Tuesday, October 21, 2008

Sebuah Nama Tinggal Cerita: Peterpan

PETER PAN adalah pahlawan anak-anak. Itu dongeng dari negeri barat sana. Tapi Peterpan van Bandung adalah Pemuda Terminal Antapani. Itulah sekelompok pemuda di daerah Antapani dan membuat sebuah band yang kemudian menjadi band papan atas di negeri ini.

Langkah mereka ibarat meteor. Melesat cepat jadi terkenal. Menjadi selebritas, dan ikonnya, Nazril Irham alias Ariel adalah sosok terdepan band ini. Gosip, tentu tak lepas dari kehidupannya. Sejak digosipkan jalan bareng Luna Maya, lalu menghamili dan menikahi Sarah, sampai menceraikannya, hingga ia kini seorang duda keren.

Peterpan bagi saya adalah band yang mengiringi pertumbuhan dan perkembangan anak sulung, Kaka Bila. Saat umurnya 2 tahun, Kaka sudah bisa melafalkan lagu-lagu Peterpan. Lagu Ada Apa denganmu adalah lagu kojonya. Setiap intro lagu itu terdengar, Kaka langsung bergoyang sambil mulutnya menyuarakan bunyi seperti ini: jeng jet jeng jet jeng jet.


VCD Peterpan pun menjadi favorit, mengalahkan VCD Sulis dan Hadad yang sebelumnya selalu menghiasi ruang-ruang di rumah kami. Nyaris setiap jam VCD bajakan itu diputar, sampai bulukan dan bikin ngehang DVD player. Om Ariel, begitu Kaka memanggil nama vokalis Peterpan itu. Padahal punya hubungan keluarga juga enggak. Tapi itulah, ekspresi seorang bocah terhadap band fenomenal dari Antapani ini.

Dan Minggu (19/10) malam, Peterpan menggelar konser terakhir mereka menyandang nama Peterpan. Ya, mulai detik itu tidak akan ada lagi band di Indonesia bernama Peterpan. Entah mereka akan mengganti nama band menjadi apa. Mungkin Petercah (Pemuda Terminal Cicaheum), bisa juga Peteryom (Pemuda Terminal Ciroyom), atau Peterjang (Pemuda Terminal Leuwipanjang).

Sebuah nama sebuah Cerita, itulah album yang mengakhiri langkah Peterpan. Nama yang sebelumnya bisa mengikat enam pemuda: ariel, Lukman, Reza, Uki, Indra, dan Andika. Karena konflik internal, Indra dan Andika hengkang, dan membentuk band baru, The Titans. Saat hengkang itulah, ada syarat yang diajukan Andika: Peterpan harus mengubur namanya dalam-dalam. Karena nama itu ada saat mereka berenam. Kalau berempat, bukan Peterpan lagi namanya. Lalu dia pula yang mengilhami nama itu dan disupport Mama Andika.

Tentu ini kehilangan besar bagi dunia musik Bandung dan Indonesia. Sebuah band besar bisa berganti nama di tengah jalan, justru di saat puncak popularitasnya. Sebuah keanehan, yang mungkin hanya terjadi di Indonesia.

Saat Minggu tengah malam itu menonton konser terakhir Peterpan, saya membangunkan sebentar Kaka Bila dari tidurnya. "Ka, itu Om Ariel lagi nyanyi". Kaka bangun sejenak, melihat teve, lalu tidur kembali. Besok harinya, saat mengantarnya ke sekolah, saya bertanya lagi soal Peterpan. Kaka menjawab,"Aku juga tahu, itu Peterpan yang terakhir". Lalu dia diam di sepanjang jalan menuju ke sekolahnya.(*)

1 comment:

rahmat said...

Semoga Peterpan baru terlahir kembali