Bagaimana kau merasakannya akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi meninggalkanmu
Bagaimanakah bila saatnya waktu terhenti tak kau sadari
Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali mengulang ke masa lalu
Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan kembali pada-Nya
Bila waktu tlah memanggil, teman sejati hanyalah amal
Bila waktu tlah terhenti, teman sejati tinggallah sepi...
Kamis (21/12), sekitar jam 14.30, saya mendapat kabar, tetangga pinggir rumah, Mang Ayi, meninggal di RS Cibabat. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Tadi pagi sekitar jam 8, saya baru bangun dan mendengar ribut-ribut. Rupanya para tetangga mau membawa Mang Ayi yang sudah seminggu terbaring sakit ke rumah sakit. Dari jendela Bu Eri melihat, Mang Ayi dibopong pake becaknya Bang Aan, tetangga depan Mang Ayi dan sohib beratnya. "Euleuh meuni sepa gitu, kenapa gak dari kemarin-kemarin dibawa ke rumah sakitnya" gitu komentar Bu Eri waktu melihat kondisi Mang Ayi. Siapa nyana, siangnya Mang Ayi menghembuskan napas kehidupan terakhir.
Saya belum sempat takziyah. Hanya sempat mengantar Bang Aan ke RS Cibabat, karena sekalian lewat mau pergi ke kantor.
Saya orang yang tidak percaya takhayul. Namun kejadian ini sudah sering saya saksikan sejak masih kecil. Ini soal manuk Sitincuing. Sejenis burung yang berlagu dengan nada sedih dan memanjang. Orang-orang tua dulu suka bilang, jika terdengar bunyi burung Sitincuing ini, pasti akan ada orang meninggal. Saya sih gak percaya, masa suara burung jadi pertanda.
Tapi kejadian ini berlangsung bertahun-tahun. Waktu masih tinggal di Cibabat, sebelum tetangga saya, orang kaya se Sukajaya, meninggal, bunyi burung Sitincuing bersahut-sahutan. Lalu tak lama tetangga saya itu meninggal. Dan beberapa kali kejadian seperti itu.
Lebih sering lagi setelah tinggal di Babakan Sari Unjani ini. Saya amati, sebelum ada orang meninggal, pasti saja burung misterius itu muncul menyanyikan lagu kematian. Dua atau tiga hari ke depan, tetangga RT sebelah sana dikabarkan meninggal.
Begitu pula dengan Mang Ayi ini. Dua atau tiga hari lalu, saat lg nongkrong saya di WC, saya dengar suara manuk Sitincuing. Dalam hati saya ngagerentes,"Siapa lag ini yang meninggal". Bukan berarti saya yakin itu pertanda kematian, hanya pengalaman dan pengamatan saja yang secara kebetulan ternyata pas. Saya sendiri tidak menyangka kalau itu Mang Ayi. Karena tidak punya pikiran buruk sama sekali bahwa burung misterius itu mengabarkan kematian Mang Ayi.
Apakah benar burung itu sebagai pembawa kabar kematian? Wallahu Alam. Antara percaya dan tidak. Mungkin burung ini diberi kelebihan oleh Allah SWT, punya firasat tajam tentang kedatangan malaikat maut. Dan memberi kesempatan kepada manusia untuk segera bertobat. Sekali lagi Wallahu Alam.
Tidak akan ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya tiba. Tidak juga seorang Nabi Muhammad SAW. Hanya sebagai Rasul pilihan Allah SWT, Nabi Muhammad sudah diberi tanda-tanda ajalnya akan tiba. Seperti saat Haji Wada, atau haji terakhir. Beliau berpidato panjang lebar tentang umat Islam dan turunlah ayat terakhir "Telah Aku sempurnakan agamamu untukmu..."
Oleh sebagian sahabat, seperti Abubakar, Umar, Utsman, ayat ini dibaca sebagai pertanda telah dekatnya ajal Nabi Muhammad. Mereka pun menangis saat mendengar ayat ini. Tak lama setelah Haji Wada, Rasullullah SAW sakit keras hingga akhir hayatnya.
Mudah-mudahan kematian kerabat, tetangga dan saudara-saudara kita semakin menyadarkan diri kita sendiri bahwa kematian itu begitu dekat, bisa terjadi kapanpun jua. Dan yang paling penting, bekalilah diri ini dengan bekal amal kebajikan yang banyak. Mumpun masih ada waktu, napas masih tersisa. Karena hanya itulah yang akan menjadi teman di alam Barzah kelak.
No comments:
Post a Comment