MINGGU 17 Agustus. Hari yang ditunggu-tunggu sebagian besar masyarakat, termasuk warga Kampung Babakansari Padasuka, tempat tinggal saya. Di hari kemerdekaan itu, sejumlah acara dan kegiatan sudah menanti. Melepaskan sejenak dari ritme kehidupan, menjauh dari glamour kota berikut debu jalanannya. Membaur bersama sosialita yang nyata: rakyat.
Sejak pagi, saya sudah bersiap-siap. Sehari sebelumnya, saya sudah berniat untuk ikut gerak jalan warga Babakan Sari. Pamflet-pamflet pengumuman ditempel di tembok-tembok gang. Jadi saya yang setiap hari melewati gang sempit itu, tahu kalau ada kegiatan gerak jalan.
Saya ajak Kaka ikut gerak jalan. Biar dia biasa jalan kaki dan tahu lingkungan sekitar. Sayang Bu Eri tidak ikut, karena bebenah rumah yang berantakan. Adik sempat dibawa ke lapangan, tapi diambil lagi karena rute gerak jalan cukup jauh, terutama bagi anak-anak. Selain saya, Mas Rohman dan Mbak Ani serta Fathan dan Farid pun ikutan gerak jalan.
Babakan Sari Dulur, Sapapait Samamanis, itulah slogan yang dipasang Panitia HUT Kemerdekaan di kampung saya. Karena slogan itu pula, kampung nyaris kosong melompong ditinggal penghuninya. Hampir semuanya ikut gerak jalan berhadiah handphone, magicjar, cengcelengan, dan hui sampeu itu. Hanya beberapa orang yang tinggal di rumah, termasuk Bu Eri dan Pak Endo, tetangga, yang jaga gawang.
Jam 08.00, start pun dimulai. Rute yang ditempuh adalah Heleran, masuk ke Panembakan. Lalu ke Gunung Bohong, Pondok Dustira. Tembus ke jembatan Jalan Tol, masuk ke Kampung di bawah gunung Radar. Menyusuri hutan bambu, keluar di dekat TK Attaqwa Cibeber. Tak jauh dari situ, garis finish sudah menanti.
Ya kurang lebih 7 kilometer jarak tempuh yang harus dilalui peserta. Tidak ada juara dalam lomba ini. Ini murni gerak jalan. Hadiahnya hanya bagi pemenang doorprize yang diundi seusai finish sambil dihibur goyang dangdut duo penyanyi organ tunggal.
Selama perjalanan, saya terus ajak Kaka ngobrol. Supaya dia tidak ingat lagi dengan jauhnya rute. Sesekali saya ajak dia untuk menyanyi. Atau bercerita tentang Gunung Bohong, tempat dulu saya berlatih fisik, dan keindahan Gunung Burangrang, yang tersaput kabut tipis di kejauhan utara sana.
Banyak peserta yang kelelahan, terutama anak-anak. Mereka pun dibonceng naik motor. Tapi ada juga anak-anak kecil yang digendong bapak ibunya, atau masih kuat berjalan. Nah saat Kaka bilang cape, saya lalu menunjuk anak kecil itu. "Coba lihat, itu anak kecil masih kuat jalan kaki, masa Kaka yang lebih besar gak kuat?" kata saya. Kalau sudah dibilang begitu, Kaka pun mau jalan lagi.
Di bawah Gunung Radar, lagi-lagi Kaka mogok. Tapi setelah dibujuk, mau lagi jalan. Lewat jembatan tol kedua, saya lihat Mas Rohman dan Mbak Ani tak jauh di depan. Saya ajak Kaka untuk menyusul mereka. "Ayo kejar Bapak sama Bude, sebentar lagi sampe. Atau mau ditinggal sendirian di sini? kata saya. Mujarab. Kaka langsung semangat untuk mengejar Bapak dan Bude nya. Sekitar jam 09.30, kami pun tiba di garis finish, lapangan voli, dengan selamat.
Saya tak menunggu acara sampai selesai. Karena kerjaan di rumah masih banyak. Kebetulan, ada syukuran rumah. Ya sampai saat ini, rumah itu sudah beratap genting. Syukuran kecil saja, membuat nasi kuning lalu disebar ke beberapa tetangga dekat.
Sore hari, saat berbagai lomba digelar di lapangan voli, kami sekeluarga naik motor ke Pasar Atas. Mau jalan-jalan naik delman. Sudah lama Adik tidak naik delman lagi. Kalau Kaka tiap minggu menunggang kuda di Brigif.
Adik yang asalnya terkantuk-kantuk di motor, langsung cenghar, beunta. Dia senang sekali diajak naik delman. Dari Pasar Atas, delman melaju ke daerah Margaluyu menuju komplek Pemkot Cimahi. Dari sana, langsung ke Parapatan Cihanjuang, ke rumah Mama. Soalnya Kaka ribut terus mau ke rumah Nenek, katanya. Eh, sampai di sana, ternyata Mama tidak ada. Ditelepon, ternyata lagi di Soreang. Rupanya sebelum ke Soreang, Mama mampir dulu ke rumah pas kami berangkat ke Pasar Atas.
Seharian itu kami terus bermain. Jarang-jarang saya punya kesempatan luang seperti ini. Mumpung libur klop dengan Bu Eri, kapan lagi bisa begini.(*)
No comments:
Post a Comment