Monday, June 04, 2007

Sayonara



Mas Gentur (pake kacamata) dan Edi lagi melahap nasi. Ika dan Agus, di belakang Reza, pada lagi makan di kantin.

Kamis 31 Mei 2007
WAKTU menunjukkan 11.30 WIB. Edi Sijabat, teman satu mess, sudah bersiap mengantar saya ke Bandara Hang Nadim. Memang di tiket pesawat, waktu check in jam 12.00. Cuma perut saya menagih berlagu keroncongan, mungkin juga ngerock. Dari semalam belum terisi. Akhirnya saya putuskan untuk makan dulu di kantin dekat kantor, biar para cacing tak bernyanyi terus.
Waktu si Mbak di kantin melihat saya, dia heran. "Lho katanya kemarin sore makan terakhir?" "Terbangnya bentar lagi Mbak, perlu ngisi perut dulu nih," jawab saya.
Seperti biasa, sebagai teman makan, saya pesan Teh O sama Engkoh. Mungkin ini terakhir saya memesan teh (manis) panas dengan nama Teh O. Karena pasti di Bandung, tak ada yang namanya Teh O. Kalau pesan teh manis yang mesti bilang Teh Manis atau Teh panas.
Selain Edi, di meja bundar kantin itu, duduk pula Agus menemani saya makan pagi (tapi tengah hari). Lalu datang Ika, wartawan Tribun, dan Reza, anak TI. Belakangan Mas Gentur, bos iklan Tribun, dan Wahyu sirkulasi juga datang untuk makan siang.
Saya nikmati betul setiap suapan nasi, karena ini terakhir saya makan di sini (Kalo tidak ditugaskan lagi he he). Karena Ika nyinggung-nyinggung soal foto di kantin, saya pakai kamera HP saja buat jeprat jepret suasana makan siang itu. Digicam-nya lupa dibawa, masih di dalam ransel.
Makan pun diselingi senda gurau Reza, Edi. Saya baru ingat, Mas Gentur belum tahu kalau saya mau pulang ke Bandung hari itu. "Yang bener, jadi hari ini?" tanya Mas Gentur setengah tak percaya. "Iya mas, beneran, sekarang pulang," kata saya. "Ya sudah selamat jalan saja Kang, semoga ketemu lagi sudah jadi Haji. Umrohnya sudah khan?. Sori ni tangannya basah gak bisa salaman" kata dia. "Amiin, Makasih Mas," jawab saya sambil tertawa.

Mas Gentur ini sosok yang terbuka, ceplas-ceplos, terkesan pintar. Padahal kata dia, itu cuma kesan saja, supaya orang menganggap kita beneran pintar. Yang pasti Mas Gentur ini jago lobi, relasinya luas. Ingat Mas Gentur, tentu saya ingat mobil sedan Subarunya yang setiap mau Jumatan dipakai kami beramai-ramai ke mesjid. Semoga Allah SWT memberi berkah kepada Mas Gentur karena telah memberi tumpangan kepada orang-orang yang akan salat Jumat.
Usai makan siang, saya pun bersiap ke Bandara. Rupanya Mas Yon dan Mbak Penny mau ikut mengantar juga ke Bandara. Meluncurlah mobil Acer menuju ke Mitra Raya. Soalnya koper saya masih di mess. Dari mess, langsung ngebut ke Bandara. Ya sekitar 20 menit, sampai di sana. Teman-teman hanya bisa mengantar sampai di jalan depan saja. Setelah bersalaman dan diberi tahu Mas Yon harga airtax, saya pun masuk ke ruangan dalam.
Huh, rasanya baru kemarin saya menginjak Batam. Kini saya harus meninggalkan kota seribu ruko ini. Banyak pengalaman yang bisa saya ambil selama bertugas di Batam. Mungkin sebagian cocok diterapkan di Bandung. Tergantung situasi dan kondisi. Saya berharap, kepulangan saya dari Batam membawa perubahan suasana kerja, di Bandung. Sayonara Batam....(*)

No comments: