Monday, February 11, 2008

Pesan dari Beside


SABTU 9 FEBRUARI 2008, boleh jadi merupakan hari terburuk bagi dunia musik underground Bandung. 10 orang tewas terinjak-injak dalam konser tunggal launching album pertama Beside, Against Ourselves, yang digelar di Gedung Asia Africa Cultural Centre (AACC) Jalan Braga.

Tentu ini berita mengejutkan. Seheboh-hebohnya konser musik underground, rasanya jarang terdengar sampai ada penonton yang tewas. Malahan yang justru sering tersiar adalah penonton yang tewas ketika menyaksikan konser band papan atas, seperti Sheila On 7, Ungu, Slank, dan PAS Band.

Terus terang, saya memiliki "keterikatan" secara emosional dengan dunia underground ini. Saya memang suka mengamati perjalanan musik underground di Bandung. Referensi saya tentang musik ini di tahun 90-an adalah Radio GMR (Generasi Muda Radio) 104,4 FM. Saya masih ingat betul suara berat Samuel Marudut (almarhum). Juga penyiar lainnya, Tata. Lalu ada Muti dan Arin. Kalau Muti, lengkapnya Mutiara, itu saudara jauh saya. Dia vokalis Wachdah band. Juga ada Tita. Nah yang ini, adik kelas saya di SMA.

Lalu referensi lain saya dapat dari Majalah Hai. Masa itu, Hai paling sering mengupas musik-musik metal. Sepultura, Megadeth, dan tentu Metallica, dikupas habis Hai. Ketika band underground dan indie Bandung menyerbu telinga musik penikmat musik di Indonesia, Hai pun menurunkan liputan berjudul: Bandung Invasion!!!. Itu karena hampir seluruh grup musik yang bercokol saat itu semua dari Bandung. Dari unsur Pop, ada Kahitna, ME Voice. Juga ada Gigi Band. Dari indie, muncul PAS Band, Pure Saturday, Cherryl Bombshell, Puppen, dll.

Setiap ada konser musik indie label, dulu belum meng-underground, saya selalu mengusahakan hadir. Berteriak kencang di tengah jibaku penonton seakan melepaskan seluruh kepenatan dan kekecewaan hati. Protes terhadap keadaan yang tidak memihak pada diri.

Lalu ketika trash metal menjadi tren, sejumlah pemusik lokal pun mengikutinya. Rotor adalah penggeraknya. Mereka band dari Jakarta. Irvan Sembiring, Jodi Gondokusumo, satu lagi drummernya saya lupa, adalah jagoan underground yang menjadi idola anak muda saat itu. Mereka sempat manggung di San Fransisco, AS. Waktu Metallica ke Jakarta, mereka jadi band pembuka. Gagah banget rasanya melihat Ivan berdiri tegak di speaker besar panggung Metallica di Lebak Bulus. Lalu ada juga Sucker Head, dengan Krisna Sadrah-nya, teman seangkatan Rotor.

Di Bandung, nama PAS Band tak bisa dilepaskan dari kemunculan komunitas indie dan
underground. Dalam pandangan saya, PAS lahir dari rahim GMR. Samuel Marudut punya peran besar. Juga Richard Mutter, sang drummer, yang juga penyiar GMR. Kehadiran PAS band seakan membuka keran indie dan underground yang mampat.

Dari situ, bermunculankah band indie dengan musik yang lebih cadas lagi. Death Metal, Brutal Death, Hard Core, Grind Core dll. Close Minded, Rotten to The Core, dll menggerakkan lokomotif underground Bandung. Termasuk di dalamnya Jasad, Sacrilligeous dll. Hullabalo, Bandung Berisik, Bandung Underground, hanyalah sedikit dari even yang mempersolid kaum underground Bandung. Musik seperti bunyi gergaji dan gerinda membilas besi itu semakin menjadi anutan anak-anak muda Bandung.

Perkembangan selanjutnya, memang antara indie label dan underground terpecah. Itu terjadi setelah sejumlah band indie label, seperti PAS Band, direngkuh major label. Mulailah ada friksi di antara indie dan underground. Jenis musik pun kian membedakan. Indie label terbilang musik yang ringan, seperti underground lebih cepat dan berat. Dan kedua kubu pun melahirkan grup-grup yang luar biasa. Pure Saturday, Cherryl Bombshell, lalu yang kekinian, Mocca, Laluna, Dll. Dari kubu underground, mungkin nama Burgerkill yang pantas dikedepankan. Mereka memang sempat digaet Sony Music. Tapi idealisme musik undergroundnya tetap berurat berakar.

Persinggungan saya dengan dunia underground kian intens, ketika saya satu bangku kuliah dengan Yuli Jasad. Juga ada Eri Sacrillegious, kakak angkatan. Lalu di bawah saya, ada Iman "Kimung", bassist Burgerkill. Walau begitu, saya tidak pernah larut dalam dunia underground secara sungguh-sungguh. Ini hanya persinggungan saja, sekadar mengamati dunia mereka. Cuma karena persentuhannya cukup lama, saya jadi hapal siapa saja orang-orang underground. Jadinya nyambung ketika berbicara dengan Yuli Jasad soal musik ini. Dialah pemusik underground yang lulus jadi sarjana dengan skripsi tentang dunia musik underground di Bandung dan Surabaya.

Wah kepanjangan ini tulisan. Singkat cerita saja. Cukup lama saya vakum dari menga- mati anak-anak underground. Saya tak tahu lagi siapa band-band baru yang muncul. Sampai kemudian terjadi peristiwa di AACC tempo hari.

Hari ini saya buka Myspace dan kontak dengan Beside, band yang menjadi cerita utama dalam kejadian di Gedung AACC. Saya minta waktu untuk wawancara secara khusus. Tapi mereka menolak, karena sudah jumpa pers di AACC, tadi siang. Memang di sana ada wartawan Tribun yang bertemu Beby, drummer Beside. Tahu saya wartawan, Beside titip pesan untuk disampaikan di koran. Ini pesan mereka:

Tgl 09 februari 2008 adalah hari kelabu, buat kita para sceen underground di kota bandung bahkan Indonesia. Kita sebagai orang-orang yang terkait di dalamNya, sepantasnya untuk turut berduka cita atas insiden yang sebenarnya tidak kita inginkan. Mereka adalah teman , sahabat bahkan saudara kita, yang memang wajib kita hormati. Marilah kita berdoa untuk saudara-saudara kita yang menjadi korban sabtu kelabu. Buat kalian teman-teman yang merasa peduli atas meninggalnya teman, saudara, sahabat kita, kalian bisa datang ke AACC untuk berduka, berdoa, tabur bunga atau apapun sebagai tanda kalau kita semua peduli atas insiden sabtu kelabu. Kita jadikan ini adalah sebuah pengalaman, pelajaran yang sangat berharga untuk ke depannya, agar bisa lebih berhati-hati, tertib dan prihatin. Marilah kita sama-sama menjaga nama baik sceen underground, kalau kita itu tidak seburuk yang di tuduhkan media, aparat, ataupun lainnya (penyelenggara memberikan minuman keras terhadap setiap penonton yang hadir) terhadap kita para pecinta musik underground. Marilah kita berdiri bersama untuk meluruskan masalah ini. Ini mutlak adalah sebuah musibah. Novi, Dicky , Tian , Yusuf , Agung , Dodi , Ahmad Wahyu , Yudi , Novan , Ahmad fuqon. Goodbye.. God blast you all guys , we love you all. Kita selalu berdoa untuk kalian, karna kalian adalah bagian dari kami. Semoga kalian tenang di sisi yang maha kuasa. Semoga keluarga besar korban tabah dalam menghadapi cobaan yang berat ini. - BESIDE -

Mudah-mudahan peristiwa ini yang terakhir kalinya terjadi. Dan yang penting, musik underground tetap berkibar, mewarnai dunia musik Bandung, dan juga Indonesia. Lebih penting lagi, pasti ada pesan dari kejadian Beside ini yang bisa semua pihak ambil. Thanks bro.(*)

3 comments:

Anonymous said...

Setelah saya membaca berita baik di berbagai media serta melalui percakapan dengan beberapa teman.Sungguh sangat disayangkan jika sampai jatuhnya korban jiwa pada sebuah pertunjukan underground. Hal ini jelas jelas sudah mencoreng muka underground itu sendiri baik di Indonesia khususnya di Bandung, rasanya tidak akan selesai jika mencari kambing hitam siapa yang salah, tiap kepala mempunyai argumen masing masing baik pihak panitia maupun aparat terkait atau pihak lainnya. Rasanya tidak mungkin jika pihak panitia memberikan miras kepada para penonton yang hadir(super kaya tuh panitia kalo gitu), mengapa begitu sempitnya scene UG di bandung juga patut dipertanyakan, mengapa pihak pemda tidak membangun sarana yang memadai yang support terhadap musik (khususnya UG)..jadikan kejadian ini sebagai pembelajaran, supaya tidak memakan korban ke depannya lagi. God Bless Y'All (especially 4 the victims)....support scene UG , struggling 4 your idealism with positive way....

Eddy Prasetyo said...

saya bukan seorang pengamat musik atau yang memahami aliran-aliran musik, akan tetapi sebagai warga bangsa turut prihatin dengan terjadinya tragedi kota yang penuh kenangan bagi saya atas wafatnya adik-adik yang sedang menikmati sebuah konser. benar apa yang disampaikan oleh artikel di atas, bahwa korban bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, ketika konser ungu, sO7 atau bahkan pertandingan sepak bola saja bisa jatuh korban. jadi...apa hikmah dari kejadian ini ? mari kita sama-sama interospeksi diri dilandasi ketulusan hati kita masing-masing agar langkah kita dimasa depan, ketika kita mau menggelar apapun acaranya yang mengundang massa atau kehadiran pengunjung dalam kapasitas yang cukup besar, memerlukan persiapan yang lebih matang dan terencana, melalui kajian-kajian kemungkinan apa saja yang akan terjadi, kita sama-sama juga wajib untuk setiap saat mendidik diri kita agar memahami apa yang dimaksud dengan ketertiban disegala hal, saling mengingatkan antara sesama dan utamanya patuh dengan segala aturan yang berlaku. bangsa kita sedang berjuang mengembalikan kestabilan disegala apsek kehidupan tentunya kita juga sepakat untuk tidak menambah lagi dengan permasalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. selamat jalan untuk para korban, semoga Allah SWT mengampuni segola dosa-dosa selama hidup dan bagi keluarga yang ditinggalkan tetap diberikan keimanan, keislaman, kekuatan dan ketabahan, Allahuma Amiin

Anonymous said...

MEREKA LAYAK MATI! biarpun aku dibilang sombong atau arogan, BIARIN. tapi mereka pantas mati. bagaimana tidak? semua korban aacc itu anak ingusan. mereka menjadi metal-metalan. apaan tuh? anak ingusan yang ketika datang ke aacc itu sendiri mereka tidak tau menahu tenatang musik yang akan mereka dengar. ada buruh pabrik lah, yang kedatangannya ke konser musik metal disamakan dengan konser musik dangdut. mati saja kalian anjing! membusuklah di neraka karena kebodohanmu! lihat! karena kebodohan dirimu! teman-teman kami ditangkapi! tempat kami berpesta musik sendiri semakin berkurang! tai kalian! seharusnya memang begini! musik underground memang seharusnya di "under nya ground" di bawah tanah. bukan konsumsi anak ingusan seperti mereka. BIARKAN SAYA MENJADI SOMBONG! KARENA KESOMBONGANKU MENJADIKANKU TETAP HIDUP. aku. tukill. radhitya.qurbany@yahooo.com