Sunday, November 02, 2008

Adik Imam Samudera

HARI-hari ini, media diramaikan dengan pemberitaan terkait rencana eksekusi terpidana mati Bom Bali I, Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudera. Semua media, baik cetak maupun elektronik, menerjunkan wartawan-wartawan tangguhnya ke Cilacap agar tidak kecolongan waktu eksekusi. Kabarnya, eksekusi digelar antara 1-3 November. Lalu diralat lagi sampai 15 November.

Bagaimanapun, berita ini memang menarik. Amrozi Cs adalah pengembom pertama yang dijatuhi hukuman mati. Merekalah yang menjadi ikon dari gerakan Jamaah Al Islamiyah di Indonesia. Selain tentu Noordin M Top, tokoh teroris yang ibarat siluman. Sampai kini tidak diketahui rimbanya.

Saya tidak akan bicara soal Amrozi Cs dan keyakinan mereka. Yang ingin saya ungkapkan adalah kenangan saya dengan keluarga salah seorang di antara mereka, yaitu Imam Samudera. Ketika Imam Samudera ditangkap, semua wartawan berkerumum ke Serang, tempat tinggal Imam, untuk menemui keluarga Imam.

Dan narasumber yang paling enak di keluarga mereka, siapa lagi kalau bukan Lulu Jamaludin, adik Imam. Dia mengerti dengan tugas jurnalistik karena pernah bergelut di dalamnya. Wawasannya luas, kenalannya pun banyak. Tak heran dia pun jadi buruan para jurnalis.

Beruntung, waktu itu rekan saya Dayat dan Deden bisa bertemu dan wawancara Lulu. Dari sana, silaturahmi dijalin. Hingga kini, Dayat jadi sobat Lulu.
Nah saat Lulu main ke Bandung, sayalah yang mendampingi dia. Ngobrol panjang lebar tentang kakaknya, Imam Samudera, yang dia kagumi. Tentang dia sendiri. Lalu mengunjungi tempat kos dia dulu di Bandung di daerah Pagarsih. Saat bertemu saya, Lulu membawa pula kaus Converse, kaus yang dipakai Imam saat dia ditangkap Densus. Kabarnya kaus itu akan dilelang.

Bertahun-tahun, Lulu lah yang menjadi narasumber dan informan terdepan soal kondisi Imam Samudera. Tentu, karena dialah yang selalu menjenguk Imam di Nusakambangan. Bahkan, info terakhir, berdasar permufakatan keluarga, Lulu pula yang ditunjuk untuk bertemu Imam sebelum eksekusi berlangsung.

Sudah lama saya tidak bertemu Lulu. Beberapa kali SMS-an. Tapi terakhir-akhir SMS tak diterima, waktu ditelepon tak bisa lagi dikontak, mungkin sudah ganti nomor. Tak apa, toh ada teman yang masih bisa kontak Lulu. Suatu kali nanti, saya ingin ngobrol lagi dengan Lulu, soal saat-saat terakhir Imam Samudera menjelang eksekusi.(*)

2 comments:

Anonymous said...

Kebencian islam terhadap kaum barat tidak membenarkan muslim menjadi teroris. Datangi lahan jihad ! Bukan berjihad di negeri aman yang akan meresahkan muslimin sendiri dan mencoreng nama islam. Islam tidak membenarkan membunuh kafir Dzimmi. Jadi bukan agama yang memerintah teroris tapi hawa nafsu individu. Wallahu a'lam.

Dian Raharja said...

jangan bangga dulu om.. dia pula yang sudah mengganggu istriku sejak tahun 2010 bahkan mungkin telah menjinahinya pula.. laganya kaya ustadz.. setahuku dia ustadz cabul saja.. sotoy.. seumur hidupku kayanya aku ga akan pernah bisa memaafkannya.. karena kedunguannya..