BARU kali itu, kami sekeluarga, berempat, bisa menghadiri sebuah acara pernikahan. Dulu-dulu, kami jarang bisa bersama. Kalaupun ke kondangan, paling cuma saya dan Bu Eri yang berangkat. Bisa dihitung dengan jari, beberapa kali Kaka diajak ke tempat resepsi pernikahan.
Bukannya tidak mau mengajak anak bergaul. Tapi kami membayangkan repotnya saja. Berangkat pakai motor, tentu harus lebih waspada. Terlebih, lokasi undangan banyak yang jauh-jauh. Di Soreang, di Riung Bandung, dan tempat lainnya.
Nah, minggu kemarin kami datang ke kondangan berempat. Yang menikah adalah Ika, sepupu saya. Suaminya adalah Hendri, seorang anggota Marinir yang tugas di Lampung. Hendri sendiri asal Sumber Cirebon.
Dari rumah, naik motor berdesakan. Saya berani membonceng karena lokasi kondangan tidak begitu jauh dari rumah. Hanya 15 menit sudah sampai di rumah Uwa. Lagian bisa menyimpan motor dulu di rumah Mama, jadi jalan kaki saja ke tempat kondangan.
Dan memang, kerepotan sudah muncul sejak di perjalanan. Adik yang paling suka balon, langsung menjerit-jerit begitu melihat ada orang bawa balon. Ya saya pun memberhentikan dulu motor, minggir dulu sebentar. Kebetulan ada tukang balon.
Di tempat kondangan, seperti halnya anak-anak yang lain, Kaka dan Adik pun ribut minta ampun. Karena antrean panjang, kami langsung potong kompas ke bagian stan baso tahu. Terlebih Adik memang penyuka tahu. Jadilah saya yang menyuapi Adik. Saking gembulnya, dia nambah sepiring lagi.
Tapi karena sibuk mengurusi anak-anak pula, kami tidak sempat makan enak di kondangan. Padahal Bu Eri sudah siap-siap untuk makan banyak. Kebetulan saya sedang shaum, jadi tidak masalah tidak makan juga. Ya, namanya juga romantika, begitulah kehidupan berkeluarga. Enjoy saja...(*)
No comments:
Post a Comment