Tuesday, April 22, 2008

Kembali Jelajahi Priangan dan Pantura

SEJAK Senin 14 April lalu, saya meninggalkan kantor untuk menjelajahi wilayah Priangan dan Pantura. Tugas utama saya adalah memantau pelaksanaan Adipura di tujuh kabupaten dan kota, yaitu Tasikmalaya, Ciamis, Kota Banjar, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Majalengka.

Ini kali kedua, saya harus menjelajah Pantura dan Priangan untuk urusan Adipura. Yang pertama, Oktober 2007 lalu. Tentang bagaimana saya bisa terlibat dalam tim Adipura, bisa dibaca di postingan sebelumnya. Selain Adipura, tentu saya punya tugas lain, memantau sirkulasi koran Tribun di tujuh daerah itu, sekaligus menginventarisasi persoalan atau isu yang bisa diangkat untuk liputan daerah.

Selama delapan hari saya maraton mengelilingi tujuh kota dan kabupaten itu. Capek jelas, karena kegiatan pemantauan dimulai sejak pagi hingga sore. Disambung dengan memasukkan data dan foto pada malam hari. Praktis hotel atau tempat penginapan dimana saya menginap bukanlah tempat untuk santai-santai. Karena di hotellah, kami, tim Adipura berjibaku, berdebat, untuk menentukan nilai kebersihan sebuah kota.

Tim yang berkeliling di tujuh kota kabupaten ini masih orang yang sama saat pemantauan pertama. Ada Pak Wawan Rubianto dari Pusreg PPLH Yogyakarta dan ada Pak Asep Dachyar, dari BPLHD Jabar. Anggota tim berkurang satu orang, Bu Irma dari PSLH ITB.

Tapi langkah tim menjadi lebih cepat. Satu kota bisa diselesaikan dalam tempo satu hari, dari biasanya satu setengah hari. Ini juga dikarenakan saya hanya diberi jatah menjelajah ini sampai Senin 21 April, sehingga harus cepat selesai. Begitu pula Pak Wawan, sudah kecapean setelah menjelajah tiga provinsi tanpa henti selama sebulan. Dari Jatim, Jateng, dan berakhir di Jabar. Dia ingin Senin 21 April, pemantauan selesai dan bisa segera pulang ke Yogya.

Banyak hal yang ditemui selama perjalanan ini. Namun tetap saja isu Pilgub mendominasi pembicaraan di manapun. Setiap tim berhenti untuk makan, pasti orang lain tengah berbincang tentang Pilgub. Di Ciamis, Amanlah yang menang. Di Banjar, Dailah yang menang, dan tentu keterkejutan semua kalangan tentang kemenangan Hade.

Tapi tim pun tak lepas dari misi pembinaan Adipura. Setiap bertemu dengan pihak-pihak yang terkait dengan persoalan lingkungan, tim selalu menekankan masalah lingkungan bukan sekadar Adipura, dan bukan cuma urusan Dinas Lingkungan Hidup. Adipura hanyalah pemacu, agar pemerintah dan masyarakat sadar dengan lingkungan yang hijau dan bersih. Karena itu pula yang akan menahan laju pemanasan global, yang saat ini tengah menjadi topik lingkungan terhangat.

Mudah-mudahan, perjalanan kali ini membawa manfaat banyak. Saya akan tuliskan cerita-cerita di balik perjalanan ini, di lain waktu. (*)

No comments: