Saturday, August 23, 2008

Tak Ada Habisnya Matahari (1)

SAYA menyukai matahari. As Syam, dalam bahasa Arab. "Berputar mengelilingi matahari-ku," begitu selalu Jalaludin Rumi memuji sang matahari, Syamsi Tabriz, gurunya dalam bersufi. "Demi matahari dan waktu Duha," begitu kalimat indah yang difirmankan Alloh SWT. Banyak hal yang mengungkap soal matahari. Agnes Monica pun menyanyikan lagu berjudul "Matahariku". Mata-mata terkenal di era Perang Dunia I juga bernama Matahari.

Tak heran, saya sering memotret pesona matahari ini. Sunrise ataupun sunset. Beruntung, rumah yang tengah dibangun sekarang ini memiliki view yang lumayan bagus untuk memandang pesone matahari saat tenggelam di balik gunung. Memang untuk melihat sunrise, agak susah. Terhalang atap rumah orang lain. Tapi kalau naik lagi ke dak di atap, matahari terbit pun akan terlihat. Saat dulu masih rajin ke gunung pun, yang dikejar adalah suasana sunrise. Banyak hal yang tak terungkapkan saat memandang matahari. Di puncak gunung, di pesisir pantai, di atap rumah, atau tempat lainnya. Pemandangan yang tercipta begitu indah.


Foto ini diambil dari halaman rumah kakak saya, masih di Babakan Sari, sore hari, jelang magrib. Efek yang muncul dari perpaduan sinar matahari sore dengan awan, membentuk nuansa yang luar biasa. Kalau diperhatikan, gulungan awan itu membentuk sosok binatang. Entah harimau tengah loncat, entah kelelawar. Tergantung sudut pandang melihatnya.

No comments: