Tuesday, September 09, 2008

Selamat Menempuh Hari-hari Terjal, Istriku

9 SEPTEMBER, tujuh tahun lalu, aku meminangmu. Disaksikan para malaikat dan bidadari, kuucapkan kesaksian atas keesaan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Berakad untuk menjadikanmu sebagai pendamping hidupku. Dan itulah hari yang menyatukan kita, hari yang dinanti.

Kini, bahtera ini telah berkembang. Dua bidadari kecil menjadi penenang hati kita. Merekalah kini amanah terbesar yang Allah berikan dan harus kita jaga. Tawa dan tangis mereka akan terus mengisi hari-hari kita.

Terima kasih, istriku, telah mendampingiku selama ini. Merajut cerita duka, cerita suka, bersama. Berbagi canda, berbagi derita, menjadi bagian hidup kita. Tujuh tahun, memang terasa sebentar, tapi sesungguhnya tidak sebentar. Karena selama waktu itu, kita jatuh bangun menjaga irama langkah kita.

Dan impian-impian kita satu persatu mewujud. Padahal dulu hanya mimpi, bahkan sampai kini kau pun masih merasa bermimpi. Tak percaya kini sudah memiliki bidadari-bidadari yang menggemaskan, yang meriuhrendahkan rumah kita. Yang membuat terang senyum kita di pagi hari. Kadang membuat kening kita berkerut, tapi cepat lurus kembali, melihat kecerian dan kemanjaan mereka.

Dulu hanya mimpi, hanya mimpi. Hanya harapan. Tapi harapan adalah doa, istriku. Doa-doa yang selalu bertaburan di keheningan. Doakan agar aku bisa menjadi imam terbaik yang akan memandu jalan hidupmu dan anak-anak kita. Doakan agar aku senantiasi dilimpahi rahmat Allah, dikaruniai kemampuan untuk mensyukuri nikmat Allah. Doakan agar aku bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan dan kemanusiaan. Doakan agar aku bisa menyempurnakan tujuan bahtera ini.

Maafkan jika langkahku tak selamanya seirama, kadang menyinggung hatimu dan membuatmu terluka. Maafkan aku yang masih sering kehilangan kontrol diri, masih sering terbawa emosi. Maafkan aku.

Jalan kita masih panjang. Tanggung jawab di pundak kita untuk menjaga amanah yang Allah berikan pun semakin besar. Jalan yang ditempuh bukan semakin mudah, tapi kian terjal menghadang. Terlebih, hari-hari ini adalah hari-hari yang berat untuk mewujudkan mimpi kita.

Tapi tak perlu merasa kekurangan dengan dunia. Syukuri segala sesuatu yang sudah diraih. Mensyukuri nikmat, itulah sesungguhnya yang harus menjadi napas kita dalam melangkah. Tak usah khawatir dengan keadaan saat ini. Jangan pernah menyerah. Menyerah bukanlah kosa kata yang ada dalam hidup kita. Berjuang dan berjuang untuk yang terbaik, itulah langkah kita.

Yakinlah, Allah sudah mengatur segala sesuatunya dengan sempurna. Kita tinggal berusaha keras memberikan yang terbaik. Dan yakin, Allahlah yang akan mencukupi segalanya. Selamat menempuh hari-hari terjal, istriku. Selamat milad pernikahan kita. Semoga Allah memudahkan segala sesuatunya.

Tujuh tahun, bukan waktu sebentar, istriku.(*)

No comments: