Friday, May 25, 2007

Aktivis 98 Kumpul di Jakarta untuk Rebut Kekuasaan


JUDUL di atas adalah judul berita di Situs Berita Rakyat Merdeka, Rabu (23/5). Pada berita disebutkan, sekitar 1.000-an aktivis 1998 yang ikut andil menjatuhkan rezim Orde Baru akan menggelar pertemuan di Jakarta, 21-24 Juni di Jakarta. Tujuan utama pertemuan itu adalah mematangkan rencana untuk merebut kekuasaan, baik lewat pemilu maupun tanpa pemilu. Alasan utama, karena pascareformasi, para elite politik yang berkuasa telah mengkhianati perjuangan mahasiswa. Elite sama sekali tidak memperjuangkan agenda reformasi.
Wow membayangkan, aktivis 1998 bertemu tentu bakal menyenangkan. Mereka aktivis hebat yang mampu menjungkalkan tirani otoriter. Saya masih ingat bagaimana atap gedung MPR/DPR RI dipenuhi mahasiswa. Sungguh pemandangan yang langka dan belum tentu 10 tahun sekali.
Rasanya wajar jika aktivis-aktivis itu kembali bertemu dan membicarakan arah bangsa ini. Bagaimanapun juga, peran mereka sebagai kelompok penekan sangat besar mengubah sejarah bangsa ini. Saya masih ingat pula Rama Pratama (waktu itu Ketua Senat UI, sekarang DPR RI) atau Vijaya Ananda (Presiden KM ITB, enggak tahu kemana Vijay), Adian Napitupulu, aktivis Forkot Sejati (he he sori Dian). Lalu Indra J Piliang (Sejarah UI, sekarang CSIS). Di Bandung? Maaf kalau saya tidak begitu kenal, selain Vijay. Ketua Senat Unpad, tempat saya kuliah, saat Reformasi 1998 saja saya tidak tahu. Apa Tatang atau Dadang (anak HMI ). Eh Tatang juga anak HMI (sekarang di Bappenas). Lupa lagi.

Maklumlah, di zaman Reformasi itu saya cuma kroco, yang mencoba bersikap, seperti halnya para reformator itu (Betul enggak istilah reformator?). Ikut berteriak ketika orator mengaba-aba. Ikut kepalkan tangan ketika korlap mengacungkan tangan.
Tapi beberapa teman menyebut saya provokator. Kenapa? Karena setiap kali ada kerusuhan di Jakarta, mulai Trisakti 12 Mei, lalu kerusuhan massa 13-15 Mei, lalu Semanggi I November 1998 dan II , saya selalu menghilang dari kampus, dan berada di Jakarta.
Saat kembali ke kampus, teman-teman bilang: "Tuh kan setiap kamu ke Jakarta, pasti rusuh, ada demo. Dasar provokator". Saya sih cuma tersenyum saja mendengar mereka.
Apa memang saya punya tampang provok? Entahlah... Padahal saya ke Jakarta kan cuma bertema kawan lama, teman-teman di UI, Sahid, dan Trisakti. Tidak ada yang istimewa, toh hanya berbincang-bincang saja.
Balik lagi ke rencana pertemuan Aktivis 1998. Ada hal yang mengganjal dalam hati saya, terutama soal tujuan pertemuan. Yaitu merebut kekuasaan dari pemerintahan sekarang, baik lewat pemilu maupun tanpa pemilu.
Kalau lewat pemilu, saya paham. Bisa jadi aktivis 1998 membentuk partai. Sebut saja Partai Aktivis Reformasi 1998. Dan memenangkan pemilu, karena bertekad menjalankan amanat agenda reformasi yang terkatung-katung selama sembilan tahun ini.
Tapi merebut kekuasaan tanpa pemilu? Apa yang mau dilakukan? Berdemo kembali di jalanan dengan tujuan Revolusi? Seperti halnya dulu pernah ditawarkan beberapa teman untuk menggulirkan revolusi sosial saat 1998 itu? Mengangkat senjata? Ah hanya mimpi.
Sudahlah, persatukan dulu kekuatan mahasiswa, tentukan "musuh bersama", baru beraksi ... Selamat bernostalgia.
Berikut ini berita selengkapnya soal rencana pertemuan Aktivis 1998:
Jakarta, Rakyat Merdeka. Sekitar 1.000 aktivis 1998 yang ikut andil menjatuhkan rezim Orde Baru akan menggelar pertemuan di Jakarta, 21-24 Juni di Jakarta. Rencana tersebut disampaikan Sekjen 98 Center Adian Napitupulu kepada Situs Berita Rakyat Merdeka di Jakarta, Rabu (23/5).
Adian mengatakan, saat ini mahasiswa 98 yang punya andil melengserkan Soeharto marah melihat para elite politik yang telah berkuasa mengkhianati perjuangan mahasiswa. “Elite-elite politik yang berkuasa lewat darah mahasiswa sama sekali tidak melaksanakan agenda reformasi,” kata Adian.
Ironisnya, kata Adian, DPR tanpa malu-malu menyatakan Tragedi Trisakti serta Tragedi Semanggi I dan II dinyatakan bukan pelanggaran HAM berat. “Dalam kondisi seperti ini mahasiswa 98 akan mencoba kembali merebut kekuasaan baik melalui pemilu atau tanpa pemilu,” tegas Adian.
Untuk mematangkan agenda tersebut, kata pentolan Forum Kota ini, aktivis 98 se-Indonesia akan menggelar pertemuan pada 21-24 Juni di Jakarta. Kata Dian, perebutan kekusaan kembali menjadi manifestasi dari pertanggungjawaban mahasiswa terhadap gagasan perubahan tahun 1998 yang telah dikhianati oleh elite politik saat ini.
“Inilah bentuk pertanggungjawaban kami terhadap darah teman-teman yang telah tewas dan bentuk pertanggungjawaban kami terhadap masa depan bangsa,” kata Dian. --
Ngomong-ngomong Pemimpin Situs Berita Rakyat Merdeka ini saya kenal banget. Tegus Santosa, sama-sama kuliah di Unpad, satu angkatan, angkatan 1994. Dia di Ilmu Pemerintahan, saya di Sejarah. Dan kita sama-sama Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Cibiuk Garut. Satu rumah satu kelompok. Saya menyebut beliau, aktivis pemikiran. Nah, bedanya dia sekarang jadi bosnya wartawan, saya masih kroco juga. Ha ha ha... (*)




No comments: