Monday, June 11, 2007

MENCARI TK


Kaka Bila waktu masih di Playgrup Lembah Madu
BULAN Juni ini, Kaka Bila selesai sekolah di Playgrup Attaqwa. Tanggal 1 Juli adalah hari perpisahan. Rencananya mau ada acara perpisahan khusus di Aula Unjani. Kaka Bila sudah pesan baju khusus pula buat memeriahkan acara tersebut. Katanya anak-anak Playgrup mau unjuk kabisa, menari. Entah tarian apa. Hari ini Kaka pulang dari sekolah bawa baju buat perpisahan itu. Baju terusan, lengan pendek, warna pink berbunga-bunga. Katanya juga, nanti saat pentas, harus didobel dengan kaus warna hitam. Kira-kira tarian apa yang kostumnya seperti itu yah?
Beberapa hari belakangan ini, saya dan Bu Eri diskusi intens soal kelanjutan sekolah Kaka. Mau masuk ke TK apa dan dimana. Sebenarnya, saat saya di Batam hal ini sudah dibahas. Waktu itu, Bu Eri sepakat mau memasukkan Kaka ke TK Indria di komplek Armed. Kira-kira jaraknya 800 meter dari rumah. Cuma beda kampung, dibatasi sebuah selokan besar.
Namun setelah ngobrol sana sini dan kemudian mencari pembanding, akhirnya kami sepakat Kaka sekolah di TK Mutiara Bunda di Warung Contong. Lokasinya juga tidak terlalu jauh. Mungkin hanya 1 km. Pertimbangan kami, jadwal masuk TK yang satu ini hanya Senin sampai Jumat. Sabtu dan Minggu libur. Bagi kami, tentu sangat menolong, karena kalau setiap hari harus mengantar dan menunggu juga sangat repot. Maklum, kondisi politik Cimahi saat ini lagi "panas" menjelang Pilkada. Otomatis Bu Eri pun harus berangkat lebih pagi lagi untuk meliput. Selain itu, Kaka yang rencananya masuk TK A, bisa saja pindah ke TK B setelah satu semester. Ini tergantung Kaka sendiri. Kalau menunjukkan prestasi atau kemauan kuat untuk masuk SD, ya bisa pindah ke TK B.
Saya sendiri ingin tetap berpegang pada faktor usia. Seseorang masuk SD itu idealnya umur 7 tahun, usia ketika kondisi emosi dan psikologisnya dianggap sudah siap untuk sekolah.

Umur Kaka memang serba tanggung. Saat masuk TK bulan Agustus nanti, umurnya 4 tahun 10 bulan. Jadi 5 tahun kurang. Tahun depan, di bulan yang sama, ia 6 tahun kurang. Kalau masuk SD, rasanya juga masih terlalu kecil, dari sisi umur. Terkecuali, anaknya memang jenius, kreatif, cerdas, sehingga bisa mengikuti pelajaran di SD.
Kaka pernah diajak ke Mutiara Bunda. Senangnya bukan main. Tempatnya memang rumahan. Ada dua kelas untuk TK. Tempat bermain ada di halaman depan rumah, kecil saja. Ini juga yang menjadi alasan kami memasukkan Kaka ke TK ini. Suasananya serasa di rumah, sehingga anak bisa bermain seperti halnya di rumah, tidak terbebani sekolah yang formal.
Namun karena itu pula, Kaka enggak mau sekolah lagi di Attaqwa. Padahal kan belum selesai. Ia inginnya langsung sekolah di TK Mutiara Bunda. Seperti kejadian tadi pagi, Kaka susah disuruh mandi. Alasannya,"Aku gak mau sekolah di Attaqwa, aku kan sudah di sekolah di tempat baru". Mungkin pikiran dia,dengan datang ke Mutiara Bunda, dia sudah sekolah di sana.
Tapi akhirnya mau juga dia berangkat ke Attaqwa. Karena saya lagi diserang pilek dan serak, lalu tadi pagi minum obat sehingga mengantuk, Bu Eri yang mengantar Kaka ke Attaqwa. Saya kebagian menjemputnya, jam 10 lebih.
Waktu menjemput, Kaka masih bermain ayun-ayunan. Saya biarkan saja dulu ia main sepuasnya. Karena kalau saya mendekat dan Kaka tahu saya datang, tentu ia mengajak pulang. Padahal kalau di rumah, Kaka selalu bilang,"Aku gak punya teman.." dengan muka sedih.
Seingat saya, saya tidak pernah memotret Kaka saat beraktivitas di playgrup Attaqwa. Selain tidak pernah ditunggui, saya memang tidak pernah ikut kegiatan di sini. Dan memang Attaqwa jarang mengadakan kegiatan keluar. Berbeda dengan Lembah Madu, playgrup pertama Kaka, yang setiap minggu menggelar acara keluar. Minimalnya pergi ke kebun di daerah Gunung Bohong. Jadi tak heran, kalau foto-foto Kaka di Lembah Madu sangat banyak.
Satu hal yang penting juga adalah biaya pendidikan. Saya dan Bu Eri sudah menyiapkan biaya pendidikan Kaka sejak usianya 2 tahun. Tahun depan baru bisa dicairkan untuk biaya masuk SD. Tapi karena jatuh temponya akhir Bulan Juli, otomatis harus ada cadangan lain sebelum bulan Juli yang bisa dipakai. Alhamdulillahnya, kami punya simpanan di Muamalat. Ini juga uang Kaka yang kami simpan sebagai dana cadangan darurat. Bisa dipakai untuk biaya pengobatan, jalan-jalan, atau masuk sekolah seperti sekarang ini. Cuma, karena lama tak diisi, sementara pengambilan jalan terus, saldonya pun berkurang drastis. Karena itu, kami merencanakan untuk kembali mengisi tabungan Muamalat ini. Biar cuma Rp 100 ribu sebulan, kalau rutin, lama-lama akan terkumpul banyak juga. Toh bukan untuk kebutuhan hari ini, tapi untuk jaga-jaga kalau keadaan kepepet atau mendesak. (*)

No comments: