Tuesday, June 26, 2007

PAS Band Terpukul


PAS Band saat berkunjung ke kantor Tribun dan bersilaturahmi ke rumah keluarga korban
KASUS tewasnya tiga penonton konser musik PAS Band di Cimahi terus berlanjut. Kali ini personel dan manajer PAS Band yang datang ke kantor Tribun, Senin (25/6) sore.
Saya baru memarkir motor saat mobil PAS masuk halaman kantor Tribun. Orang yang keluar pertama adalah Yukie, vokalis PAS Band. Saya sudah menduga kedatangan mereka, pasti ada kaitannya dengan berita konser musik di Cimahi. Saya masuk ke dalam, lalu
memberitahukan Ricky, wartawan hiburan. "Tuh, PAS sudah pada datang," bisik saya.
Ketika saya menyalakan komputer, Mbak Hasanah mengajak saya untuk menerima PAS Band.
"Okelah..," kata saya. Saya ikut masuk ke ruang pertemuan, dan menyalami satu persatu rombongan PAS Band. Yukie langsung menyambut saya. "Hei bos, kumaha damang," kata dia.
Saya tidak asing dengan mereka ini. Saya tahu, kalau tidak disebut persis, kelahiran grup indie asal Bandung ini. Mereka diproklamirkan di Jatinangor tahun 1990. Yang membidani adalah Samuel Marudut (almarhum), music director Radio GMR. Juga tidak asing, karena Yukie, Bengbeng, dan Trisno adalah barudak Unpad. Terlebih Yukie, dia kakak angkatan saya beda jurusan. Dia Sastra Inggris, saya di STM-nya Fakultas Sastra, Sejarah. Tapi kami pernah sama-sama satu kuliah. Waktu itu Yukie mengulang mata kuliah DDF 2 (Dasar-dasar Filsafat). Dia selalu duduk paling belakang, masuk ruangan juga paling terakhir. Maklumlah, artis mah sok diminta tanda tangan, jadi takut beken gitu.
Di ruang pertemuan Tribun itu, mereka, Yukie (vokalis), Trisno (basis), Bengbeng (gitaris), Dadan MS (manajer), Yusuf Syani alias ucup (Road manajer), dan seorang lagi, saya tidak tahu, sudah duduk mengitari meja oval.
Saat memulai cerita, mereka mengaku terpukul berat dengan kejadian tersebut. Karena mereka tidak tahu sama sekali ada korban jiwa. Mereka baru ngeh ada kejadian itu setelah membaca koran.

"Gila ini, kita ini orang Bandung, maen juga masih di Bandung, tapi tidak tahu kalau ada penonton yang pulang terinjak-injak terus mati. Bukannya PAS tidak peduli, tapi karena kami benar-benar tidak tahu," kata Bengbeng, sang gitaris. Hal yang sama juga diungkapkan manajer PAS Band, Dadan. Saat Minggu malam ada wartawan dari Jakarta (Mas Yoni Persda) mengkonfirmasi kejadian itu, ia mengaku tak percaya. "Saya malah bilang, wah jangan nyebar gosip dong, itu kabar burung, Enggak ada tuh yang meninggal," kata Dadan.
Menurut Bengbeng, konser saat itu selesai pukul 10.30 malam. Setelah menunggu mobil dan kembali ke hotel, ia sempat balik lagi ke stadion untuk mengambil barang. "Itu jam setengah satu (00.30). Suasana sudah sepi, nggak ada lagi penonton. Yang ada cuma polisi lagi briefing, lalu mobil-mobil juga sepertinya mobil polisi semua. Saya enggak mendengar sedikitpun ada penonton yang terinjak-injak. Makanya langsung balik ke hotel terus pulang," tutur Bengbeng.
Mereka sempat kumpul di base camp Jalan Citrayuda sampai jam sembilan pagi. Terus
pulang ke rumah masing-masing. Sepanjang hari Minggu itu, mereka tenang-tenang saja. Sampai akhirnya Dadan ditelepon wartawan dari Jakarta.
Pembicaraan pun terus mengalir seputar konser waktu itu yang benar-benar aman, tidak ada penonton yang rusuh dan sebagainya. "Sebetulnya ini konser yang paling aman.
Polisi berjaga juga santai. Beda waktu kami manggung di Bekasi. Itu betul-betul rusuh, makanya kami memutuskan untuk menghentikan pertunjukan," kata Bengbeng.
Nah sejak dari Bekasi itu, Yukie mengaku, ia tidak enak perasaan. Yukie merasa bersalah. "Saya sampai bilang gini, saya menyesal jadi band besar yang punya banyak penggemar. Rusuh, berkelahi. Itu terbawa terus sampai main di Cimahi," kata Yukie.
Yang lebih membuat hatinya tak tentram, Yukie bilang sehari sebelum manggung di Sangkuriang, ia mimpi buang hajat besar. Bagi orang Sunda, mimpi seperti itu biasanya berarti buruk. "Asli, saya mimpi seperti itu. Waduh ada apa ini. Waktu naik panggung di Sangkuriang, saya makin tidak enak hati. Tapi konser berjalan baik dan lancar. Eh ternyata pulangnya itu yang membawa kabar buruk. Terus terang saja,
saya jadi trauma juga kalau manggung," kata Yukie setengah mengeluh.
Ya, Yukie yang terlihat paling sedih dan terpukul. Dalam pertemuan itu, ia lebih banyak diam. Padahal saya tahu, Yukie ini kalau ngomong nyerocos cos. Malahan Bengbeng yang banyak ngomong di pertemuan itu.
Setelah ngobrol panjang lebar, akhirnya rombongan PAS Band pamit. Mereka akan ke dua
koran lain dan setelah itu ke rumah korban di Cimahi. Bahkan kalau bisa ikut tahlilan. Tapi saya mengingatkan, kalau bisa PAS tidak langsung ke rumah. "Gini aja, biar wartawan kita dulu yang ke sana, kalau di sana sudah oke mau menerima, PAS bisa meluncur. Soalnya, ada keluarga korban yang kemarin histeris. Takutnya PAS Band datang, mereka histeris lagi," kata saya.
PAS pun menyetujui usulan saya. Mereka akan dipandu wartawan Tribun di Cimahi, Ferry. Setelah semua oke, baru meluncur ke rumah keluarga korban. Dan ternyata kekhawatiran saya benar. Salah satu keluarga korban, yaitu keluarga Mugi, menolak didatangi rombongan PAS Band. Hanya keluarga Rino yang menerima PAS Band, sehingga
bisa ikut tahlilan. Ya sabar saja sobat, musibah tak bisa diketahui kapan datangnya. "Tenang saja Kie, toh bukan kesalahan kita. Dan PAS sudah menunjukkan niat baik untuk bersilaturahmi dengan keluarga korban," kata saya menghibur Yukie, saat pamitan dari kantor Tribun. Yukie hanya menjawab dengan anggukan. Ia pun menyalami saya sambil mengucapkan terima kasih. "Ikut ke Cimahi? tanya dia. "Wah saya
baru datang dari Cimahi, dan harus menggarap halaman. Salam saja buat orang-orang di sana," kata saya. Lagi-lagi Yukie mengangguk. (*)

1 comment:

Anonymous said...

semangat brother...Alloh maha kuasa...
semangaaaaattt....