Thursday, January 10, 2008

Musikalisasi Puisi Sapardi Djoko Damono

Akulah si Telaga
Berlayarlah di atasnya
Berlayarlah menyibakkan riak riak kecil yang menggerakkan bunga bunga padma
Berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya
Sesampai di seberang sana tinggalkan begitu saja.... perahumu
Biar aku yang menjaganya...

*****
BELAKANGAN ini saya suka mendengarkan musikalisasi puisi milik Sapardi Djoko Damono. Lewat speaker komputer di kantor, saya menikmati betul puisi Sapardi yang sederhana, romantis, dan menyentuh itu, yang dibawakan duo Ari dan Reda.

Kekuatan Sapardi memang terletak pada pilihan kata-kata yang sederhana, tapi bermakna dalam. Kok jadi kayak kritikus gini? Tapi sesungguhnya yang penting bagi saya, puisi yang diiringi musik ini enak terdengar di telinga. Harmonisasinya luar biasa.

Puisi Sapardi yang paling beken, tentu Hujan Bulan Juni dan Aku Ingin. Tapi saya paling suka dengan puisi "Pada Suatu Hari Nanti". Bagi saya, puisi ini bernuansa gothic. Hitam, gelap. Berbicara tentang kematian, tapi dengan kelindan kata yang berbeda. Tak menunjukkan ketakutan terhadap maut. Nuansa gothic, sangat terasa saat puisi ini dimusikalisasikan. Ada backing vokal yang terasa seperti koor, menggema dan menggiriskan hati.
Coba simak puisinya:

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari

Puisi lain yang juga saya suka adalah "Akulah Si Telaga". Syairnya seperti tertulis di awal tulisan. Puisi Sapardi dekat dengan alam. Selain hujan dan gerimis, telaga, lalu bunga, burung, selembar daun, bintang, dan sebagainya. Hal yang sama saya kagumi dan sukai pula pada lagu-lagu Abah Iwan Abdurrahman. Tentang Abah Iwan, nanti saya tulis tersendiri.

Jangan lupakan juga lagu beken lainnya: Hati Selembar Daun, Buat Ning, Dalam Bis, Kuhentikan Hujan, Metamorfosis, Ketika Jari-jari Bunga Terbuka, dan Nokturno.

Sejujurnya, saat awal-awal kuliah dulu di Fakultas Sastra, saya tidak terlalu menyukai puisi. Namun hal itu berubah, ketika teman-teman Gelanggang Sastra Indonesia memusikalisasikan puisi-puisi Goenawan Muhammad (GM).

Baru saya ngeh, puisi memiliki kekuatan yang luar biasa. Dan ternyata enak didengar saat diiringi musik. Saya masih ingat, yang membuat musik untuk puisi GM adalah senior saya, Defri Maulana. Dia pentolah Padhyangan, kelompok parodi di Bandung. Berkat musikalisasi puisi pula, saya dan teman-teman bisa melancong ke UGM Yogyakarta. Konser di sana. Tapi bukan saya yang main, teman-teman saya itu. Saya sih penonton yang baik dan penyedia segala keperluan mereka. He he..
NB: Ada permintaan, agar lagu-lagu Sapardi yang dibawakan Ari-Reda ini bisa diunduh. Klik saja di masing-masing judul lagu di dalam tulisan di atas. Insya Allah, bisa didownload dan bisa dinikmati para penggemar lagu Sapardi. (*)

No comments: