BELUM usai heboh dana triliunan yang konon dimiliki Ahmad Zaini Suparta, giliran Tung Desem Waringin yang membuat kehebohan. Motivator dan pelatih sukses itu menebar uang, benar-benar uang, plus tiket mengikuti seminar penyemangatnya senilai Rp 100 juta. Ia naik pesawat Jabiru dan melemparkan uang ke udara. Uang recehan Rp 1.000, Rp 5.000, dan Rp 10.000 itu pun jadi rebutan masyarakat.
Di tengah membubungnya harga bahan pokok saat ini, tentu masyarakat akan senang hati dan antusias bila ada orang yang memberi uang secara cuma-cuma. Orang kaya saja minta disebut miskin, hanya untuk mendapat bantuan tunai langsung atau pelayanan asuransi kesehatan untuk warga miskin. Apalagi orang yang benar-benar membutuhkan, pasti akan berjibaku mendapatkan lembaran uang yang melayang-layang di udara itu.
Tung adalah seorang motivator, juga seorang pemasar yang baik. Dan ia tahu benar bagaimana memasarkan produk yang dibuatnya secara efektif. Sebenarnya acara tebar uang itu adalah bagian dari launching buku terbaru Tung berjudul Marketing Revolution.
Selain itu, dengan bagi-bagi uang ini, Tung ingin menyindir kondisi dunia marketing. Saat ini ada dua aliran marketing yang bertempur, aliran mengingatkan dan aliran menawarkan. Apa beda kedua aliran itu? Aliran mengingatkan itu mengeluarkan budget besar untuk promosi iklan yang tidak bisa diukur. Hanya buang-buang uang. Sementara aliran menawarkan, adalah promosi dengan memasang iklan juga dan akhirnya yang melihat akan merespons tapi tidak ada penjelasan mengapa konsumen harus membeli produk yang ditawarkan. Intinya, Tung ingin menunjukkan banyak promosi yang sia-sia untuk memasarkan produknya.
Lalu bandingkan dengan promosi ala Tung. Ia membuat berita besar dengan bagi-bagi uang bercampur tiket seminar itu. Kehebohan segera terjadi. Tanpa perlu pasang iklan, Tung sudah mengiklankan diri di media massa, baik cetak maupun elektronik. Koran ini pun, tanpa dibayar, menjadikan berita heboh Tung sebagai headline. Dan itu promosi gratis.
Tung pun hanya "membuang" uang Rp 100 juta. Bandingkan dengan nilai iklan atau promosi jor-joran produk lain yang nilainya bisa miliaran rupiah, tapi sia-sia. Aksi Tung yang murah meriah ini memperoleh hasil maksimal. Efektif bukan? Dan unsur sensasinya pun muncul.
Sayangnya, acara bagi-bagi uang itu gagal digelar di langit Jakarta. Karena faktor keamanan, acara dipindahkan ke Serang, tepatnya Lapangan Kopassus Serang. Tentu sasaran yang hendak dibidik agak berbeda. Tak heran, yang berebut uang adalah anak- anak dan kaum ibu. Dan mereka mencampakkan tiket seminar Tung yang nilainya jutaan rupiah itu. Seandainya saja, tebar uang itu jadi di Jakarta. Sungguh luar biasa efeknya. Semua orang Jakarta, akan tengadah ke langit, menanti lembaran uang itu tiba di bumi. Buku baru Tung pun akan cepat dikenal, ludes seperti buku sebelumnya.
Nah jika Anda ingin terkenal secara instan, ada dua pilihan. Membual memiliki harta karun fantastis seperti Ahmad Zaini, atau memasarkan diri dengan cara efektif seperti Tung. Tinggal pilih saja. (*)
* Dimuat di Harian Tribun Jabar, edisi Senin 2 Juni 2008.
1 comment:
Tung Desem saya bilang spektakular tapi tidaklah efektif, aneh memang semua orang berdecak kagum, tapi setelah beberapa lama mereka realize, anothermarketing scam I supposed!
Post a Comment