MINGGU 16 Maret. Saya dan Bu Eri merencanakan untuk menonton film Ayat-ayat Cinta (AAC). Jauh hari sebelumnya, rencana ini dikemukakan. Tapi tak pernah kesampaian. Kebetulan, minggu kemarin saya bisa libur, mengambil jatah libur pengganti hari raya Nyepi. Jadi klop dengan jadwal Bu Eri off dari liputan.
Saya sudah mewanti-wanti, kalau mau nonton AAC harus datang lebih pagi. Walau sudah satu bulan ditayangkan, antrean penonton tetap mengular di bioskop manapun. Film ini memang fenomenal, sedahsyat novelnya. Saya sudah khatam novel ini tahun lalu saat tugas di Batam, sementara Bu Eri belum sempat membacanya. Sedikit ulasan soal novel ini baca di sini.
Namun ternyata, hari Minggu pagi itu, konsultan arsitek yang akan merancang renovasi rumah, datang. Kang Cardi, arsitek dari Biro Leaving, membawa gambar denah untuk dikoreksi. Tentu kami harus menghargai Kang Cardi yang susah payah datang jauh dari Dayeuhkolot ke Cimahi. Selain itu, saya pun kedatangan dua teman, Nana Sate dan Otoy, yang mengajak main basket. Jadilah sampai siang itu, kami masih berada di rumah.
Tanggung sudah kesiangan, saya masih sempat main basket di Unjani sampai bada Lohor. Pulang ke rumah, langsung mandi dan bersiap pergi ke Bandung Super Mall (BSM). Selain saya dan Bu Eri, Kaka Bila dan Teh Nurul pun ikut. Sebelum ke Bandung, kami menjemput dulu Neng Diah, adik saya. Ternyata dia malah sudah dua kali nonton film AAC. Ok deh, berarti nanti Neng Diah bisa mengasuh dan mengajak Kaka main. Dan saya bisa nonton bareng Bu Eri.
Tapi begitulah, rencana tinggal rencana. Saat masuk ke lantai 3 BSM tempat bioskop berada, jubelan orang begitu padat. Antrean panjang terjadi. Dan saat melihat papan informasi, ternyata tiket yang tersisa hanya untuk jam 21.45. Wah, hilang sudah nafsu untuk menonton. "Gak mungkin nonton jam segitu, adik gimana, pulang pasti malam," kata Bu Eri.
Ya sudah, memang saya sudah memperkirakan sebelumnya. Akhirnya kami mengasuh Kaka Bila sambil main di sejumlah wahan Kota Fantasi BSM. Berulang kali naik Ontang-Anting, Biangla, Korsel, Jumper. Dan terakhir, masuk ke Wahana Adventure Indiana Jones, The Lost Temple. Lumayan lah, Kaka berani gelap-gelapan dengan tempat duduk yang terus bergoyang mengikuti alur cerita. Mirip wahana Tiga Dimensi di Dufan, tapi dalam bentuk mini.
Akhirnya saya rencanakan ulang untuk menonton film AAC ini. Saya ambil hari Kamis 20 Maret. Karena itu hari libur, jadi Bu Eri tidak banyak liputan. Dan saya tidak kebagian jatah rapat pagi. Mungkin bisa mencuri waktu untuk sekadar menyaksikan kefenomenalan AAC. Walau pasti tidak akan plek seperti novelnya. (*)
No comments:
Post a Comment