Gendeng di Gunung Gede. Selain bertemu dengan orang-orang sakti ataupun berandal-berandal di zaman Pajajaran, Wiro pun kepincut beberapa perempuan cantik yang bertemu selama pengembaraan di dunia kang ouw. Ada Bidadari Angin Timur, dan sebagainya.

Bedanya, dalam setiap pertempuran Wiro memiliki sejumlah jurus yang menjadi ciri khasnya, seperti jurus Kunyuk Melempar Buah, jurus Bukit Tindih Menindih, pukulan Benteng Topan Melanda Samudera atau pukulan Sinar Matahari, dan tentu saja senjata saktinya Kapak Maut Naga Geni yang bersuara ibarat ribuan tawon mendengung itu. Sementara Anggalarang minim sebutan jurus. Padahal saya yakin, ilmu-ilmu olah kanuragan olah kawedukan yang diturunkan Ki Ajar Suka Wening pasti bernama.

Dan ilmu kesaktian para kesatria Sunda senyatanya sudah lama moncer, dikenal ke seantero Nusantara. Jurus-jurus silat Jampang, Cimandean, Cikalong, merupakan turunan dari ilmu kesaktian Pajajaran. Untuk ilmu lari cepat ada yang disebut ilmu Kidang Kancana. Lalu untuk menghilang dari pandang orang lain, ada ilmu Halimunan. Juga ada Pancabraja, ilmu andalan Kian Santang. Ada pula ilmu hiliwir sumping, ilmu untuk mendengar dari jarak jauh. Lalu ilmu sentakdulang, ilmu untuk mengirim suara dari jarak jauh.

Dari sekian banyak perkelahian dengan pendekar lain, atau bahkan pertempuran 7 hari 7 malam dengan Ki Ajar sendiri, tak satupun keluar nama jurus-jurus atau ilmu-ilmu sakti itu. Yang disebut hanyalah Lembu Sekilan, ilmu pamungkas Gajah Mada. Bukankah, dalam sebuah prasasti disebutkan, Raja Purnawarman pun dikenal memiliki "baju zirah" yang tak tembus senjata. Tapak kakinya merupakan duri bagi musuh. Dan saya yakin, itu bukanlah baju zirah, tapi ilmu kekebalan tubuh. Rasanya, ilmu semacam itu pasti diturunkan kepada raja-raja berikutnya. Mustahil jika raja Sunda tak memiliki secuil pun ilmu kebal itu.

Dari sisi editing, tidak ada persoalan. Rasanya tidak ada kesalahan ketik, saat saya membaca sampai tuntas. Hanya pada kalimat yang diucapkan Kanakamuni alias Mpu Prapanca, penulisan "kau cari" disatukan. Sedikit mengganggu adalah soal konsistensi. Di halaman 24, disebutkan bahwa Anggalarang jadi santri pada Ki Ajar Suka Wening selama satu tahun. Tapi di halaman 194, disebutkan, Anggalarang bertahun-tahun mendapat tempaaan Ki Ajar. Tentu antara satu tahun dan bertahun-tahun adalah hal yang berbeda.

Terus penggunaan nama Naga Kuning, pendekar dari daratan Cina bernama asli Huang Liong. Naga Kuning adalah terjemahan dari Huang Liong. She nya atau nama keluarga adalah Huang, dan namanya adalah Liong. Sama halnya seperti Huang Hwa, Bunga Kuning. Rasanya jarang orang Tiongkok namanya Liong. Mungkin bisa dicari nama yang lain.

Bagi saya kaver novel ini menarik. Cuma, entah kenapa, warna-warna dan tampilan sosok orang di atas batu, malah mengingatkan saya pada Simba di film Lion King I. Serupa tapi tak sama dengan adegan si Raja Baboon yang menjadi dukun kelompok hewan itu saat mengangkat bayi singa --yang diramalkan bakal menjadi Raja Singa-- di sebuah puncak batu.

Dan kalau lebih diperhatikan lagi, sosok orang yang memegang tombak itu lebih mirip orang Indian, ketimbang kesatria Sunda. Mengapa tidak mengacungkan Kujang luk sembilan? Apalagi di sepanjang cerita, tidak pernah disebut-sebut Anggalarang membawa tombak.

Lalu penambahan judul kecil "Perjuangan Kerajaan Sunda...." di kaver buku juga rasanya mengganggu. Maaf, kesannya jadi judul skripsi begitu. Mungkin itu untuk menegaskan saja, bahwa Sunda satu-satunya kerajaan yang tidak pernah dijajah Majapahit. Tapi kalaupun dihilangkan, rasanya tidak mengganggu substansi cerita.

Di milis orang Sunda, saya lupa di milis yang mana, Kang Aan Merdeka Permana pernah menyinggung soal Anggalarang ini. Penulis cerita bersambung Senja Jatuh di Pajajaran itu mengomentari soal film dan sinetron. "Kenapa tidak ada yang membuat perjalanan Anggalarang sebelum menjadi Prabu Niskala Wastukancana. Pasti banyak hal menarik yang bisa disajikan di sana," begitu kira-kira dalam postingan itu. Saya rasa, keinginan Kang Aan itu sedikitnya sudah terpenuhi dengan kehadiran novel Kang Her ini.

Akan adakah novel ketiga atau keempat, yang menceritakan puncak kejayaan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran di masa Sri Baduga Maharaja atau lebih dikenal sebagai Prabu Silihwangi dari tangan kreatif Kang Her? Yap, kita tunggu aja deh, siapa tahu akan ada kelanjutannya. Atau mungkin saya yang seharusnya terdorong untuk menuliskan sejarah Sunda yang terpendam? Doakeuna we Kang. Cag.(*)

Thursday, July 17, 2008

Misteri Lagu "Geby" Terungkap

MISTERI lagu "Tinggal Kenangan" atau "Jauh" atau lebih dikenal sebagai lagu "Geby" akhirnya terungkap. Kini jelas sudah, penyanyi lagu Geby adalah Andi BC alias Abe. Abe adalah teman Pay, gitaris band Caramel Makassar yang juga pencipta lagu Jauh itu.

Adalah pemerhati multimedia dan telematika Roy Suryo yang meyakinkan bahwa Abe-lah yang menyanyikan lagu itu. Menurut Roy, suara Abe identik dengan suara di rekaman yang beredar di internet. Ia menganilisis menggunakan teknologi audio spectrum analizer.

Roy menyebutkan, lagu Geby yang di internet adalah hasil rekaman pada 11 Juli 2005. Selain rekaman suara, Roy pun sudah memiliki rekaman video saat Abe menyanyikan lagu ini. Lagu ini direkam, kata Roy, pada acara Sang Dipa di Kampus STIMIK Dipanegara.

Lagu 'Jauh' yang asli, katanya, hanya berdurasi 1,55 detik. Sementara lagu yang beredar di internet berdurasi 4,44 detik. Akankah perdebatan dan kontroversi soal siapa pemilik sah lagu ini akan usai setelah ada pembuktian dari Roy Suryo, kita tunggu saja lagi. (*)
Sumber: Detikcom

Wednesday, July 16, 2008

Rajab, Sebentar Lagi Sya'ban, Lalu Ramadan

HARI ini, Rabu 16 Juli 200, bertepatan dengan 13 Rajab 1429 H. Bulan Rajab adalah salah satu dari Empat Bulan Haram atau yang dimuliakan Allah swt. (Bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). Allah swt berfirman:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” At Taubah: 36

Fenomena pergantian bulan di mata muslim adalah salah satu sarana untuk mengingat kekuasaan Allah swt dan dalam rangka untuk mengambil ibrah dalam kehidupan juga sebagai sarana ibadah.

Karena itu, pergantian bulan dalam bulan-bulan Hijrah kita disunnahkan untuk berdo’a, terutama ketika melihat hilal atau bulan pada malam harinya. Do’a yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah saw. adalah:

Allahumma ahlilhu a'laina bil amni wal iimaan wassalaamati wal islam rabbii warabbukallahu hilali rusydiin wakhoir

“Ya Allah, Jadikanlah bulan ini kepada kami dalam kondisi aman dan hati kami penuh dengan keimanan, dan jadikanlah pula bulan ini kepada kami dengan kondisi selamat dan hati kami penuh dengan keislaman. Rabb ku dan Rabb mu Allah. Bulan petunjuk dan bulan kebaikan.” (HR. Turmudzi)

Shaum di Bulan Rajab

Shaum dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia lainnya hukumnya sunnah.
Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah aw. Bersabda:
“Puasalah pada bulan-bulan haram (mulya).” Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad.

Rasulullah saw. juga bersabda:
“Kerjakanlah ibadah apa yang engkau mampu, sesungguhnya Allah tidak pernah bosan hingga kalian bosan”.

Dan ini doa yang sering Rasulullah SAW panjatkan di bulan Rajab:
“Allaahumma Baarik Lana Fii Rajaba Wa Sya’baana, Wa Ballighna Ramadhaana. “Ya Allah, berilah keberkahan pada kami di dalam bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (*)

Tuesday, July 15, 2008

My Home: Metamorphosis (4)

SEMINGGU lebih, tepatnya 9 hari, para tukang dan pekerja yang menggarap rumah diliburkan pascapembuatan beton dak lantai dua. Sengaja. Biar beton kering betul. Baru Sabtu depan digenjot lagi.

Kemarin Mas Rikhan, kakak yang jadi mandor, cari tukang lagi ke Cililin. Sesuai dengan pembicaraan kita-kita di rumah, dan juga klop dengan pemikiran saya untuk mempercepat pembangunan rumah, perlu menambah tukang dan laden, masing-masing satu. Jadi saat dua tukang dan dua laden mengerjakan lantai dua, di lantai satu pun ada tukang dan laden yang bekerja.

Sekarang ini, setiap pagi dan sore, Mas Rikhan menyemprotkan air, bahkan menggenangkan air, di dak beton. Katanya supaya beton lebih kuat. Tak heran, karena sudah kuat, Kaka dan anak-anak yang lain suka bermain-main di dak beton ini. Memang enak juga melihat dari ketinggian. Pemandangan bebas ke sana kemari. Bisa memotret matahari sore di ufuk barat sana.

Sambil menunggu tukang bekerja lagi, beberapa bahan sudah mulai dipersiapkan, terutama perlistrikan. Kemarin sudah pesan kabel-kabel dan bahan perlistrikan lainnya. Lalu pasir pasang dan genting juga sudah mulai dipesan lagi. Begitu juga dengan kusen pintu dan jendela, sudah disampaikan ke tukang kayu untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Sementara bahan-bahan yang lain, ready stock. Semen, besi, masih ada. Memang diperkirakan kurang, tapi saya sudah antisipasi dan menganggarkan pendanaan khusus untuk itu. Sampai sekarang, tidak ada lagi tambahan dana. Semua bank sudah menutup diri. Ogah mengucurkan kredit untuk rumah di tengah kampung dengan akses cuma sebatas gang buat tukang bakso.

Tapi masih ada dana tersisa. Perkiraan saya, cukup untuk pekerjaan selama 40 hari, termasuk upah pekerja dan bahan bangunan lainnya. Setidaknya saya dan Bu Eri bisa bernapas dulu selama 40 hari ini, memutar otak mencari dana tambahan. Pasti, selalu ada jalan.(*)

17 Tahun Perut Noorsyaidah Ditembusi Kawat

BUKAN sulap bukan sihir, tapi bisa jadi ini santet. Bayangkan jika tubuh Anda ditusuki jarum atau kawat panjang menembus kulit dan daging, dan itu berlangsung belasan tahun. Pasti derita berkepanjangan yang Anda alami.

Itu pula yang dialami Noorsyaidah warga Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir, Kalimantan Timur. Selama 17 tahun, belasan bahkan puluhan kawat keluar dari dalam perut dan dadanya dan tembus ke luar. Herannya, kawat itu tidak menyebabkan kulit berdarah sama sekali. Hanya kalau dipegang, Noorsyaidah merasakan sakit luar biasa. Karena itu, apabila di rumah, Noor lebih banyak tak pakai baju. Ia hanya pakai kutang saja. Padahal kesehariannya adalah guru Sekolah Semai Bangsa Sengatta binaan PKK Pemkab Kutai Timur.

Baru beberapa hari lalu, kasus ini terungkap ke permukaan, ketika wartawan Tribun Kaltim memberitakannya. Komentar pun berdatangan, begitu pula simpati. Ikatan dokter sampai mengutus dokter untuk memeriksa Noor. Sejumlah ulama pun mengaji di rumah Noor untuk ikhtiar berobat secara nonmedis.

Secara medis, penyakit yang diderita Noor tidak bisa diterangkan. Hasil rontgen menunjukkan di dalam perut dan dada Noor juga terdapat puluhan kawat lainnya. Bahkan, kata seorang dokter, kawat itu sudah beradaptasi dengan tubuh Noor.
Luar biasanya, kawat-kawat itu seolah bisa hidup. Ia berpindah-pindah tempat. Secara fisik, kawat itu seperti kawat kebanyakan. Panjangnya antara 10-20 sentimeter. Saking banyaknya dan karena terus bergerak, pernah saat dibedah, dokter menggunakan magnet untuk mengambil kawat.

                                                                                               Tribun Kaltim/M Khaidir
Contoh kawat yang lepas dari perut Noor
Secara nonmedis, atau metafisik, ada kemungkinan Noor menjadi korban santet atau teluh. Orang sakit kemudian mengeluarkan beling, paku, dan benda tajam lainnya, biasanya karena disantet. Hanya luar biasanya, penyakit ini sudah menahun.
Noor merasakan penyakit ini sejak usia 23 tahun. Saat ini ia berusia 40 tahun. Tiba-tiba muncul saja kawat dari dalam perutnya menembus daging dan kulit. Sakit sudah jelas. Tapi Noor tetap menjalani hidupnya dengan tabah.

Ayo, kita doakan bersama kesembuhan bagi ibu Noor ini. Kepada Allohlah kita memohon keselamatan dan kesembuhan. Allohlah pemilik segala obat. Cobaan yang menimpa Noor ini harus menjadi pelajaran dan hikmah bagi kita semua. Mudah-mudahan, menjadi ladang amal bagi Noor dan keluarganya. Amien. (*)

Monday, July 14, 2008

Berempat

BARU kali itu, kami sekeluarga, berempat, bisa menghadiri sebuah acara pernikahan. Dulu-dulu, kami jarang bisa bersama. Kalaupun ke kondangan, paling cuma saya dan Bu Eri yang berangkat. Bisa dihitung dengan jari, beberapa kali Kaka diajak ke tempat resepsi pernikahan.

Bukannya tidak mau mengajak anak bergaul. Tapi kami membayangkan repotnya saja. Berangkat pakai motor, tentu harus lebih waspada. Terlebih, lokasi undangan banyak yang jauh-jauh. Di Soreang, di Riung Bandung, dan tempat lainnya.

Nah, minggu kemarin kami datang ke kondangan berempat. Yang menikah adalah Ika, sepupu saya. Suaminya adalah Hendri, seorang anggota Marinir yang tugas di Lampung. Hendri sendiri asal Sumber Cirebon.

Dari rumah, naik motor berdesakan. Saya berani membonceng karena lokasi kondangan tidak begitu jauh dari rumah. Hanya 15 menit sudah sampai di rumah Uwa. Lagian bisa menyimpan motor dulu di rumah Mama, jadi jalan kaki saja ke tempat kondangan.

Dan memang, kerepotan sudah muncul sejak di perjalanan. Adik yang paling suka balon, langsung menjerit-jerit begitu melihat ada orang bawa balon. Ya saya pun memberhentikan dulu motor, minggir dulu sebentar. Kebetulan ada tukang balon.

Di tempat kondangan, seperti halnya anak-anak yang lain, Kaka dan Adik pun ribut minta ampun. Karena antrean panjang, kami langsung potong kompas ke bagian stan baso tahu. Terlebih Adik memang penyuka tahu. Jadilah saya yang menyuapi Adik. Saking gembulnya, dia nambah sepiring lagi.

Tapi karena sibuk mengurusi anak-anak pula, kami tidak sempat makan enak di kondangan. Padahal Bu Eri sudah siap-siap untuk makan banyak. Kebetulan saya sedang shaum, jadi tidak masalah tidak makan juga. Ya, namanya juga romantika, begitulah kehidupan berkeluarga. Enjoy saja...(*)

Tom & Jerry dan Si Entong, Tayangan TV Berbahaya

MARAKNYA program televisi untuk anak yang justru tak layak ditonton anak-anak, tentunya mengundang keprihatinan. Komisi Penyiaran Indonesia dan sejumlah penelitian menunjukkan, tak sedikit acara televisi khusus anak yang mengandung unsur kekerasan dan seksual, sehingga tak pantas dikonsumsi anak.



Pada media Kidia edisi Juni-Juli yang dikeluarkan Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), disebutkan daftar acara yang masuk dalam kategori "Aman", "Hati-hati" dan "Bahaya" untuk anak. Ingin tahu?

Tayangan televisi yang "Aman" bagi anak, bukan hanya tayangan yang menghibur, melainkan juga memberikan manfaat lebih. Manfaat tersebut misalnya, pendidikan, memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya diri anak dan penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Sekalipun aman, orangtua diimbau untuk mendampingi anak-anak menonton TV.

Sementara, tayangan yang masuk dalam kategori "Hati-hati", adalah tayangan anak yang dinilai relatif seimbang antara muatan positif dan negatifnya. Seringkali, tayangan yang masuk kategori ini memberikan nilai hiburan serta pendidikan dan nilai positif, namun juga dinilai mengandung muatan negatif seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar yang tidak mencolok.

Nah, tayangan yang masuk dalam kategori "Bahaya" merupakan tayangan yang mengandung lebih banyak muatan negatif, seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar. Kekerasan dan mistis dalam tayangan yang masuk dalam kategori ini dinilai cukup intens. Sehingga, bukan lagi menjadi bentuk pengembangan cerita, tapi sudah menjadi inti cerita. Tayangan dalam kategori ini, disarankan untuk tidak disaksikan anak.

Berikut ini adalah daftar acara yang masuk dalam kategori "Aman", "Hati-hati" dan "Bahaya":

* KATEGORI AMAN
- Varia Anak (TVRI)
- Bocah Petualang
- Laptop Si Unyil
- Jalan Sesama
- Cita-citaku
- Si Bolang ke Kota
- Buku Harian si Unyil (TRANS7)
- Surat Sahabat
- Cerita Anak
- Main Yuk! (TRANS TV)
- Dora The Explorer
- Go! Diego Go!
- Chalkzo
- Backyardians (Global TV)
- Masa Kalah Sama Anak-anak (TV One)

* KATEGORI HATI-HATI
- Idola Cilik Seleb
- Rapor Idola Cilik Seleb
- Doraemon
- Pentas Idola Cilik
- Rapor Pentas Idola Cilik (RCTI)
- Casper
- Harveytoon (TPI)
- Transformers (AN TV)
- Pokemon Series
- Bakugan Battle Brawlers
- Konser Eliminasi 6 AFI Junior (IVM)
- New Scooby Doo Movie (TRANS7)
- SpongeBob Squarepants
- Avatar : The Legend of Aang, Carita De Angel (GLOBAL TV)

* KATEGORI BAHAYA
- Tom & Jerry
- Crayon Sinchan (RCTI)
- Si Entong
- Tom & Jerry
- Si Entong 2 (TPI)
- Popeye Original
- Oggy & The Cockroaches (AN TV)
- Detective Conan
- Dragon Ball
- Naruto 4 (INDOSIAR)
- Tom & Jerry (TRANS7)
- One Piece
- Naruto (GLOBAL TV G).
Sumber: Kompas.com, 14 Juli 2008

Cahaya di Atas Cahaya


Matahari jelang sore, memancarkan rona warna yang beraneka. Foto diambil dari atas rumah Mama di Cihanjuang.



FOTO ini saya jepret dari atas dak beton rumah yang baru jadi.





Kembali ke Attaqwa

JARUM panjang jam bundar di dinding menunjuk angka 7. Sementara jarum pendeknya pas di angka 2. "Ayo, ayo, ayah, cepetan, mau nganter gak," suara Bu Eri langsung menghentikan aktivitas membaca koran yang tiap pagi saya lakoni.

"Kalem aja, masih lama. Masuknya kan jam 8," kata saya. Langsung saja Bu Eri nyerobot,"Sapa bilang, jam setengah 8 kok disuruhnya juga". Weiks, saya langsung buru-buru berdandan dan siapkan motor untuk mengantar Kaka dan Bu Eri ke TK Attaqwa.

Yap, hari ini adalah hari pertama Kaka masuk sekolah kembali. Bukan ke TK Mutiara Ibunda, tapi ke Attaqwa. Sekolah baru yang sebenarnya lama. Maksudnya, Kaka pernah ikut playgrup di Attaqwa. Jadi sudah tidak asing lagi dengan guru-gurunya.

Sebelum ke sekolah, jam 6 saya pergi ke dekat Pura, membeli balon gas. Itu tugas dari TK untuk siswa baru. Bu Eri pun sudah menyiapkan pot tanaman, juga tugas dari Attaqwa. Saat kami datang ke Attaqwa, puluhan orang tua plus anak-anaknya sedang antre daftar ulang. Kebanyakan anak-anak berseragam hitam putih, tapi ada pula yang pakai baju bebas. Mereka diberi name tag yang dikalungkan. Mirip masa orientasi di SMP ato SMA dulu.

Saat dibariskan berdasarkan kelas masing-masing, Kaka sempat menangis. Name tagnya copot saat berdesak-desakkan dengan yang lain. Ia teriak-teriak manggil ibunya, tapi tidak terdengar. Setelah dibujuk, dan name tagnya dibetulkan, baru dia mau berbaris lagi.

Kami tentu berharap, masuk ke Attaqwa ini, Kaka siap untuk masuk ke SD. Bisa belajar agama, menjadi anak yang takwa dan solehah. TK yang satu ini menerapkan sistem ESQ dalam pengajarannnya. Tak heran, semboyannya pun persis ESQ. Kalau guru bilang, Attaqwa, anak-
anak akan membalas, 165 Yes.

165 adalah simbol ESQ yang diusung Ary Ginanjar. 1 Melambangkan Ihsan, 6 adalah Rukun Iman, dan 5 adalah Rukun Islam. Begitulah mereka menanamkan ESQ sejak dini. Asmaul Husna pun selalu diucapkan setiap berbaris jelang masuk ke kelas. Mudah-mudahan Kaka bisa adaptasi kembali di Attaqwa. Doa ayah dan ibu selalu menyertaimu, Nak. (*)

Dayana Mendoza, Miss Universe 2008

DAYANA Mendoza (apa nya mendoan yah), akhirnya terpilih jadi Miss Universe 2008. Dia ini wanita cantik kelahiran Caracas (nah yang ini sebelah mana Ciracas??) 1 Juni 1986 yang mewakili Venezuela.

Ia menyisihkan 80 kontestan dari seluruh penjuru dunia, termasuk Putri Raemawasti dari Indonesia. Putri hanya masuk babak prasemifinal. Padahal dia udah berbikini ria lho, gagal juga. Sementara Miss El Salvador Rebeca Moreno dinobatkan sebagai Miss Congeniality. Best National Costume disabet Miss Thailand Gavintra Photijak.

Di Babak 5 besar, Mendoza menyingkirkan Miss Columbia Taliana Vargas, Miss Republik Dominica Marianne Cruz, Miss Meksiko Elisa Najera, dan Miss Rusia Vera Krasova.

Dewan juri Miss Universe 2008 terdiri dari Donald Trump Jr, Executive Vice President of the Trump Organization; perancang busana Roberto Cavalli; Nadine Velazquez, bintang NBC My Name Is Earl dan model internasional, kemudian Jennifer Hawkins, presenter televisi dan Miss Universe 2004. Selain itu, ada pula Louis Licari, ahli tata rias, dan President of the American Academy of Hospitality Sciences Joe Cinque. Kemudian, bintang film Bollywood Eesha Koppikhar, Pimpinan Redaksi Harian Thanh Nien Nguyen Cong Khe, dan perancang sepatu Taryn Rose.(*)

Tentang Lagu Geby (Lagi)

SAYA baru tahu, lagu Tinggal Kenangan yang dihebohkan orang sebagai lagu Geby, ternyata sudah dibuatkan album rekamannya secara studio, oleh band Caramel dari Makassar. Seperti pernah saya tulis, Caramel Makassar ini memang mengklaim sebagai pemilik sah lagu Geby. Di sisi lain, juga ada band Caramel dari Surabaya atau Malang yang juga mengklaim pencipta awal lagu ini. (baca tulisan sebelumnya)

Yang lebih hebring lagi, di album ini Caramel menggandeng gitaris top Tohpati untuk mengiringi Tinggal Kenangan acoustic version. Mereka pun bikin lagu Geby ini dengan versi full band.

Di tangan Tohpati, lagu ini jadi punya karakter yang berbeda. Tentu lebih bagus. Denting senar gitar lebih jernih, dan suara si vokalis Caramel pun jelas. Tapi justru ada yang hilang sebagai ciri khas lagu Geby. Suara mendem, lamat-lamat seolah jauh, yang sebenarnya memunculkan nuansa mistis lagu Geby ini, hilang sudah. Orang mendengar lagu ini karena katanya nuansa mistis yang muncul itu.

Album perdana Caramel ini punya 9 lagu. Selain lagu Geby dengan dua versi itu, ada tujuh lagu lainnya, antara lain Cinta Tanpa Batas, Cerah, Hanya Lelaki, Penipu Cinta, dan sebagainya.

Tapi saya yakin, walau sudah diklaim dan dibuatkan albumnya, lagu Geby ini akan terus menuai kontroversi. Kita tunggu saja. (*)

Sunday, July 13, 2008

Neng Diah ke Riau

ADIK saya, Siti Rohmatul Mardiyah. Biasa kami panggil Neng Diah, atau Eneng saja. Hari ini adalah hari terakhir kami bertemu. Besok pagi, jam 10 pagi, ia akan terbang pakai Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno Hatta, menuju Pekanbaru Riau. Dari Pekanbaru, ia harus pakai bus menempuh dua jam perjalanan menuju daerah Perawang.
Ya, daerah yang baru kali ini saya dengar itulah yang akan menjadi tempat kerja Neng Diah. Eneng diterima di Sinar Mas, perusahaan besar di bidang perkayuan dan perhutanan di Sumatera sana. Pasti banyak yang tahu kertas HVS Sinar Dunia, itu salah satu produk Sinar Mas.

Setidaknya selama 2,5 tahun, saya tidak akan bertemu dengan satu-satunya adik kandung saya itu. Karena, selama itu pula masa ikatan dinas di Sinar Mas.
sebenarnya Eneng sudah bekerja. Sejak lulus tahun lalu, Eneng bekerja di Bank NISP Bandung sebagai operator IT. Dia yang mengurusi masalah komputer internal. Apabila ada cabang yang sulit mengakses komputer, tidak bisa kliring, pasti keluhannya akan diselesaikan Eneng, karena dia yang pegang passwordnya.

Padahal Eneng bukanlah lulusan jurusan komputer. Dia adalah lulusan Pertanian Unpad. Namun status kerja di NISP hanyalah karyawan kontrak alias outsourcing. Kontrak hanya enam bulan pertama, terus kontraknya disetop. Menganggur beberapa bulan, dipanggil lagi oleh perusahaan outsourcingnya untuk kerja kembal di NISP. Tapi itu hanya bertahan 2 bulan, karena keburu dipanggil Sinar Mas.

Alhamdulillah, sejauh ini lancar-lancar saja semuanya. Mudah-mudahan ini yang terbaik bagi Eneng. Pekerjaan ini juga yang diinginkannya. Kebetulan dari Bandung ada teman yang lolos seleksi, teman karibnya sama-sama dari Pertanian Unpad. Setidaknya, Mama tidak khawatir, karena ada teman. Kalau tidak ada teman, sangat mungkin Mama akan melarang berangkat ke Riau. Maklum, anak perempuan satu-satunya.

Mungkin di antara keluarga, hanya saya seorang yang mendorong dia untuk bekerja di manapun yang dia mau. Asalkan bertanggung jawab, siap dengan segala risiko tinggal di perantauan. Dan saya yakin, dia mampu. Keluarga yang lain tidak begitu setuju. "Ngapain jauh-jauh, di sini saja kerja mah". Begitu katanya. Padahal mereka pun tidak bisa memberikan solusi atau pekerjaan untuk Eneng di Bandung. Saya sih melihatnya pada aplikasi keilmuan. Setidaknya ilmu pertanian dia tentang bibit tanaman dipakai di hutan Perawang Riau.

Kebetulan pula, hari terakhir pertemuan itu bertepatan dengan hari nikahan sepupu saya, Ika, yang seumuran dengan Neng Diah. Jadi semua orang bisa bertemu di kondangan itu, dan mendoakan Eneng agar selamat dan lancar selama di Riau. Mudah-mudahan begitu. (*)

Thursday, July 10, 2008

Mak Erot, Legenda Kelelakian, Meninggal Dunia

SIAPA yang tidak kenal Mak Erot. Seorang perempuan yang menjadi legenda di ranah perlelakian. Dialah satu-satunya spesialis pijat urut tradisional yang konon bisa membesarkan "barang" laki-laki. Bagi para lelaki tak percaya diri, Mak Erot lah solusi terbaik untuk keharmonisan rumah tangga.



Saking ngetopnya nama Mak Erot, asosiasi orang apabila menyebut nama Mak Erot pasti berurusan dengan masalah besar membesarkan. Bahkan, di Kebun Raya Bogor, ada sebuah pohon yang membuah buah menggantung diberi nama Pohon Mak Erot.

Namun lelaki yang belum sempat bertemu Mak Erot dan ingin merasakan pembesaran di tangan Mak Erot sendiri, harus kecewa. Mak Erot, wanita sepuh yang tinggal di Desa Caringin, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi itu meninggal dunia, tepat seminggu yang lalu. Anehnya, kabar meninggalnya Mak Erot ini baru tersebar hari ini.

Konon Mak Erot mencapai usia 130 tahun. sanak kerabatnya sendiri tidak tahu berapa sebenarnya usia Mak Erot. Tapi para lelaki tak percaya diri tak perlu khawatir. Sebelum meninggal, Mak Erot sudah menurunkan ilmu pengobatan alternatifnya kepada kerabatnya, Saepulloh. Dijamin, tangan dingin Saepulloh bisa seampuh Mak Erot.

Saya pernah menonton teve, kalau tak salah TransTv yang menayangkan soal Mak Erot ini. Di situ diceritakan tentang proses seorang pasien yang ingin membesarkan barang kepunyaannya. Di hadapan asisten Mak Erot, si pasien disuruh memilih bambu dengan beragam ukuran. Batang bambu itu sudah diisi lemeng, semacam ketan. Ada ukuran panjang 21 cm diameter 7 cm, atau 5 cm panjang 18, dsb. Katanya sih, ukuran terfavorit ya 7 cm 21 cm itu.

Selanjutnya si pasien harus menghabiskan lemeng tersebut. Lalu dia masuk ke kamar
pengobatan dan ditangani langsung Mak Erot. Entah apa yang terjadi di dalam kamar itu. Katanya sih, si pasien diurut secara tradisional dan diberi minum air yang sudah dijampi-jampi. Setelah itu, selesai sudah ritual pembesaran. Katanya lagi, si pasien tidak boleh mencoba dulu berhubungan intim selama 3 hari. Baru kalau 3 hari lewat, boleh dibuktikan hasil pengobatannya itu.

Begitulah cerita di televisi tentang Mak Erot. Saking sohornya, praktek Mak Erot pun sampai juga ke Tanah Papua. Saat hidupnya, Mak Erot juga sering praktik di hotel-hotel di berbagai kota berdasar panggilan. Nah itu juga yang membuat orang jahil berpikir untuk bisnis Mak Erot. Bertebaranlah iklan-iklan MAk Erot, padahal ternyata palsu. Dasar, ada saja orang culas yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Kita doakan saja Mak Erot agar amal-amalnya diterima di sisi Allah SWT. (*)




Putri Indonesia Berbikini Ria

PUTRI Indonesia 2008 Putri Raemawasti ternyata tampil berbikini ria di ajang Miss Universe alias Ratu Sejagat 2008 yang digelar di Vietnam. Bikininya ya jelas bukan one piece, tapi two pieces, yaitu baju renang yang cuma bra dan celana dalam.

Padahal sebelum berangkat ke Vietnam sana, Putri berjanji tidak akan mengenakan baju renang two pieces. Cukup one piece saja. Apalagi panitia Ratu Sejagat ini juga memberi kelonggaran kepada peserta yang negaranya melarang pakaian renang terlalul seksi.

Penampilan Putri Raemawasti tentu cukup mencengangkan. Karena putri-putri Indonesia tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada yang berani memakai bikini model begini. Tentu kekhawatiran diprotes dan didemo masyarakat jadi pertimbangan. Entah Putri Raemawasti, apa sudah memikirkan matang-matang dengan tampil berbikini ini. Jangan-jangan saat pulang nanti tiba di bandara, sudah dicegat front pembela Islam.

Putri mengenakan bikini warna oranye. Tentu perut dan pusar Putri terlihat jelas. Saya melihat foto Putri ini di Media Indonesia edisi hari ini. Itu foto hasil jepretan AFP. Semalam, waktu ngecek foto-foto dari AP, saya tidak menemukan kontestan dari Indonesia ini.

Elisa Najera (kiri) Miss Meksiko 2008, dan Ingrid Rivera, Miss Puerto Rico 2008
lagi santai di perahu saat pesta pantai di the Palm Garden Resort di Kota Hoi An
Provinsi Quang Nam Vietnam

Kabarnya penampilan Putri tak cuma seksi di swimwear. Saat sesi gaun malam, Putri pun tampil seksi. Putri mengenakan gaun dengan motif batik berwarna dominan ungu. Dan ada belahan memanjang di kemben yang menjulur ke lantia itu, sehingga bagian kaki dan paha terlihat.

Kebetulan saya tidak punya foto sang putri ini. Kalau foto miss-miss dari negara lain sih ada. Entah kenapa, juru potret dari AP jarang ngambil momen peserta dari Indonesia. Gak berpeluang menang kali yah. (*)

NB: Senin, 14 Juli, Saya nemu juga foto Miss Indonesia Putri Raemawasti berbikini.


Wednesday, July 09, 2008

My Home: Metamorphosis (3)

HARI ini sangat menentukan bagi kelanjutan pembangunan rumah saya. Ini bagian yang paling rumit, setidaknya menurut saya. Yap, mengecor dak beton lantai dua. Setelah 40 hari, pas 40 hari, membangun lantai satu, giliran dak beton ini yang digarap.

Tentu beralasan kalau saya menyebut proses mengecor ini sangat menentukan. Seperti pernah saya sebutkan dalam tulisan sebelumnya, modal saya dan Bu Eri membangun rumah ini sebenarnya terbilang nekat. Uang tabungan kami tidaklah banyak. Hingga dua hari sebelum ngecor, sudah 5 bank yang menolak ajuan kredit kami. Bank Niaga, Mandiri, Bank Jabar, BNI Syariah, dan terakhir BTN. Semuanya menolak. (Baca tulisan sebelumnya di sini dan di sini)

Alasan paling utama, ya soal akses masuk ke rumah kami itu. Terang saja, rumah kami ada di tengah kampung, yang hanya bisa dilewati gerobak tukang bakso saja. Mobil jelas tak akan mungkin masuk. Walaupun kami berargumentasi, lokasi rumah kami ini menjual, yang juga diiyakan pihak bank sebagai daerah marketable, tapi tetap saja bank bersikukuh tidak meloloskan permintaan kredit kami.

Untuk menyelesaikan lantai satu ini, kami meminjam uang ke Mas Rohman, kakak kami. Perhitungannya, kalau kredit disetujui, kami langsung bayar lunas pinjaman itu, dan utang kami hanya ke bank. Tapi setelah semua bank menolak, kami hanya bisa pasrah. Tapi tetap semangat untuk melanjutkan pembangunan.

Saya selalu menekankan kepada Bu Eri, yakinlah rezeki itu akan datang pada kita kalau kita mau berusaha. Alloh SWT memberi rezeki dari arah yang tak pernah kita duga. Jadi untuk melanjutkan pembangunan lantai dua sampai beres beratap bergenting, saya hanya berbekal keyakinan saja.

Pengecoran sendiri dimulai sejak pukul 07.00 WIB. Ada 23 orang, tetangga semua, yang bekerja. Pengecoran memang harus selesai dalam waktu satu hari, supaya hasilnya bagus, tidak pecah.

Tanpa diduga pula, Mama datang berkunjung bersama Papa. saya manfaatkan kesempatan itu untuk meminta doa agar pembangunan rumah bisa selesai. Mama pun sempat bertanya,"Punya uang gak untuk ngeberesin rumah. Ini kan rumah besar lho, pasti gede uangnya," kata Mama dalam bahasa Sunda. Saya jawab pasti saja."Gak punya Ma, La haula saja, mudah-mudahan bisa beres sampai genting terpasang. Doakan saja".

Rencananya pengerjaan rumah baru dimulai lagi Senin depan. Mulai besok semua tukang diliburkan dulu, menunggu cor beton kering. Selama libur itu, saya harus memutar otak menyiasati agar pembangunan tidak terputus di tengah jalan. Walau tidak ada lagi penghasilan dari luar selain gaji, saya yakin akan ada lubang rezeki lainnya. Entah dari mana. Tapi saya yakin. (*)

Blogger Dihantui Hukuman Mati!

PERTAMA baca judul berita di detikinet ini, cukup terkejut juga. Apa terjadi di Indonesia? Ternyata setelah dibaca, itu terjadi di negeri Persia sana, negeri kaum Mullah, negerinya Ahmadinejad. Sebenarnya di Indonesia juga aturan soal blogger ini cukup ketat. Terutama menyangkut hal-hal berbau SARA, penghinaan kepada kepala negara, dan hal sensitif lainnya. Tapi rasanya tidak sampai hukuman mati.

Baca selengkapnya di detikinet, klik saja di sini.

Pendidikan Keluarga Tetap yang Terbaik

BERAKHIR sudah penantian para orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya ke SMP atau SMA. Hari ini dan kemarin, diumumkan siapa saja siswa yang masuk sekolah negeri tingkat pertama ataupun tingkat atas.

Orang Sunda bilang, "Asa bucat bisul". Seperti pecah bisul, begitu. Penuh harap cemas menunggu pengumuman, menanti apakah nilai ujian nasional anaknya melebihi passing grade sekolah yang dituju atau justru di bawah passing grade.

Para orang tua rela menunggu sampai pendaftaran terakhir di sekolah yang dituju demi pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Sangat mungkin, saat-saat kemarin dan hari-hari ke depan, mereka tidak peduli dengan persoalan pemilihan wali kota Bandung atau partai politik mana saja yang berhak berlaga pada Pemilu 2009 mendatang. Yang jadi fokus pikiran adalah tempat anaknya bersekolah dan bagaimana membiayainya.

Bagi anak-anak yang lolos dari lubang jarum passing grade, tentu akan menggembirakan orang tuanya. Sebaliknya, mereka yang terpental dari sekolah unggulan dan sekolah negeri lainnya, akan membuat orang tua berduka.

Tengok saja di Kota Tasikmalaya. Sejumlah orang tua menangis begitu tahu anaknya tidak masuk dalam daftar siswa yang lolos tes. Calon siswa yang mendaftar ke sekolah unggulan di Kota Santri ini harus mengikuti tes seleksi, karena jumlah pendaftar membeludak. Bayangkan, orang tua ini menangis untuk anaknya. Padahal dengan tidak masuk sekolah negeri, bukan berarti habis dan semuanya berakhir.

Permasalahannya, para orang tua ini sudah membayangkan kualitas yang rendah bila menyekolahkan anak ke sekolah nonunggulan. Juga sudah terbayang biaya selangit, jika masuk sekolah nonnegeri atau swasta.

Inilah sesungguhnya problema pendidikan di negeri ini. Kualitas yang belum setara dengan luar dan tidak merata. Juga biaya yang tidak pernah menjadi murah. Malah setiap ganti tahun ajaran, biaya semakin mahal.

Tak heran, penerimaan siswa baru atau PSB selalu menjadi momok yang menghantui para orang tua di pertengahan tahun. Setiap liburan sekolah tiba, saat itu pula orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi akan berpikir keras, bekerja lebih giat, pontang-panting mencari uang, agar bisa mendudukkan anaknya di bangku sekolah terbaik di negeri ini.

Boleh jadi, iming-iming sekolah atau pendidikan gratis yang digadang-gadang pemerintah, baik di tingkat kota/kabupaten maupun provinsi, melenakan sejenak para orang tua. Tapi itu belumlah menjadi solusi terbaik. Karena pembebasan biaya, bukan berarti peningkatan kualitas dan perbaikan fasilitas.

Ingatlah, walau sekolah merupakan jaminan pendidikan formal yang terbaik saat ini, sejatinya pendidikan di keluarga merupakan pendidikan yang paling baik. Bekal pendidikan dasar sejak dini oleh orang tua kepada anak-anaknya di rumah itulah yang akan menentukan seseorang ini menjadi apa dan siapa kelak.(*)

Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Rabu 9 Juli 2008.

Tuesday, July 08, 2008

Super Hancock

TADI pagi saya menyempatkan menonton sepotong film berjudul "Hancock" . Betul-betul sepotong, karena saya terburu berangkat ke kantor. Bintang utamanya adalah aktor yang juga rapper Will Smith. Saya tertawa dibuatnya. Film ini benar-benar menghancurkan mitologi jagoan-jagoan atau superhero ala Marvel.

Biasanya, superhero Hollywood adalah orang yang tampan seperti Clark Kent, membela kebenaran dan keadilan semisal DareDevil, dan berlaku santun ala Peter Parker. Tapi tengoklah John Hancock. Dia adalah seorang gelandangan pemabuk. Tak kenal sopan santun, walau mungkin niatnya baik. Mendarat saja dia menghancurkan aspal jalan. Setiap menolong orang lain, pasti terjadi keributan, kerusakan, dan kehancuran di belakangnya.

Entah dari mana jagoan LA ini berasal. Hancock dilahirkan sudah berkemampuan super. Dan itu menarik perhatian Ray Embrey yang bekerja di bidang public relation. Dengan sentuhan PR yang baik, Hancock pun berubah dari semula dimaki warga LA, jadi pujaan warga LA. Jadi Super Hancock. Dan Will Smith memang cocok memainkan peran ini. Pas banget.

Tapi begitulah, namanya juga film fiksi yang banyak ngekhayalnya. Istri Ray ternyata juga punya kemampuan yang sama. Malahan secara teknik, Hancock adalah suaminya. Walah, gimana ini. Lebih enaknya sih, nonton saja deh film satu ini. Lumayan untuk mengisi liburan.

Yang sempat jadi pembicaraan di milis dan juga di portal berita adalah gambar bayangan di kacamata Hancock. Ternyata di poster-poster film di bioskop Indonesia gambar bayangan itu adalah Bunderan HI Jakarta. Padahal di filmnya tidak ada cerita Hancock beraksi di Jakarta. Setelah ditelusuri, memang di setiap negara, gambar bayangan itu boleh diganti dengan bangunan ikon masing-masing negara. Makanya, Bunderan HI pun muncul di kacamata Hancock versi bioskop Indonesia.(*)

Monday, July 07, 2008

Kondangan, Makan di Tukang Lotek

HARI Minggu (6/7), Bu Eri mendapat undangan dari Kabag TU Depag Kota Cimahi yang menikahkan anaknya di Aula Pusdikter. Sejak beberapa hari sebelumnya, Bu Eri sudah memberitahu ada undangan. Jadi kami siap-siap, mengosongkan jadwal acara di hari libur dan hendak berangkat lebih pagi.

Namun apa mau di kata, rencana tinggal rencana. Jam 10.00, mendadak Kaka Bila ingin ikut Bude berenang di Tirta Mulya, Ngamprah. Akhirnya, untuk menyenangkan anak sekalian mengisi hari liburnya, kita pun ikut berenang. Sehabis dari sana, baru kita pulang untuk pergi ke kondangan.

Baru beres berenang sekitar jam 12.30 lebih. Langsung pulang ke rumah, pake angkot carteran. Tiba sekitar jam 13.30. Dengan kecepatan tinggi alias grasa grusu, saya dan Bu Eri cepat ganti baju untuk mengejar ke kondangan di Pusdikter Gadobangkong. Biasanya kalau di gedung, acara resepsi beres sekitar jam 14.00. Masih ada waktu lah setengah jam.

Sampai di Pusdikter, jarum jam menunjukkan jam 2 lewat 10 menit. Langsung tancap gas saja salaman dengan pengantin. Lalu celingukan kiri kanan, mencari tuan rumah yang mengundang. Malah bertemu dengan Pak Wawan dari Dishub. Pak Wawan ini yang membantu mencari Pak Wawan Depag.

Akhirnya bertemu juga. Setelah basa-basi dan minta maaf karena terlambat, kami pun langsung angkat kaki. Tak sempat kami mencicipi hidangan, karena memang sudah habis. Tinggal nasi putih dan ayam suwir saja. Dari pada tidak sama sekali, kami ambil dua gelas Aqua. Cukup lah untuk membasahi kerongkongan yang kering.

Melajulah kami menuju ke rumah kembali dengan perut tak karuan. Untungnya di kolam renang, kami sedikit mengisi perut dengan nasi goreng. Tapi tetap saja tak bisa membuat perut penuh.

Di tengah jalan, saya usul ke Bu Eri, gimana kalau mampir dulu ke tukang lotek di Jalan Gatsu Cimahi. "Kayaknya enak ni makan rujak siang-siang," kata saya. Tak perlu banyak kompromi, karena Bu Eri pun merasa lapar. Motor pun diarahkan ke Gatsu.

Di situ, bukan cuma rujak yang dipesan, tapi juga lotek pedas plus kerupuk kuning. Di jalan saat pulang, saya tertawa keras. Bu Eri heran, kenapa ketawa. "Bayangin aja, dari rumah mau pergi kondangan. Eh, makannya malah lotek sama rujak," jawab saya disambut tawa Bu Eri.

Tiba di rumah, langsung saja lotek dan rujak itu kami sikat habis. Namanya juga orang lapar.

Wednesday, July 02, 2008

Tribun Bebaskan Hendra dari Tuntutan Jaksa

KEGEMBIRAAN, tangis, haru dan sedih, bercampur baur dalam dada Hendra. Lelaki yang dituntut hukuman 10 tahun penjara itu tak kuasa menahan tangis saat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung mengetokkan palu vonis membebaskan Hendra dari segala tuntutan. Dan bedahlah telaga air mata itu dari begitu suara keadilan menyatakan kebenaran.

Hendra dituding turut berkomplot bersama lima terdakwa lainnya membunuh secara berencana Putu Ogik, seorang wisawatan asal Bali, di daerah Kiaracondong, pada suatu Malam Minggu tahun lalu. Namun saat persidangan berjalan, Hendra mencabut semua keterangan dalam BAP, karena aku Hendra, ia mengalami penekanan saat diperiksa polisi. Dan yang paling utama, ia tak pernah ada di tempat kejadian, saat pembunuhan terjadi.

Nama Hendra muncul, karena disebut oleh seorang terdakwa lainnya, yang disebut-sebut sebagai anggota geng motor. Alibi Hendra, saat kejadian ia sedang berada di Sleman Yogyakarta menonton pertandingan Persib Bandung melawan PSS Sleman. Tak heran, karena dia anak Viking, bobotoh Persih, saat persidangan Hendra pun mendapat dukungan dari Viking.

Nah alat bukti paling kuat yang menunjukkan Hendra benar-benar ada di Sleman saat pembunuhan itu terjadi adalah foto hasil jepretan fotografer Tribun Jabar, Gani Kurniawan. Secara tak sengaja, Gani memotret kerumunan Viking saat terjadi sedikit keributan di tribun stadion Sleman.

Foto ini pun pernah dimuat di halaman Persibmania. Karena berada di tengah kerumunan, woto Hendra ini nyaris tak dikenali. Namun setelah ditelisik, ketemulah wajah Hendra, dan kebetulan posisinya terbuka, sehingga wajahnya terlihat jelas. .

Gani sendiri bersaksi dalam pengadilan itu. Dan foto itulah yang menjadi senjata pengacara hukum Hendra untuk membebaskan Hendra dari segala tuntutan. Berita pengadilan Hendra pun mendapat porsi besar di Tribun. Bahkan sebelum Hendra disidang, Tribun sudah menurunkan preview tentang keganjilan penangkapan Hendra.
Bukan karena Hendra bobotoh Persib, tapi tentu semua karena menginginkan keadilan. Dan terbukti, keadilanlah yang bersuara. Berkat Tribun, khususnya foto Gani, Hendra bisa bebas. (*)

Tuesday, July 01, 2008

Avignam Jagat Samagram

OPERASI SAR (Search And Rescue) tempo hari di kawasan Gunung Salak, tepatnya di
Curug 12, Kampung Curugluhur, Desa Gunungmalang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, membuat saya mengingat kembali pelajaran-pelajaran tentang SAR.
Operasi SAR pada dasarnya adalah operasi kemanusiaan untuk menemukan korban, baik dalam keadaan hidup maupun meninggal. Tapi di sini, saya tidak akan bicarakan soal teori per-SAR-an. Saya hanya ingin mengulas tentang motto SAR.

Mungkin tidak semua tahu, mottor SAR Nasional adalah Avignam Jagat Samagram. Istilah yang diambil dari bahasa Sanskrit. Artinya kira-kira, Semoga Selamatlah Alam Semesta.
Ada pula yang mengartikan,"Damailah Bumiku dan Seisinya". Atau yang pernah saya terima dari senior-senior CPA, arti motto SAR itu adalah "Selamatlah Manusia di Seluruh Dunia". Tapi intinya sama, keselamatan bagi semua.

Logo SAR Nasional memiliki warna dasar Kuning Hijau. Warna itu diartikan sebagai warna "Pare Anom". Konon, dalam tradisi bangsa kita dua warna itu menandakan kesuburan tanah air kita yang diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat. Di tengah lingkaran logo adalah peta Indonesia, menunjukkan wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke terdiri dari 13.677 pulau/ kepulauan pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra, dengan mengandung kekayaan bumi dan air.

Lalu ada gambar Bintang sebanyak lima buah. Itu menggambarkan bahwa Pancasila merupakan falsafah Negara Republik Indonesia dan sebagai pandangan hidup dari bangsa. Sila kedua yang berbunyui "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" merupakan ciri khas tugas SAR Nasional yang selalu berkaitan dengan keempat sila lainnya.

Selanjutnya tulisan SAR NASIONAL dengan warna merah sebagai ketegasan dalam melaksanakan tugas kemanusiaan yang meliputi seluruh wilayah dengan tekad para petugasnya untuk bertindak dengan cepat dan tepat bila sewaktu-waktu diperlukan.

Dan terakhir tulisan AVIGNAM JAGAT SAMAGRAM. Sila pertama dari Pancasila sebagai suatu keyakinan dari setiap petugas SAR bahwa segala tugas ini diridloi Tuhan Yang Maha Esa dengan tetap berdoa "Semoga Selamatlah Alam Semesta". (*)