Saturday, August 02, 2008

Pameran Buku: Menelan Ludah


PAMERAN Buku Ikapi kembali digelar di Landmark Building, Kamis lalu. Kali ini, peserta atau stan penerbit yang ikut jauh lebih banyak. Dan kabarnya pula, diskonnya makin gila.

Sebagai pecinta buku, saya tentu sangat senang Bandung memiliki event tahunan pameran buku. Bagi saya, pameran dan bazaar buku merupakan tempat satu-satunya untuk membeli buku. Yang dikejar ya apalagi kalau bukan diskonnya. Jadi carilah buku-buku bagus yang harganya didiskon gede. Lumayan bisa mengurangi pengeluaran.

Tapi pameran buku kali ini, dan sangat mungkin kali yang akan datang, membuat saya sedih. Saya hanya bisa neureuy ciduh alias menelan ludah saat mengelilingi stan-stan penerbit buku. Kamis malam itu, saya dan Bu Eri menyempatkan mampir ke Landmark.

Di sana kami hanya membeli mainan anak dari kayu, untuk Kaka dan Adik. Maunya sih beli juga buku. Apalagi banyak buku-buku baru yang bagus. Tapi saya menahan diri untuk tidak membeli.

Ya, proyek pembangunan rumah kami yang tengah berjalan ini membuat saya harus berpikir ulang seribu kali untuk membeli sesuatu, termasuk buku. Semua potensi keuangan dikerahkan untuk menyelesaikan pembangunan rumah. Walau kami tahu, sampai jungkir balik sekalipun, rumah itu tidak akan rampung tahun ini. Saya sendiri menargetkan rumah bisa selesai dalam waktu tiga tahun.

Akhirnya, saat di Pameran Buku itu, cuma menelan ludah yang bisa saya lakukan. Tanda kabita alias pengen tapi tak kesampaian. Padahal Bu Eri sudah menawari untuk membeli beberapa buku, tapi saya menggelengkan kepala. "Udah cukup mainan itu saja buat Kaka dan Adik. Keun we iraha-iraha, jaga (nanti, Sunda), kalau sudah selesai semua, bisa beli buku lagi," kata saya.(*)

No comments: