ASPAL lapangan parkir Unjani masih basah oleh siraman hujan semalam. Tapi kami, warga Babakansari, tak ambil pusing. Gelar koran sebagai alas, lalu sajadah pun terhampar. Lapangan inilah satu-satunya tempat bagi warga Babakansari dan sekitar kampus Unjani untuk salat Id. Idul Fitri dan Idul Adha.
Bukannya kami tak punya mesjid. Mesjid Al Ikhlas kebanggaan warga Babakansari malah sudah dirombak. Diperbagus. Sayang, daya tampungnya minim. Tak mampu menampung warga Babakan, asli maupun pendatang, untuk salat Id. Hanya waktu salat Jumat saja yang bisa dipakai.
Ustad Uning (baju merah) tengah menyembelih kambing atas nama Namira Zenechka Hayatunnufus. Unjani pun punya mesjid. Tapi saat Idul Fitri, mahasiswa libur dan pulang kampung. Otomatis, mesjid kosong, tak ada aktivitas. Barulah saat salat Idul Adha, warga dan mahasiswa Unjani bisa bergabung, salat Id di lapangan parkir.
Sambil terkantuk-kantuk, karena habis piket semalam, saya menuju ke lapangan parkir Unjani. Tak lebih dari 100 meter, atau bahkan kurang, jaraknya dari rumah. Rupanya lapangan hampir penuh. Dan jemaah pun terus berdatangan.
Berhubung Unjani sebagai tuan rumah, mahasiswa aktivis mesjid Unjani yang menjadi panitia salat Idul Adha ini. Imam dan penceramah adalah Ustad Kardita Kintabuwana Lc MA. Kalau tidak salah, sekarang ini Ustad Kardita adalah Ketua Ma'had Al Imarat Bandung. Saya pernah mewawancarainya, sekitar tahun 2000, saat ada kegiatan di Mesjid Ar Rahman Cihanjuang Cimahi.
Usai salat, bergegas pulang ke rumah. Semua kumpul dan gembira. Karena Mbah Uti sudah pulang dan berlebaran bersama di rumah. Karena sakit dan susah makan, badan Mbah Uti jadi kurus.
Ketupat lebaran buatan Mbak Ani pun jadi sarapan pagi. Tandas sepiring metung ke dalam perut. Barulah setelah itu, semua bersiap mengambil kambing di rumah Pak Didin, tetangga RT. Ya, Alhamdulillah, tahun ini keluarga punya rezeki, jadi bisa kurban.
Sejak menikah, memang saya selalu mengupayakan agar bisa beli kambing setiap Idul Adha. Seharusnya tahun ini giliran Bu Eri. Tahun lalu saya, sebelumnya Kaka. Tapi Bu Eri bilang, sekarang giliran Adik saja.
Saya dan Mas Rohman, yang juga selalu kurban saat Idul Adha, menjadi langganan Pak Didin. Pak Didin ini punya peternakan kambing. Karena langganan, harganya pun selalu lebih murah. Hanya kemarin, harga kambing Mas Rohman sedikit lebih mahal. Itu karena memang kambingnya lebih besar.
Saya bawa kambing itu ke mesjid. Di situ semua kambing untuk kurban disiapkan. Baru datang, sudah langsung maju ke tempat jagal. Dan kambing putih hitam itu pun pasrah, menjadi kurban. Seperti halnya kepasrahan Ismail, saat hendak disembelih Bapaknya, Nabi Ibrahim. "Balasan kurban itu sesuai dengan niatnya. Kalau niatnya penuh keikhlasan dan ketakwaan, maka itu adalah untuk Tuhanmu. Tapi kalau niatnya hanya untuk diri sendiri, untuk riya, untuk sombong, jangan pernah berharap kurban itu sampai di hadapan Tuhanmu", begitu kata Ustad Kardita, saat ceramah Idul Adha, tadi. (*)
No comments:
Post a Comment