PAGI ini mendung menggelayut di langit Bandung. Angin dingin meniup perlahan, menembus pori-pori kulit, menyelusup ke tulang sumsum. Brrrr...tiris euy (kata orang Sunda bari diharudung ku sarung = dingin euy sambil melilitkan sarung ke badan). Kata BMG, suhu Cimahi di bawah 17 derajat Celcius. Brrr...
Sejak semalam, hujan gerimis turun. Saat pulang, sekitar jam 10.00 malam, saya pun kehujanan. Untung cuma gerimis. Jadi jaket dan ransel tidak kuyup. Saat lewat Jalan Raya Cibabat Cimahi, saya mampir dulu ke Warung Tahu Sumedang. Lumayan makan tahu hangat, bikin badan tidak kedinginan. Saya bawa pulang 30 biji tahu plus 5 lontong buat orang-orang di rumah.
Hujan kembali turun sekitar jam 3 subuh. Tidak lama, namun langit terus mendung. Hingga saya berangkat ke kantor, langit tetap mendung. Awan hitam di sebelah timur kentara membawa hujan. Saya percepat laju motor. Tapi satu dua tiga titik air hujan mulai menetes menimpa helm saya. Saya tancap gas terus. Berharap segera tiba di kantor dan hujan belum mengucur.
Rupanya di daerah Kosambi, hujan sudah turun lebih dulu. Yang tersisa hanya rintik gerimis. Ya, mendung tak selama berarti hujan, tapi bisa pula cuma gerimis kecil yang menggoda siapapun memaju kendaraannya untuk berteduh.
Suasana langit mendung, tak panas, ini justru mengingatkan pada keadaan Bandung beberapa tahun lalu. Cuacanya adem, nyaman, tidak hujan, tidak pula panas. Apa mesti mendung terus, sehingga merasa hidup di Bandung?..
No comments:
Post a Comment