Kamis 7 Juni
RASANYA aneh mengendarai motor menyusuri jalan raya Cimahi menuju Bandung. Jalan penuh mobil pribadi dan angkot. Tat tet tat tet klakson berbunyi sepanjang jalan. Sesuatu yang tidak saya dapati seminggu lalu saat masih di Batam. Rasanya naik motor pun tidak pede. Semua orang seperti menatap saya. Segala sesuatunya seperti baru. Ah, apa saya yang aneh? Rasanya tidak. Hanya sebagian rasa saya masih rasa Batam, belum sepenuhnya pulih. Ini Bandung Bung! Weak up, jangan terus bermimpi sedang di Batam. Sekali lagi, Ini Bandung Bung!
Kemarin saya mengantar adik, Neng Diah, pulang ke rumah di Prapatan Cihanjuang. Dia semalam menginap di rumah saya di Unjani. Pulang dari Jatinangor langsung ke Unjani. Cari koran, terus melihat-lihat lowongan kerja. Dia baru diwisuda dua minggu lalu. Sarjana pertanian, dan menganggur. Neng Diah tanya-tanya apa saja pekerjaan yang mungkin cocok dengannya yang berlatar pendidikan Pertanian. Saya bilang, apapun bisa dikerjakan. Toh yang terjadi selama ini adalah lintas bidang. Satu pekerjaan dikerjakan oleh orang yang bukan bidangnya. Itulah Indonesia, negeri yang tidak punya spesifik pekerjaan, atau mengabaikan keahlian individual. Asal mau, semua bidang bisa dimasuki semua jurusan pendidikan. Dan saya bilang, rata-rata fresh graduate itu tidak pernah pede saat mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya. Pasti yang dicari itu yang persyaratannya menerima semua jurusan. Itu yang paling banyak dicari.
Saya bilang juga, mencari kerja itu ada dua pilihan: Satu jadi wiraswasta, kedua jadi pegawai. Mana yang dipilih? Rupanya adik saya memilih yang kedua. Ia beralasan tidak pandai berwiraswasta. Ya sudah, itu pilihannya dan harus mau menanggung risiko sendiri.
Baru kemarin saya bertemu Mama di rumah. Sejak pulang dari Batam, saya belum sempat ke sana. Hanya sebentar, mengobrol, lalu saya segera pamit. Melaju ke Bandung, menuju kantor.
Di sepanjang jalan, saya terus bermain dengan pikiran saya. Berkelindan, antara suasana Batam, Cimahi, Bandung. Bagaimana rupa kantor saya di Bandung? Sepertinya ini pengaruh lelah perjalanan yang masih membelit perasaan. Post Duty syndrome.
Tiba di kantor jam 13.30. Saya cari kartu absensi saya, rupanya tidak ada. Apa saya sudah tidak dianggap sebagai karyawan di Tribun Jabar? Di halaman bertemu dua sekuriti, Taruna dan Ismanto. Juga bertemu rekan saya, Darajat. Muncul pula Mbak Yoba, manajer iklan. "Kenapa lu gak di sana aja sekalian?" tanya dia. Saya cuma mesem sambil terus berjalan ke ruang depan. Rasanya semua orang menatap saya. Orang baru. Tepatnya baru datang, karena salam pembuka setiap orang yang bertemu pasti,"Wah ini orang Batam baru pulang kandang. Gimana di Batam? Lama sekali yah?". Padahal cuma dua bulan, bahkan kurang seminggu.
Masuk ke dalam ruangan redaksi. Disambut beberapa teman wartawan. Ada Nurjaman, Fatimah, Barir. Di situ juga ada Krisna, Korlip Tribun Jabar. Semuanya menyambut hangat. I'm coming home.
Lalu bermunculan yang lain. Mbak Hasanan, Redpel, Bu Iya PSDM, juga Penny, Sekred baru. Makin sore makin banyak teman-teman yang datang. Semuanya menanyakan hal yang sama. Bagaimana di Batam. Harusnya penjelasan saya direkam, biar tinggal diputar ulang kalau ada yang bertanya, he he.
Saya perhatikan kantor masih sama, tapi rasanya kok makin benderang. Entah apa yang membuatnya jadi agak terang, karena cat tembok pun tidak berubah. Atau ini perasaan saya saja. Yang berubah adalah wc di dekat musala. Pintunya jadi bagus. Sementara musala, masih tetap seperti dulu kala. Lembab.
Saya tak bawa oleh-oleh dari Batam. Makanya saya pesan Pizza buat teman-teman di kantor. Lumayanlah yang tahu. Jam 5 teng, pengantar pizza datang. Saya sisakan satu plate buat di rumah. 3 plate lainnya tandas disikat teman-teman.
Saya ambil koran tribun Jabar hari itu, edisi Kamis 7 Juni. Ada foto headshot kecil di kolom Referat yang wajahnya saya kenal. Tanti R Skober. Alhamdulillah, rupanya dia benar-benar mau menulis. Dua hari sebelumnya, Tanti minta nomor kontak Kang Cecep, mungkin untuk urusan tulisan itu. Ya, mulailah menulis lagi, Tanti...(Baca posting: Menulislah...Catatan untuk Tanti R Skober).
Walaupun ke kantor, saya tidak bekerja. Kantor masih menganggap saya cuti dan masuk lagi hari Sabtu. He he, untunglah kalau begitu. Masih punya waktu istirahat satu hari lagi. Saya bertemu dengan teman-teman Koperasi Karyawan. Mereka minta maaf, karena roda koperasi belum bergerak. Saya putuskan untuk bertemu hari Sabtu siang membahas koperasi yang saya tinggalkan dua bulan, dan kolaps...
Saya cuma bisa mendengar cerita saat teman-teman ikut Family Gathering. Foto-fotonya saya buka di komputer. Weih, ternyata hampir semua teman di redaksi dan pracetak hadir bersama keluarganya. Momen yang sulit untuk terulang kembali, satu atau dua tahun lagi. Tapi siapa tahu, kalau koperasi berjalan, Family Gathering seluruh karyawan bisa digelar. (*)
No comments:
Post a Comment