SUDAH dua hari ini, Mbah Uti, ini sebutan cucu-cucu karena cedal tapi menjadi panggilan akrab, terbaring di RSUD Cibabat. Mbah Uti mengalami perdarahan. Ini berarti kali kedua, Mbah Uti masuk rumah sakit dalam selang waktu kurang dari dua hari.
Sebelumnya kondisi kesehatan Mbah Uti baik-baik saja, tak ada masalah. Hanya waktu cek IUD, yang sudah kelamaan, 30 tahun mungkin, ngendon di rahim, baru ada masalah. IUD itu sulit dilepas. Alasan dilepas sederhana saja, "ingin suci" kalau suatu hari nanti dipanggil pulang Yang Maha Kuasa.
Rabu kemarin, IUD bentuk spiral itupun dilepas di RS Hermina Terusan Pasteur. Nah pascapelepasan itu yang gawat. Ada salarun urine yang jebol, sehingga bercampur dengan darah.
Bu Eri yang mengurus Mbah Uti sejak awal periksa sampai bawa ke rumah sakit sudah minta agar Mbah Uti dirawat saja. Malahan sudah booking kamar. Tapi Mbah Uti minta pulang. Saya, waktu pulang piket Rabu malam, juga kaget. Kok Mbah Uti ada di rumah, bukannya mau dirawat di rumah sakit.
Ternyata di rumah pun hanya bertahan satu hari. Karena Kamis malam, terjadi perdarahan lagi. Jumat pagi pun, Mbah Uti diangkut ke RSUD Cibabat. Sekarang kita yang repot nih di rumah. Biasa segala sesuatunya beres, tidak ada Mbah Uti, jadi berantakan.
Warung juga dibuka seadanya, karena tidak ada yang pergi ke pasar. Mbah Uti-lah yang memegang otoritas belanja ke pasar setiap dua hari sekali. Biasanya ke pasar Baros. Jadi kalau sekarang ini, saya atau siapa saja di rumah menggantikan Mbah Uti belanja ke pasar, jelas blingsatan. Apaan yang mau dibeli, ke pedagang mana belinya?
Kita pun sibuk atur jadwal untuk jaga di rumah sakit. Juga atur waktu untuk jaga Adik. Karena tidak mungkin adik ditinggal, ataupun dibawa ke rumah sakit. Sementara saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan. Bu Eri saja terpaksa izin tidak masuk kerja selama tiga hari. Itu pun tiap hari ditelepon redakturnya supaya masuk kerja.
Baru sekarang, terasa bagaimana luar biasanya peran Mbah Uti di rumah. Kalau hari-hari biasa saat Mbah Uti sehat walafiat, mana terasa. Cepat Sembuh Ya Mbah. (*)
No comments:
Post a Comment