Sunday, July 13, 2008

Neng Diah ke Riau

ADIK saya, Siti Rohmatul Mardiyah. Biasa kami panggil Neng Diah, atau Eneng saja. Hari ini adalah hari terakhir kami bertemu. Besok pagi, jam 10 pagi, ia akan terbang pakai Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno Hatta, menuju Pekanbaru Riau. Dari Pekanbaru, ia harus pakai bus menempuh dua jam perjalanan menuju daerah Perawang.
Ya, daerah yang baru kali ini saya dengar itulah yang akan menjadi tempat kerja Neng Diah. Eneng diterima di Sinar Mas, perusahaan besar di bidang perkayuan dan perhutanan di Sumatera sana. Pasti banyak yang tahu kertas HVS Sinar Dunia, itu salah satu produk Sinar Mas.

Setidaknya selama 2,5 tahun, saya tidak akan bertemu dengan satu-satunya adik kandung saya itu. Karena, selama itu pula masa ikatan dinas di Sinar Mas.
sebenarnya Eneng sudah bekerja. Sejak lulus tahun lalu, Eneng bekerja di Bank NISP Bandung sebagai operator IT. Dia yang mengurusi masalah komputer internal. Apabila ada cabang yang sulit mengakses komputer, tidak bisa kliring, pasti keluhannya akan diselesaikan Eneng, karena dia yang pegang passwordnya.

Padahal Eneng bukanlah lulusan jurusan komputer. Dia adalah lulusan Pertanian Unpad. Namun status kerja di NISP hanyalah karyawan kontrak alias outsourcing. Kontrak hanya enam bulan pertama, terus kontraknya disetop. Menganggur beberapa bulan, dipanggil lagi oleh perusahaan outsourcingnya untuk kerja kembal di NISP. Tapi itu hanya bertahan 2 bulan, karena keburu dipanggil Sinar Mas.

Alhamdulillah, sejauh ini lancar-lancar saja semuanya. Mudah-mudahan ini yang terbaik bagi Eneng. Pekerjaan ini juga yang diinginkannya. Kebetulan dari Bandung ada teman yang lolos seleksi, teman karibnya sama-sama dari Pertanian Unpad. Setidaknya, Mama tidak khawatir, karena ada teman. Kalau tidak ada teman, sangat mungkin Mama akan melarang berangkat ke Riau. Maklum, anak perempuan satu-satunya.

Mungkin di antara keluarga, hanya saya seorang yang mendorong dia untuk bekerja di manapun yang dia mau. Asalkan bertanggung jawab, siap dengan segala risiko tinggal di perantauan. Dan saya yakin, dia mampu. Keluarga yang lain tidak begitu setuju. "Ngapain jauh-jauh, di sini saja kerja mah". Begitu katanya. Padahal mereka pun tidak bisa memberikan solusi atau pekerjaan untuk Eneng di Bandung. Saya sih melihatnya pada aplikasi keilmuan. Setidaknya ilmu pertanian dia tentang bibit tanaman dipakai di hutan Perawang Riau.

Kebetulan pula, hari terakhir pertemuan itu bertepatan dengan hari nikahan sepupu saya, Ika, yang seumuran dengan Neng Diah. Jadi semua orang bisa bertemu di kondangan itu, dan mendoakan Eneng agar selamat dan lancar selama di Riau. Mudah-mudahan begitu. (*)

No comments: