Monday, November 06, 2006

Menggapai Impian


Hidup bagaikan garis lurus, tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola yang tiada ujung dan tiada pangkal
Hidup ini merangkak terus, semakin mendekat ke titik terakhir
Setiap langkah, hilanglah jatah menikmati hidup, nikmat di dunia

TAK terasa, 32 tahun sudah saya menghirup udara di dunia ini, secara gratis. Nikmat Allah SWT yang tiada terkira. Tak terasa pula,lima tahun sudah saya hidup bersama istri dan anak pertama.Kami bertiga, kini tengah menunggu kelahiran anggota keluarga keempat, yang masih 6 bulan dalam kandungan. Saya, Machmud Mubarok, istri, Eri Mulyani (30) dan anak pertama, Nabila Khoirunnisa (4)
.


Kadang saya suka tertawa sendiri, atau berdua bersama istri. Perasaan baru kemarin kami sekolah, kuliah, bermain dan berkumpul dengan teman-teman se-gank. Sekarang sudah punya anak.
Itulah hidup, yang memang serba tak terasa. Al Quran mengingatkan, hidup itu ibarat permainan dan hiburan. Hanya perhiasan semata. Bagi mereka yang tak beriman, hidup hanya sebuah kilasan waktu tanpa makna, yang hanya diisi dengan segala kesenangan duniawi yang begitu melenakan.

Bagi kami, sebagaimana janji yang diucapkan saat memulai berkeluarga, hidup ini harus membawa berkah di dunia dan di akhirat. Sakinah, mawaddah warahmah, bukankah itu tujuan mulia yang selalu diucapkan penghulu dan menjadi cita-cita semua keluarga. Tak mudah menggapai cita-cita itu, impian itu. Butuh kerja keras, apalagi yang menjadi tanggungan bukan diri seorang, tapi satu, dua, dan beberapa bulan ke depan, jadi tiga orang. Lelaki sebagai kepala rumah tangga, tentu yang harus memikul semua tanggung jawab itu. Dunia akhirat. Mampukah saya?

No comments: