INI cerita tentang "mudik" ke Magelang yang belum sempat diposting. Saya mengambil cuti pascalebaran selama 5 hari, sementara Bu Eri cuti 8 hari. Kita sepakat untuk mudik pakai mobil rental, Toyota Avanza. Rabu, 24 Oktober, malam jam 20.00 WIB, kita berenam: Saya, Bu Eri, Mbah Kakung, Mbah Uti, Kaka, dan Adik, pun berangkat.
Semua orang, keluarga Mas Rikhan dan Mas Rohman, mengantar dan membantu bawa barang. Soalnya, barang yang dibawa buanyak banget. Koper 2, tas travel 3, tas jinjing 2, dan ransel daypack satu. Belum lagi dus-dus kue bolu dan makanan kecil. Mobil Avanza itu sampai "muntah" saat semua barang harus dimasukkan. Akhirnya, karena sudah tidak muat lagi, babywalker Adik terpaksa ditinggal. Wah, pokoknya perlengkapan mudik ini rasanya cukup buat satu bulan.
Mobil ini disopiri Kang Asep, sopir dari rental 888 Car Jaya. Orangnya ramah, tidak banyak bicara. Sekali-kali ikut nimbrung obrolan dan juga tertawa. "Biar tidak ngantuk," kata Kang Asep. Maklum, perjalanan malam mesti lebih hati-hati. Sopir tidak boleh lengah sedikitpun. Dan itu terbukti, saat di turunan Gentong Malangbong, dari arah berlawanan, truk tronton melaju lalu secara tiba-tiba mobil Kijang menyalip dari arah kiri dan langsung berhadapan dengan Avanza yang kita tumpangi. Untung Kang Asep ini gesit. Dia banting setir ke kiri, hingga keluar jalan aspal untuk menghindari tabrakan.
Perjalanan malam memang kurang mengasyikkan. Saya lebih banyak tidur ketimbang melek. Bangun saat mobil berhenti di SPBU atau di Rumah Makan. Selama perjalanan, kita sempat singgah untuk makan tengah malam di Saung Lesehan SPBU Imbanagara Ciamis. Hanya saya, Bu Eri, dan Bapak yang makan.
Di sebelah saung kita, ada beberapa orang yang tengah ngobrol sambil menikmati lagu-lagu live, yang rupanya kawan-kawan mereka juga. Saya perhatikan satu orang di saung tetangga itu. Rasanya kok kenal yah, tapi di mana? Setelah memeras ingatan, baru saya ingat. "Oh itu Pak Syarif Hidayat, Wakil Walikota Tasikmalaya, yang tempo hari menang Pilkada mengalahkan Walikota Incumbent, Bubun," kata saya pada Bu Eri. Dan ternyata benar. Saat penyanyi di depan mempersilakan Pak Syarif untuk tampil ke muka dan menyanyi. "Rupanya begini yah kesukaan Walikota baru Tasik ini, suka nyanyi-nyanyi, ditemani kolega yang kemungkinan besar para pendukungnya saat Pilkada kemarin," pikir saya.
Tapi saya tak hirau. Selesai makan, langsung tancap gas lagi. Avanza melaju menyusuri Jalur Selatan. Melewati Ciamis, Banjar, Majenang, Cilacap, Banyumas, Karanganyar, dan Gombong. Di Gombong, Avanza ini nyaris saja celaka. Kang Asep melarikan Avanza cukup cepat di tengah jalan. Secara tiba-tiba Kang Asep banting setir ke kiri. Ternyata di median jalan itu, ada pagar kawat setinggi satu meter, tipis di median jalan tanpa ada rambu peringatan. "Nyaris celaka," kata saya dalam hati. Untung Kang Asep cekatan. "Saya ingat ada pagar ini, tapi lupa di sebelah mana. Kemarin kan saya juga mengantar tamu lewat jalur ini," ujar Kang Asep.
Masuk Purworejo, Avanza sempat nyasar ke jalur menuju Yogyakarta. Memutar lagi, melaju ke Utara menuju Magelang. Di Salaman, mobil belok ke kanan menuju Borobodur. Sepi, lengang. Terminal Borobodur tak ada orang. Namun pasar Janan sudah mulai ramai. Waktu menunjukkan pukul 04.30 saat tiba di Janan, kampung halaman Bapak, persis di pinggir Candi Borobudur. Tapi kami tidak berhenti di sini. Avanza terus melaju ke pinggiran candi, lalu ke belakang, menuju ke Bumen, kampung halaman Mbah Uti, tempat Mbah Buyut, Bude, dan lain-lain tinggal.
Saat Avanza berhenti di pinggir jalan dekat rumah Mbah Buyut, beberapa ibu-ibu yang baru pulang salat Subuh dari mesjid menghampiri. Begitu tahu siapa yang datang, mereka langsung menyalami kami. Akhirnya, sampai juga kami dengan selamat. (bersambung)
No comments:
Post a Comment