BAGI kaum muslimin, Idul Adha tentu memiliki makna besar. Tapi bagi crew Tribun Jabar, Idul Adha tahun 2008 atau 1429 H punya arti lebih besar lagi. Bahkan, inilah hari bersejarah. Hari yang sesungguhnya dinanti-nanti oleh kami.
Senin 8 Desember 2008 akan dicatat sebagai hari yang untuk pertama kalinya Tribun Jabar --sejak masih bernama Metro Bandung, tidak terbit pada tanggal merah. Wow. bayangkan butuh waktu hampir sembilan tahun, untuk menunggu kapan tanggal merah kami bisa seperti yang lain, ikut libur. Ya setidaknya, sehari sebelum tanggal merah itu bisa kami nikmati seharian seperti halnya orang lain libur.
Entah bagaimana ceritanya, manajemen Tribun memutuskan untuk tidak menerbitkan koran pada Idul Adha kali ini. Tentu banyak perhitungan, terutama soal sirkulasi yang kurang menguntungkan. Di Hari Idul Adha, para pengecer koran lebih banyak berburu daging kurban ketimbang mengedarkan koran. Jadi tujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat saat libur pun tidak tercapai. Kira-kira mungkin begitu alasan pokoknya.
Yang pasti, kami menyambut gembira hari libur ini. Meski pada tanggal merah lainnya pasti akan tetap terbit. Ya setahun sekali eh dua kali, dengan liburan Idul Fitri, kami bisa istirahat sejenak dari keriuhan dunia informasi.
Memang terasa ada yang aneh. Kami biasa tidak libur dan dianggap alien oleh orang lain. "Tanggal merah kok kerja," begitu istri saya ngomel. Dan memang kami lebih suka atau menikmati dibilang aneh. Asal koran ini bisa maju. Nikmati yang ada, menarik napas sejenak karena hidup ini tak selamanya berlari kencang, lalu kembali berlari, berlari, dan terus berlari.(*)
No comments:
Post a Comment