HARI ini adalah hari ke-26, hampir satu bulan, pembangunan kembali rumah tinggal di Babakan Sari. Rabu ini pula hari saya memulai menulis di blog lagi, setelah sekian lama tenggelam dalam jeratan penjara pikiran sendiri.
Ceritanya begini. Sejak awal menikah dulu, sebagai sebuah keluarga baru, saya dan Bu Eri tentu punya cita-cita memiliki rumah sendiri. Namun orang tua punya keinginan lain. Bangun saja rumah lama yang sudah reyot ini, jadikan rumah baru yang lebih bagus.
Mimpi kami, setelah membangun rumah lama di Babakan Sari, mudah-mudahan Alloh SWT memberi rezeki lebih untuk membangun atau membeli rumah sendiri, tidak bersama orang tua.
Karena amanat orang tualah dan tujuan membahagiakan orang tua, nyenangkeun kolot kata orang Sunda, kami pun menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilan kami setiap bulan. Benar kata pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Walaupun tidak jadi bukit uang, setidaknya simpanan itu bisa untuk memulai membangun rumah.
Bismillahi tawakalna alallah, setelah menyiapkan bahan material bangunan beberapa bulan, akhirnya Sabtu 31 Mei 2008, langkah awal mewujudkan mimpi itu pun dimulai. Rumah tempat kelahiran Bu Eri itu pun dirobohkan, rata dengan tanah. Berbagai rasa berbaur. Gembira karena proyek impian sudah dimulai, juga khawatir, takut tak rampung.
Soalnya langkah ini terbilang agak nekat. Karena sebenarnya, uang simpanan tak cukup untuk membangun rumah hingga rampung, atau minimal sampai atap rumah tertutup genteng. Sebelumnya saya dan Bu Eri mengupayakan untuk meminjam ke Bank. Sayangnya, semua bank menolak. Karena rumah kami, terpencil di tengah kampung dengan akses masuk hanya untuk gerobak tukang bakso saja.
Hingga hari ini, lantai bawah sudah hampir rampung. Ada lima orang, sebelumnya enam, yang kerja bahu-membahu membangun rumah dua tingkat ini. Bata merah sudah terpasang setinggi 3 meter lebih. Tangga beton sudah dicor. Sepertinya, minggu depan sudah mulai bagisting (bekisting), menganyam besi untuk dak beton lantai dua. Berarti dua minggu lagi, baru bisa ngecor dak. Mudah-mudahan saja, saya dan Bu Eri dimudahkan dalam urusan rezeki, sehingga rumah bisa rampung. Setidaknya pada saat Lebaran nanti, kami bisa meninggalkan rumah kontrakan, merayakan hari kemenangan itu dan menerima tamu di rumah baru. Amiin, Insya Alloh.(*)
No comments:
Post a Comment