JUMAT (27/6), adalah hari terakhir Kaka sekolah di TK Mutiara Ibunda. Hari itu juga sekaligus pembagian raport. Tak dinyana, tak disangka, Kaka Bila didapuk jadi juara kelas TK Kecil Mutiara Ibunda. Ibu Evi, guru kelas TK Kecil, sampai menangis saat memberikan hadiah buat Kaka.
Bu Evi pantas merasa sedih. Pasalnya, Kaka tidak akan sekolah lagi di TK Mutiara Ibunda. Kami sudah sepakat untuk menyekolahkan Kaka di TKA Attaqwa. TK sebelum Kaka di Mutiara Ibunda. Pertimbangannya, tahun depan Kaka sudah masuk SD. Sehingga harus ada adaptasi dengan suasana SD. Hemat kami, Attaqwa bisa seperti itu. Suasananya sudah mirip SD. Satu kelas bisa 20 orang lebih, dengan jumlah guru 2 sampai 3 orang. Nilai plusnya, Attaqwa memberi pelajaran agama yang lebih kepada para murid. Hal lainnya, Kaka sudah akrab dengan suasana Attaqwa, termasuk dengan guru-gurunya. Malah dia bilang,"Aku kangen sama Bu Eneng". Bu Eneng adalah kepala Playgrup Attaqwa, tempat Kaka dulu bermain.
Sementara Mutiara Ibunda, masih menawarkan suasana homeschooling. Terlalu rumahan, sehingga berbeda dengan SD yang akan ditempuh. Selain itu, masa belajar hanya lima hari, Senin sampai Jumat. Dulu memilih Mutiara Ibunda, karena Kaka masih TK Kecil dan kami tidak ingin terlalu direpotkan dengan masa belajar yang tiap hari. Namun karena harus bersiap ke SD, mau tidak mau harus mencari TK yang setiap hari, Senin sampai Sabtu.
Soal juara TK Kecil, kami sendiri kaget bukan alang kepalang. Setahu kami, Kaka itu banyak bolosnya. Izinlah, sakitlah, sampai berhari-hari. Membaca juga belum lancar. Tapi memang kami tidak pernah mensyaratkan Kaka bisa membaca, toh umur dia masih di bawah 6 tahun. Masa belajar membaca justru saat kelas 1 SD.
Bisa jadi, pertimbangan Bu Evi untuk menjadikan Kaka sebagai juara kelas, karena kreativitasnya. Kaka di kelas memang paling aktif. Menyanyi, menggambar, berhitung, katanya sudah pintar. Ya kami jelas bangga, dan tentu memberi pujian pada Kaka. Bagaimanapun itu usaha dia untuk mandiri. Terus terang, kami memang kurang membimbing,
dan memberi ajaran pada Kaka. Hanya sewaktu-waktu, saat kami punya waktu agak luang, itupun tidak intens, untuk mengajari Kaka tentang berbagai hal.
Kami memang bukan orang tua yang baik. Tapi kami berusaha agar anak panah yang kami miliki ini bisa tajam, menggigit, memberi kebaikan pada kemanusiaan, peduli pada kemiskinan, mau memerjuangkan ketidakadilan, kritis pada sesuatu yang tidak benar, dan beramal dengan penuh keikhlasan. Sulit memang. Tapi itulah yang kami mampu sampai detik ini. Karena kami sadari, anak panah itu bukanlah milik kami, kami hanyalah orang yang dianugerahi amanat. Kepada Allohlah anak panah itu akan kami kembalikan, dalam kondisi yang mudah-mudahan terbaik dalam pandangan Alloh SWT. (*)
No comments:
Post a Comment