Monday, June 11, 2007

Zorro




SENIN minggu lalu, tak biasanya saya nonton televisi jam 21.00 WIB. Saya pencet channel 7, Trans TV. Ternyata lagi mulai film Zorro, The Mask of Zorro. Karena tak ada kegiatan, saya tuntaskan menonton film ini. Ya, film Zorro adalah salah satu film favorit saya. Dan mengingatkan pada masa-masa kuliah dulu.
Waktu kecil dulu, film Zorro masih berupa film kartun. Diputar saban sore. The Legend of Zorro, kalau tak salah judul filmnya. Tokoh Zorro ini jadi idola anak-anak. Dia jagoan pedang, berkelahi, dan jago juga nunggang kuda. Nama kudanya Tornado. Sehabis mengaji, biasanya saya suka main Zorro-Zorroan dengan teman-teman. Sarung diikatkan ke kepala. Menutupi setengah badan. Yang tersisa, cuma dua badan plus dada ke bawah. Sebenarnya tidak mirip Zorro, malah mirip Ninja. Tapi tetap saja, kami, anak-anak kampung tempo doeloe menikmati permainan ini.
Ingatan tentang Zorro ini masih melekat, hingga tahun 1995 saya menonton film layar lebar The Mask of Zorro. Saya masih ingat, menonton film ini bersama "teman" saya, Tanti. Ditemani lagi teman saya juga, Oin. Kalau tidak salah, nonton film ini di bioskop 21 BIP Jalan Merdeka Bandung. Zaman itu, memang zamannya saya gila nonton film. Saban bulan, pasti menyempatkan diri untuk menonton film baru.
Di layar lebar, Zorro dikisahkan ada dua. Zorro senior dan junior. Zorro senior diperankan oleh Anthony Hopkins. Sehari-hari dia adalah Diego de la Vega, seorang Don di California. Istrinya yang cantik adalah Esperanza. Mereka punya anak perempuan yang masih banyak, Elena. Setiap hari, inang pengasuh selalu menggantungkan sekuntum bunga khas California, bernama Romneya, di atas boks tidur si kecil Elena.

Tokoh antagonis dalam film Zorro adalah Don Rafael. Dia juragan tanah yang menguasai California. Suatu ketika, untuk memancing Zorro keluar, Don Rafael hendak menghukum tiga orang petani. Saat hendak ditembak mati, muncullah Zorro, sang hero pahlawan rakyat kecil. Dalam sebuah perkelahian, bahu kiri Zorro sempat tertusuk pedang.
Rupanya Don Rafael sudah mengendus bahwa Zorro itu tak lain Diego de la Vega. Ketika Zorro pulang ke rumah, menangggalkan topeng, dan tengah bercengkerama dengan anak dan istrinya, datanglah pasukan Don Rafael ke rumah Diego de la Vega.
Rupanya Rafael punya dendam kesumat. Hasratnya memiliki Esperanza tak kesampaian. Maka dela Vega lah yang menjadi sasaran. Dalam pertarungan pedang, sebenarnya Rafael sudah kalah. Namun anak buahnya menembakkan senjata. Sedetik sebelum peluru menembus dela Vega, Esperanza menubruk tubuh suaminya dan menjadi tumbal. dela Vega pun ditangkap dengan membawa sejuta kesedihan. Istrinya tewas, dan anaknya yang masih bayi dibawa Rafael dan diaku anak.
20 tahun kemudian, diceritakan, Rafael kembali dari Spanyol ke California. Ia membawa niat mendirikan Republik California Merdeka. Elena yang sudah tumbuh dewasa, diperankan si cantik Catherine Zetta Zones, turut ke California. Dari sinilah cerita terus bergulir.
dela Vega yang berhasil lolos dari penjara, akhirnya menemukan sosok yang pas untuk dijadikan Zorro. "Guru akan muncul saat murid sudah siap," begitu kata Dela Vega. Yang akan dilatihnya adalah Alejandro Murrieta, seorang pemabuk, bandit bau coro. Waktu masih kecil, Alejandro bersama kakaknya, pernah membantu Zorro, sehingga mereka diberi kalung Zorro. Kalung itulah yang membuat dela Vega dan Alejandro terikat dalam satu lingkaran: Zorro.
Singkat saja, jadilah Alejandro menjadi Zorro masa itu. Tokoh pembela rakyat ini diperankan oleh Antonio Bandeiras. Aroma dendam pun meruap sepanjang film ini. Zorro muda ingin melampiaskan dendamnya kepada Kapten Love yang membunuh kakaknya. Lalu Zorro tua juga mau melampiaskan dendamnya kepada Don Rafael.
Mudah ditebak, Zorro muda terpikat Elena, yang notabene anak Zorro tua. Setelah pertarungan pedang, dan humor-humor situasi yang menghibur, Zorro pun berhasil menggagalkan niat Rafael mendirikan Republik California Merdeka.
Kemunculan kembali Zorro membuat rakyat kembali bersemangat dan memiliki nyali. Tak hanya itu, kehidupan pun berjalan tanpa ada penindasan atau kezaliman. Ah, hidup yang indah. Mungkin hanya ada di film.
Intinya, Zorro adalah sosok Ratu Adil. Di segala zaman, sosok semacam ini memang selalu muncul atau diharapkan untuk muncul. Messianisme atau Millenariaisme, begitu Sartono Kartodirdjo, begawan sejarah Indonesia menyebutnya. Kerinduan akan munculnya penyelamat, ratu adil, satrio piningit. Hal itu terjadi, ketika rakyat sudah tidak lagi memiliki kepercayaan kepada penguasa, ketika kezaliman merajalela, ketika korupsi menjadi urat nadi birokrasi, dan rakyat dihisap penguasa.
Ah, panjang lagi kalau mau diceritakan. Nikmati saja menonton film semacam ini. Karena kenyataan memang tak seindah harapan. (*)

No comments: