SAYA langsung terhenyak. Saat menyalakan teve, Kamis (28/1) jam 10 malam, ada breaking news di Metro TV dan RCTI. Benazir Bhutto, mantan PM Pakistan, pemimpin Pakistan's People Party (PPP), tewas ditembak, lalu penembak meledakkan bom bunuh diri.
Mengapa saya terhenyak? Padahal Bhutto bukan siapa-siapa, nun di Pakistan sana. Memang Benazir Bhutto, pastilah, tidak punya hubungan dengan saya. Hanya, seminggu terakhir ini, entah kenapa, saya suka mengumpulkan foto-foto Benazir Bhutto. Mulai saat dia kembali dari pengasingan, Oktober lalu, yang juga disambut bom bunuh diri sampai terakhir dua hari lalu, saat kampanye di sebuah daerah. Apa ini firasat gitu buat Bhutto?
Sebenarnya saya mengumpulkan foto Benazir Bhutto itu karena memang untuk kepentingan berita. Saya mengumpulkan foto-foto tokoh dunia yang dijepret fotografer Associated Press (AP). Saya dokumentasikan, karena yakin suatu hari akan bermanfaat. Setidaknya, kalau saya kebagian menggarap halaman internasional, tidak kesulitan lagi mencari foto headshot presiden atau tokoh luar negeri lainnya.
Yang pasti, kematian Benazir Bhutto juga memukul perasaan ibu saya. Saya tahu, Mama penggemar Benazir. Bahkan dinasti Bhutto. Saya kenal nama Zulfikar Ali Bhutto, waktu kecil dulu, juga dari Mama. Mama yang cerita, bahwa Ali Bhutto mati digantung rezim
militer Zia Ul Haq. Ketika muncul Benazir sebagai penerus Ali Bhutto, Mama pun ngefans juga. Mudah-mudahan saja, akan muncul lagi penerus dinasti Bhutto lainnya. (*)
No comments:
Post a Comment