ALHAMDULILLAHIRABBIL ALAMIN. Hanya puji dan syukur yang bisa saya panjatkan kepadaMu, Ya Rabb Penggenggam Jiwa, Pengatur Rezeki, Yang Maha Sayang dengan Segala Kasih Sayang.
Sejuta syukur ini tidak akan mampu membalas kasih sayang Alloh SWT. Tidak untuk setiap napas yang saya hirup setiap saat. Tak mampu saya hitung, dan memang tidak ada satupun yang mampu menghitung seberapa banyak nikmat yang telah Alloh berikan.
Beruntunglah mereka yang selalu bersyukur, menyebut AsmaMU di setiap langkah dan gerak, dan setiap helaan napas ini. Karena janjiMu, mereka yang bersyukur, akan ditambah kesenangan, kenikmatan, rezekinya.
Ahad jelang sore kemarin, bendera Merah Putih telah berkibar di puncak atap rumah. Ya, bendera baru itu ditancapkan Mang Idad, sesaat setelah pekerjaan memasang kuda-kuda dan balok atap rampung. Entah kenapa, masyarakat di sini punya kebiasaan untuk memasang bendera dwiwarna itu di atap. Mungkin itu sebagai tanda syukur karena pekerjaan-pekerjaan berat sudah dilalui.
Saya setengah tak percaya mendapat kabar balok kuda-kuda atap sudah dipasang. Karena perkiraan saya, paling tidak baru hari Kamis bisa beres. Minggu pagi sampai siang, para tukang masih getrak getruk, potong kayu, untuk kuda-kuda. Ibu yang menelepon langsung menanyakan kapan akan syukuran. Karena adat setempat, kalau sebuah rumah sudah rampung bagian atap, suka ada syukuran. Saya bilang, hari Minggu depan saja, bersamaan dengan 17 Agustusan. Hari Kemerdekaan Indonesia.
Bagi saya, dipasangnya kuda-kuda atap semakin mendekatkan pada target awal mimpi bersama. Lebaran bisa menempati rumah itu, apa adanya. Sebentar lagi, atap itu akan bergenting. Genting sudah siap, 2.500 buah plus 100 wuwung dan 2 triple way. Genting itu beli dari teman, yang uwaknya punya usaha jualan genting di daerah Ujungberung.
Mewujudkan impian itu memang tak bisa dalam sekejap mata. Butuh perjuangan dan keinginan kuat. Namun saat proses berlangsung, justru di sana kenikmatan yang bisa dirasakan. Bata terpasang, kusen terpasang, mulai cor beton, terus hingga membentuk bangunan rumah. Sedikit demi sedikit, semangat terpompa melihat perkembangan rumah. Itulah memang proses yang harus dijalani, setapak demi setapak. Baru bisa mewujud.
Dan kini, sang Merah Putih sudah berkibar. Walau uang di tangan sudah habis, saya tetap yakin, rumah ini akan mewujud. Insya Alloh.(*)
No comments:
Post a Comment