HARI ini, bertempat di gedung bersejarah, Gedung Merdeka, Dada Rosada dan Ayi Vivananda akan dilantik Gubernur Jabar mewakili Mendagri menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung periode 2008-2013. Masa kerja lima tahun yang kedua ini merupakan pembuktian Dada Rosada untuk menuntaskan tujuh program prioritas yang sudah diretas pada periode sebelumnya.
Tentu, karena sudah dipercaya rakyat untuk memimpin kembali Kota Bandung, duet Dada-Ayi harus membayar kepercayaan itu dengan kerja keras. Setumpuk pekerjaan rumah sudah menunggu Dada-Ayi pascapelantikan ini. Masalah pengangguran, lingkungan hidup, penataan kota, dan masalah yang sangat dekat dengan masyarakat hari-hari ini: ketersediaan dan harga sembako serta minyak tanah dan gas, Bagaimanapun sebagai pemimpin, Dada-Ayi harus bisa menyelesaikan persoalan keseharian masyarakat.
Lalu soal Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage. Ini adalah pekerjaan rumah besar yang membutuhkan perhatian serius. Ini karena Dada bersikukuh PLTSa-lah yang menjadi solusi tepat penanganan sampah di Kota Bandung, bukan komposting ataupun gerakan 3R (Recycle, Reuse, Reduce). Sementara di lapangan, penolakan sebagian masyarakat, khususnya di Griya Cempaka Asri, makin menguat. Jika tidak ditemukan cara yang cerdas untuk menyelesaikannya, bukan mustahil proyek ini gagal di tengah jalan.
Persoalan penataan wilayah pun sudah menunggu tangan dingin Kang Dada dan Kang Ayi. Bagaimana semrawutnya penataan permukiman diakui Penjabat Wali Kota Edi Siswadi yang menyaksikan kondisi Bandung dari udara, Juli lalu.
"Saya melihat, di Kota Bandung ada ketidakseimbangan ekologis antara ruang atau lahan yang tersedia dengan ruang-ruang publik, ruang terbuka dan padatnya pemukiman. Di setiap permukiman nyaris tidak ada ruang terbuka, jarang sekali penghijauan dan tidak ada pepohonan. Yang nampak hanya bangunan-bangunan," begitu komentar Edi, seusai pemantauan. Tentu gambaran yang disaksikan Penjabat Wali Kota itu menjadi masukan berharga untuk langkah ke depan bagi Dada-Ayi.
Kisah Umar bin Abdul Aziz, khalifah di masa Bani Umaiyyah, bisa menjadi cerminan bahwa hari-hari seorang pemimpin diisi dengan kerja keras untuk menyejahterakan rakyatnya. Setelah menyampaikan pidato pelantikan dirinya, Umar turun dari podium, menuju ke rumah dan langsung masuk ke dalam kamar, hendak beristirahat. Belum sempat ia merebahkan tubuh, putranya, Abdul Malik, tiba-tiba masuk dan berseru, "Wahai ayah, apa yang hendak engkau lakukan?" "Saya ingin istirahat sejenak. Sepertinya, tubuhku tidak mempunyai kekuatan lagi. Saya capek, "jawab Umar. "Apakah ayah bisa beristirahat sementara rakyat dibayang-bayangi oleh kemiskinan dan kezaliman?" tanya sang putra lagi.
"Wahai anakku, kemarin malam saya tidak bisa memejamkan mata sedikit pun. Jika waktu Zuhur nanti tiba, saya akan salat bersama rakyat dan mengatasi permasalahan mereka,"jawab Umar. "Ayahanda, siapakah yang bisa menjamin ayah bisa hidup sampai waktu Zuhur nanti? tanya Abdul Malik.
Umar bagai tersengat mendapat pertanyaan anaknya itu. Ia langsung bergegas bangkit dari peraduan, keluar menemui rakyat. Dan sejarah mencatat, dua setengah tahun masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz adalah masa gemilang, ketika tak ada satupun rakyat yang miskin dan kelaparan.
Kita berharap, Kota Bandung di bawah kepemimpinan duet Dada-Ayi akan menjadi Bandung yang termaju dan terbaik. Karena Dada berpengalaman membangun dan mengetahui persoalan Kota Bandung. Selamat bekerja, Kang Dada-Kang Ayi!(*)
Sorot, dimuat di Harian Pagi Tribun Jabar edisi Selasa 16 September 2008.
No comments:
Post a Comment