Monday, April 16, 2007

Touring Barelang



Minggu, 15 April

Pagi jam delapan pagi, saya sudah keluar mess. Telat sih dibanding orang lain. Jam segitu mereka udah jalan ke rumah masing-masing. Tapi gak papa. Saya jalan kaki ke Pasaraya Batam Center. Ini pasar di komplek Mitra Raya, mess-nya Tribun Batam.
Pasar merupakan tempat bertemu orang segala jurusan, urusan, strata dsb. Melihat pasar, secara tidak langsung bisa menyaksikan bagaimana rupa suatu kota atau daerah. Berhubung pasar yang saya keliling ini termasuk pasar modern, jadi yah kehidupan yang tersirat modern juga.
Jalan di depan toko habis sama mobil-mobil pengunjung yang lagi parkir. Mereka juga cari suasana lain dengan mengajak keluarga ke pasar. Kalo saya sih cari makan. Maklum sejak malam gak makan.
Di sudut sebelah belakang Pasaraya, ada kios dengan spanduk "Sedia Roti Bakar, Nasi Goreng, Mi Goreng dll". Kayaknya enak nih kalo makan roti bakar plus susu hangat pagi gini. Sayangnya gak ada tuh roti bakarnya. Ya sudah, pesan nasi goreng saja, sekalian makan pagi. Sambil nunggu nasi goreng tersedia, saya buka HP. Ternyata ada SMS dari Ganjar. Dia anak layout Tribun Batam yang pernah BKO di Bandung. Rupanya Ganjar ngajak jalan keliling Batam. Ajakan menarik. "Ayo, ditunggu. Saya lagi di Pasaraya.."
Selasai makan Nasgor, saya pun menuju ke mess. Rupanya Ganjar sudah siap jadi guide. Tak lama, kita pun berangkat pake motor Mega Pro-nya Ganjar. Dan dimulailah petualangan jelajah Batam.
Rencananya kita mau ke Ujung Aspal Batam ini. Ujung Aspal itu sebutan orang sini untuk menunjuk titik terakhir pulau yang masuk kawasan Batam. Akhir jalan aspal itu berada di Pulau Galang Baru.
Sengaja saya ingin ke tempat yang jauh-jauh dulu, biar leluasa.. Kalo tempat-tempat dalam kota bisa dijelajahi sambil lewat ke kantor.
Dari Mess belok kiri ke Simpang Frengki. Saya tanya Ganjar, kenapa namanya Simpang Frengki? Kata Ganjar, Frengki itu nama tukang tambal ban. Tapi sekarang sudah tidak ada. Kadang-kadang persimpangan ini disebut juga Simpang Poltek, karena tak jauh dari situ ada Politeknik Batam.
Motor terus melaju melewati Stadion Temenggung Abdul Jamal, lalu ke kawasan Mukakuning, Terus tancap gas menuju ke Jembatan Barelang, ikon Batam. Jembatan Barelang ini jembatan "San Francisco"-nya Indonesia. Ya mirip-mirip dikit, walau jauh banget...he heh.. Mungkin bentangan kabel-kable strayer nya itu yang bikin mirip. Bandung juga punya jembatan kayak gini. Jembatan layang Paspati, yang ada juga kabel strayernya walau sedikit...
Di sepanjang jalan menuju Barelang Bridge, pemandang gersang. Bukit-bukit dipapas dijadikan perumahan. Soalnya kalo gak segera dibangun, tanah itu diambil lagi sama OB (Otorita Batam).
Paling setengah jam, kita sudah sampai di Barelang. Lumayan juga. Masih banyak orang yang kongkow-kongkow atau ehm.. pacaran. Tempat ini memang jadi favorit anak muda buat memadu kasih.
Tak lupa kita pun jepret-jepret kamera mengabadikan momen pertama ke Barelang. Terus kita pun turun ke bawah jembatan. Airnya ternyata mengalir deras dan beriak cukup keras. Bahkan air itu nampak berputar-putar. Kata Ganjar, di sini memang tempat pertemuan beberapa arus laut. Kalo main perahu Kayak, susah mutar di sini, mesti jauh dulu baru bisa menepi. Anak-anak Tribun sering juga main perahu Kayak di sini. Ganjar bilang, Menik, cewek satu itu, paling jago main Kayak. Dia member Sekilat, kelompok Kayak buat eksekutif...
Puas menyaksikan dari dekat Barelang, kita pun melanjutkan perjalanan. Masih ada beberapa jembatan lagi, kalo gak salah hitung enam jembatan. Jembatan-jembatan itu menghubungkan pulau-pulau kecil, tapi masih masuk kawasan Batam. Cuma jembatan yang pake kabel strayer itu cuma satu. Yang lainnya, jembatan beton biasa.
Dari Barelang masuk Pulau Setoko, lalu ke Pulau Tonton. Terus lanjut ke Pulau Rempang. Di setiap jembatan, tak terlewatkan untuk jepret sana sini lagi.
Kondisi jalan antarpulau ini lebih mulus dibanding jalan di dalam kota Batam. Malah mirip Jalan Tol Cipularang ,cuma kurang gede. Konturnya turun naik, lempang. Di pinggir kiri kanan jalan, bukit yang dipapas. Pohon meranggas, dibakar orang. ada juga beberapa kebun di bukit-bukit yang gersang itu.
Dari Pulau Rempang, kita masuk ke Pulau Galang. Mendengar nama Galang, teringat pelajaran di sekolah SD zaman baheula. Pulau Galang itu tempat penampungan manusia-manusia perahu dari Vietnam. Dan kini ternyata saya ada di Galang ini. Tapi saya belum ke tempat penampungan, nanti saja kalo ada waktu lagi. Butuh waktu khusus dan agak lama untuk jelajah Galang. Karena banyak monumen kemanusiaan di sini.
Akhirnya, kita pun tiba di ujung Jalan Aspal di Pulau Galang Baru. Di situ ada coretan di aspal. KM 83+50. Wow, berarti saya sudah menempuh jarak itu cuma dalam tempo 2 jam dan melewati 7 pulau. Kalo di Bandung mah, itu baru nyampe Cipanas Cianjur atau Ciawi lah. Dan masih berada di satu pulau. Ha ha ha ....
Di ujung pulau ini ada semacam tempat wisata juga, walau kecil. Pantai kecil buat bermain, dan saung-saung untuk istirahat. Saya lihat juga ada rombongan karyawan yang tengah asyik bermain. Mereka rupanya tengah menikmati akhir pekan setelah lelah bekerja. Refreshing memang perlu buat menyegarkan pikiran, mengembalikan semangat dan keceriaan. Memang mereka terlihat begitu bersuka cita. Teriak sana sini, melepas kepenatan hati. Meureun...
Tak lama di sini, karena kurang nyaman. Kita putuskan untuk ke Pantai Melur. Ini pantai yang lebih bagus dibanding pantai lain di Batam. Kita pun ngebut balik ke jalan semula. Lalu belok kiri menuju pantai.
Ganjar bilang kalo mau lihat cewek-cewek, ya di sini tempatnya. Yang punya gandengan saja bisa ngelirik cowok lain. "Masa sih" kata saya gak percaya.
Rupanya pantai ini memang asyik, enak, dan tenang. Ombak boleh dibilang tidak ada, dangkal, landai, dan pasirnya putih. Cocok banget untuk keluarga. Saya jadi ingat anak saya. Coba kalo ada di sini, pasti seharian main pasir dan berenang di laut. Apalagi Kaka paling senang main di laut. He jadi kangen....
Di sepanjang pantai dipenuhi warung-warung makanan dan minuman. Orang-orang menikmati sajian kelapa muda, Coconut. Dawegan lah mun di Bandung mah...Tapi saya lagi tidak semangat minum Dawegan, bisi nyeri beuteung masuk angin. Saya dan Ganjar cuma pesen 2 teh botol saja. Apapun makanannya minumnya...TEH OBENG ha ha
Memang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki. Kata Ganjar, mereka ini banyak yang kerja di daerah Mukakuning. Itu kawasan industri yang sempat saya lewati. Karyawan Batamindo salah satu kawasan industri di Mukakuning 85 persennya adalah makhluk bernama perempuan, 65 ribu orang katanya. Banyaknya orang Sumatera (Medan, Palembang, Melayu, Padang). Lalu Jawa, ada pula Flores, belakangan orang Sunda juga banyak. Tapi saya belum sekalipun bertemu dengan Mojang Priangan. Hese ...
Puas menikmati siang di Pantai Melur, kita pun beranjak segera ke Batam lagi. Di Batamindo, kita salat dulu di Mesjid Nurul Islam. Usai itu, kita keliling-keliling dulu, lihat kawasan industri yang beken ini. Sejumlah perusahaan top nangkring di sini. Gak usah saya sebutin, dikira ngiklan..kecuali mereka mau masang banner di blog saya he he
Sempat pula ke Panbil Mal, pusat belanja di Mukakuning. Banyak juga pekerja yang sekadar nongkrong-nongkrong di luar mal. Ngeceng...
Jam setengah tiga, kita pun tiba di mess. Perjalanan menyenangkan...



No comments: