HARI ini adalah hari terakhir saya dan rekan-rekan di Tribun bekerja. Dua hari lagi Lebaran. Sebagian rekan sudah meninggalkan Bandung untuk cuti di kampung halaman masing-masing. Sementara Tribun masih terbit hingga Selasa besok. Jadi harus tetap ada yang jaga gawang agar koran tetap terbit. Kebetulan malam ini saya piket. Jadi benar-benar jaga gawang. Dari pagi sampai tengah malam nanti.
Suasana Lebaran sudah mendominasi kantor. Di ruang redaksi, cuma ada saya dan Kang Jano. Lebih banyak komputer ketimbang orang. Sekred, Ari, sudah mulai cuti. Pimpinan redaksi yang lain belum ada yang datang. Kayak kuburan saja. Terlebih lampu-lampu tidak semua dinyalakan, jadi ruang redaksi agak gelap.
Sebenarnya situasi seperti ini sudah sering dialami, terutama saat akhir pekan. Saya dengan Kang Janu sering duet untuk menggarap halaman 1 kalau para pemimpin libur semua. Sering kami meledek,"Wah lagi bikin koran kampus nih". Dan yang paling penting, kami sudah terbiasa dan dididik menghadapi situasi semacam ini. Sejak koran ini bernama Metro Bandung, libur Lebaran hanya di hari H nya saja. Hari kedua kami sudah masuk dan langsung terbit keesokan harinya.
Tapi begitulah, walau kekuatan personel berkurang, kami tetap semangat bekerja mengisi halaman demi halaman koran ini. Kami tetap enjoy saja. Kata Kang Jano,"Tah ku duaan ge bisa terbit koran teh". He he ...
Jadilah kami The Last Warrior, the Last Journalist. Pekerja-pekerja pers yang tetap bersemangat melayani kebutuhan masyarakat akan informasi. Semoga semangat ini tetap terjaga.
Dan yang lebih penting lagi: Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aizin wal Faizin. Kami haturkan permohonan maaf dari lubuk hati paling dalam. Selama ini banyak kesalahan, khilaf kata, alpa sikap. Semoga dengan maaf, hati ini menjadi bening, ikhlas, dan maaf itu akan membuka pintu langit pengampunan. Amin.
No comments:
Post a Comment