SAYA tidak bermaksud promosi pusat perbelanjaan yang satu ini. Hanya ingin bercerita karena merasa nineung. Apa yah bahasa Indonesianya? Terkenang, nostalgia lah, begitu. Ini pusat perbelanjaan terbesar di Cimahi dan baru dibuka Rabu pekan kemarin.
Saat pembukaan, jalan raya Cibabat atau kini bernama Jalan Amir Machmud dibuat macet. Nyaris satu kilometer panjang antrean mobil mulai depan Taman Mutiara sampai Tagog. Begitu melihat kemacetan, saya banting setang motor ke kanan. Masuk daerah Kalidam, menyusuri jalan kecil Pasirkumeli, memutar ke ke Jalan Sukamaju daerah Nyontrol tembus ke jalan Abdul Halim untuk menghindari kemacetan.
Lokasi pusat perbelanjaan itu setiap hari saya lewati. Sejak dibangun beberapa bulan lalu, saya selalu mengamati progres pembangunannya. Siang malam pembangunan dikebut. Pikir saya, pasti mengejar bulan puasa dan lebaran. Ternyata benar, tiga minggu mau Lebaran sudah dibuka.
Kini di Cimahi makin banyak pusat perbelanjaan, dan rasanya yang di Jalan Raya Cibabat ini yang unggul. Selain paling besar, karena berlantai empat dengan luas area satu blok kampung, posisinya sangat-sangat strategis. Beda dengan Cimahi Mal yang masuk ke jalan sekunder, YP ada di pinggir jalan besar perlintasan Cimahi Bandung. Mudah dijangkau, karena dimanapun cukup sekali naik angkot.
Yang membuat saya nineung adalah lokasi YP ini tepat berada di pinggir bekas rumah saya dulu. Rumah tempat saya dilahirkan dan dibesarkan. Bahkan lokasi YP ini adalah tempat saya bermain layangan, mengambil buah jeruk bali yang jatuh, dan tempat dikejar-kejar anjing Doberman. Kini rumah saya sudah berubah menjadi gedung milik Notaris Betty. Memang, tahun 1995 rumah itu dijual, untuk menutupi utang-utang bapak, beli rumah baru di perkampungan, dan untuk biaya kuliah kakak dan saya.
Dulu rumah saya bernomor 436A, Jalan Raya Cibabat. YP ini bernomor 434. Rumah saya, maksudnya rumah orang tua, nyempil, kecil, terjepit rumah orang-orang kaya di Desa Cibabat. Ada rumah Pak Suwarno (alm) pemilik RS Asadyra (kini RS Mitra Kasih). Lalu rumah Pak Rozak, pengusaha percetakan. Sementara lokasi YP adalah rumah milik Pak Suhaeli (alm), juragan kaya di Sukajaya.
Rumahnya besar tak tanggung-tanggung. Batasnya, bagian depan di Jalan Raya Cibabat, samping Jalan Sukajaya hingga di belakang ke Jalan Sukajaya II. Satu blok kotak itu milik Pak Suhaeli sendiri. Saya pernah menulis tentang Kang Gito Rollies. Di rumah inilah Kang Gito sering bermain.
Rumah itu dulu sangat rimbun. Di halaman depan, ada dua pohon jeruk bali, yang tiap berbuah selalu berjatuhan. Lalu ada pula pohon campoleh. Pagarnya tinggi. Tapi karena tinggi itu pula, memudahkan saya untuk naik ke atas genting rumah saat pulang larut malam dan langsung masuk ke kamar saya. Setiap pagi, tukang kebun, Mang Pandi dan Mang Uwon, membersihkan halaman depan ini.
Nasib nahas menimpa Mang Uwon. Ia dua kali digigit anjing Doberman milik anak Pak Suhaeli yang dibiarkan berlarian di halaman. Kejadian itu dalam rentang wakt usatu bulan. Posisi saat digigit pun persis, ketika Mang Uwon jongkok mencabuti rumput. Rupanya bagi Doberman, orang yang berjongkon merupakan santapan empuk dan tak ampun punduk mang Uwon jadi santapan. Karena mengalamai infeksi akibat gigitan anjing itulah Mang Uwon meninggal.
Ah, banyak kenangan di tempat itu. Saya masih merekam saat Jalan Raya Cibabat lebarnya hanya enam meteran. Di pinggir kiri kanan jalan ada selokan, tempat dulu kakak saya jatuh saat belajar naik sepeda. Tapi dari dulu, jalan ini memang jalan nasional. Kini lebarnya sudah 10 meter lebih. Kendaraan yang lalu lalang makin ramai dan tentu macet.
Setiap kali lewat di depan rumah dan YP, kenangan masa kecil berkelebat. Ya, asal tak terus tenggelam dalam kenangan saja. Tak apa, nostalgia. (*)
No comments:
Post a Comment