LAGA tandang pertama Persib Bandung membuahkan awan mendung. Setelah kalah di kandang melawan Persija Jakarta, pekan lalu, kini giliran Persipura Jayapura yang membungkam Persib di Stadion Mandala Jayapura.
Gol semata wayang hasil sepakan Luis Kabes di menit ke-77 itu tak mampu dibalas anak-anak Maung Bandung. Masih beruntung, Persib bisa bertahan dari tekanan bergelombang dari tuan rumah. Posisi Persib di klasemen sementara Indonesia Super League, terus melorot. Sebelumnya ada di posisi 10, sekarang tentu makin terpuruk. Karena pada waktu sesudahnya, Persik menang besar 4-0 atas PSIS, sehingga menyalip Persib.
Pertandingan kali ini tidak disiarkan televisi. Tak heran, kuping ini yang rancung-rancung mendengarkan siaran pandangan mata dari RRI Bandung. Ingat hal ini, jadi ingat pertandingan bola tahun 80-an saat Persib bermusuhan dengan PSMS Medan.
Saat itu, cuma ada TVRI, satu-satunya stasiun televisi. Pertandingan yang disiarkan paling-paling cuma semifinal atau final Perserikatan. Radio lah yang menjadi kesayangan, mewartakan setiap kemenangan dan kekalahan Persib Bandung. Budaya lisan, bukan visual, yang membesarkan saya sekaligus menumbuhkan imajinasi dan cita-cita selangit untuk menjadi pemain Persib Bandung.
Sejak usia 6 tahun, setiap sore, saya pasti berlatih sepakbola. Di lapangan gersang di Kebon Jeruk, atau di lahan sempit di sela-sela pohon cemara RS Cibabat. Ah, masa kecil memang kenangan indah. Saking hobinya main bola, Mama menyangka saya benar-benar akan menjadi pemain Persib.(*)
No comments:
Post a Comment